Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Clara Sumarwati, Pernah Diragukan Daki Puncak Everest Sampai Masuk RS Jiwa

Cerita Clara Sumarwati, Pernah Diragukan Daki Puncak Everest Sampai Masuk RS Jiwa Pendaki perempuan asal Yogyakarta yang pernah daki Everest. ©2022 Instagram @sharenews.id/Merdeka.com

Merdeka.com - Clara Sumarwati, tercatat menjadi perempuan Asia Tenggara pertama yang berhasil menaklukkan puncak Everest. Kiprahnya bahkan pernah tercatat di dalam jurnal, hingga beberapa arsip internasional. Sayangnya ia pernah masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ) akibat depresi usai prestasinya tidak diakui.

Kisahnya sendiri sempat viral dan dimuat di berbagai media sosial, salah satunya @sharenews.id yang dilansir Sabtu (19/2). Deceritakan, ia melakukan pendakian sebanyak dua kali, yakni tahun 1994 dan terakhir tahun 1996.

Menurut warga Minggiran, Suryodingratan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta itu, pendakian pertama gagal dan baru berhasil di pendakian kedua. Berikut kisahnya

Terbersit Muncak ke Everest

pendaki perempuan asal yogyakarta yang pernah daki everest

©2022 Instagram @sharenews.id/Merdeka.com

Clara mengatakan, awal mula ketertarikannya menjajal puncak gunung bermula saat mengikuti resimen mahasiswa, di Universitas Atmajaya, sekitar awal tahun 1990an

Dikatakan, keyakinannya untuk menaklukkan puncak tertinggi di dunia itu setelah rekannya bernama Aryati berhasil mendaki puncak Annapurna IV (7.535 meter) di Nepal lewat salah satu program ekspedisi puncak gunung.

Ketika itu ia mulai tertantang untuk mendaki gunung, hingga di bulan Januari 1993 Clara bersama tiga pendaki puteri Indonesia lainnya mencapai puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan.

Modal Nekat

Sementara itu, dalam peringatan puncak Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2020 di Bontang Mangrove Park, Taman Nasional Kutai, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Clara yang menjadi pembicara di sana mengaku saat itu hanya bermodal nekat.

Berbekal pendakian di beberapa gunung di Taman Nasional Indonesia seperti Rinjani, Semeru, Merapi-Merbabu, dan gunung Gede Pangrango, pada 26 September 1996 saat usia 29 tahun ia berhasil menaikki Everest walau kurang dari 11 menit di puncak karena suhu.

“Modal saya adalah nekad yang saya peroleh dari menjadi pelatih taekwondo dan bantuan pemerintah melalui koppasus dan KSAD TNI ”, kata dia, mengutip ksdae.menlhk.go.id

Diketahui Clara sudah dua kali mendaki Everest, yakni 1994 namun gagal karena badai, dan kedua di tahun 1996 hingga sampai puncak dibantu 5 pemandu asal Nepal.

Persiapan yang Dilakukan

Menurutnya, ada banyak persiapan yang wajib diperhatikan, salah satunya seputar fisik termasuk finansial di masa itu. Ia mengaku sempat mendapat bantuan sponsor, banyak di antaranya juga yang meragukan hingga bantuan datang dari Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dibawahi Sekretariat Negara.

Untuk fisik, ia sempat latihan berlari, berenang, naik tangga yang dilakukan selama 5 jam sehari di Senayan. Kemudian tekad dan mental yang kuat untuk mencapai apa yang diinginkan menjadi pendorong yang amat penting.

“Kalau mau pergi kita seperti pindahan rumah, harus dipersiapkan dengan baik” terangnya

Sempat Masuk Rumah Sakit Jiwa

Diinformasikan, Clara pernah mengalami depresi di tahun 1997, atau satu tahun setelah mendaki puncak Everest. Bukan tanpa alasan ia mengalami hal demikian, keadaan itu dipicu karena tidak adanya apresiasi dari pihak-pihak terdekatnya.

Bahkan banyak yang menyangsikan karena minimnya bukti usai ke puncak Everest, salah satunya seperti foto yang menunjukkan ia memegang bendera di puncak. Di sana disebut tidak terlihat tiang segitiga yang menandakan lokasi puncak Everest.

Akhirnya ia pun dirawat di salah satu rumah sakit jiwa di Magelang, Jawa Tengah. Saat dilakukan perawatan, ia juga kerap menceritakan pengalamannya ke puncak everest kepada para perawat yang menanganinya

Diakui Secara Internasional

Walau begitu, sejumla catatan internasional justru membuktikan keaslian klaim Clara dengan mencantumkan nama serta tanggal pencapaian di buku-buku seperti Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) dan website EverestHistory.com, sebuah referensi andal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

Saat ini perempuan berusia 53 tahun itu masih aktif di dunia pecinta alam serta pendakian gunung, dengan menjadi pemateri dan pemandu.

Di tahun 2019, pengalaman Clara juga sempat ditulis dalam buku Indonesia Menjejak Everest karya Furqon Ulya Himawan. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Catat Rekor Dunia, Pria Tua Ini Taklukkan Puncak Everest Sampai 29 Kali, Ini Rahasia Suksesnya
Catat Rekor Dunia, Pria Tua Ini Taklukkan Puncak Everest Sampai 29 Kali, Ini Rahasia Suksesnya

Pria ini mendaki Everest hampir setiap tahun karena berkaitan dengan pekerjaannya.

Baca Selengkapnya
Surat Terakhir dari Pionir Pendaki Everest yang Tewas Didigitalisasikan, Tulisannya Bikin Haru
Surat Terakhir dari Pionir Pendaki Everest yang Tewas Didigitalisasikan, Tulisannya Bikin Haru

Meski tidak selamat, kata-kata dari pendaki malang itu kini bisa dibaca secara keseluruhan untuk pertama kalinya secara daring.

Baca Selengkapnya
29 Mei Hari Everest Internasional, Ketahui Sejarah dan Fakta Menarik
29 Mei Hari Everest Internasional, Ketahui Sejarah dan Fakta Menarik

Perayaan Hari Everest Internasional, memiliki sejarah menarik.

Baca Selengkapnya
Apa Gunung Tertinggi di Bumi? Ternyata Bukan Everest, Ini Jawabannya
Apa Gunung Tertinggi di Bumi? Ternyata Bukan Everest, Ini Jawabannya

Gunung Everest sering diklaim sebagai gunung paling tinggi di dunia. Apakah benar adanya?

Baca Selengkapnya
Daftar Gunung Tertinggi di Alam Semesta selain Everest
Daftar Gunung Tertinggi di Alam Semesta selain Everest

Berikut adalah daftar gunung tertinggi di jagad semesta.

Baca Selengkapnya
Dikabarkan Ada Bongkahan Emas di Puncaknya, Ini 4 Fakta Menarik Gunung Talamau Pasaman Barat
Dikabarkan Ada Bongkahan Emas di Puncaknya, Ini 4 Fakta Menarik Gunung Talamau Pasaman Barat

Gunung Talamau menjadi salah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang termasuk dalam kategori tipe gunung api tidak aktif.

Baca Selengkapnya
Siapa Orang Pertama Sukses Mendaki Puncak Gunung Everest?
Siapa Orang Pertama Sukses Mendaki Puncak Gunung Everest?

Penemuan sepatu kuno di Gletser Rongbuk kembali memicu diskusi mengenai keberhasilan George Mallory dan Andrew Irvine mencapai puncak Gunung Everest 1924.

Baca Selengkapnya
Kisah Warga Malang Taklukan Puncak Everest Demi Kibarkan Bendera Merah Putih, Sempat Ingin Menyerah
Kisah Warga Malang Taklukan Puncak Everest Demi Kibarkan Bendera Merah Putih, Sempat Ingin Menyerah

Pensiunan anggota Kopassus ini mengenang perjuangannya menaklukan puncak tertinggi dunia demi mengibarkan bendera merah putih.

Baca Selengkapnya
Sosok Putri Handayani, Wanita Asal Serdang Bedagai yang Sudah Taklukan Gunung di Dunia
Sosok Putri Handayani, Wanita Asal Serdang Bedagai yang Sudah Taklukan Gunung di Dunia

Putri Handayani, wanita asal Serdang Bedagai yang sudah menaklukan berbagai gunung di dunia. Ia pun menjadi sosok inspirasi bagi kaum muda.

Baca Selengkapnya
Cerita Heroik Serka (Pur) Asmujiono, Anak Buah Prabowo Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest
Cerita Heroik Serka (Pur) Asmujiono, Anak Buah Prabowo Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest

Saat itu, Asmujiono membawa nama Indonesia, karena memang negara tetangga Malaysia juga menjalankan misi serupa.

Baca Selengkapnya
Deretan Potret Wendy Walters Usai Cerai dari Reza Arap Hingga Bikin Pangling
Deretan Potret Wendy Walters Usai Cerai dari Reza Arap Hingga Bikin Pangling

Setelah bercerai dari Reza Arap, sosok Wendy Walters kerap mencuri perhatian. Seperti apa potretnya?

Baca Selengkapnya
Sejarah 27 Agustus 1955: Edisi Pertama Buku Guinness World Records Dirilis
Sejarah 27 Agustus 1955: Edisi Pertama Buku Guinness World Records Dirilis

Buku ini diterbitkan setiap tahun dan telah terjual lebih dari 143 juta naskah serta telah diterjemahkan dalam 22 bahasa.

Baca Selengkapnya