Dari Sisi Psikologis Pelaku, Ini 5 Faktor Penyebab Klithih
Merdeka.com - Aksi klithih yang sering terjadi di Yogyakarta beberapa waktu ini telah meresahkan warga. Bahkan beberapa kali kejadian tersebut telah memakan korban. Biasanya rombongan klithih beraksi di malam hari, di saat jalanan sudah lengang dan sepi.
Pada awalnya, mereka yang kebanyakan masih remaja ini menyerang pengendara lain sesama remaja yang berbeda kelompok geng atau sekolah. Namun saat ini pelaku klithih sudah berani menyerang warga sipil yang sama sekali tidak pernah terlibat dengan mereka.
Hal ini tentu membuat resah masyarakat. Keinginan untuk menghapus perilaku klithih pun semakin kuat. Aparat keamanan tak tinggal diam. Polisi sebagai pengayom dan penjaga ketertiban masyarakat memberlakukan jam malam yang ketat.
-
Apa saja wisata di Yogyakarta? Yogyakarta memiliki banyak destinasi wisata sejarah dan budaya yang unik, seperti Keraton Yogyakarta, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.
-
Apa saja wisata Klaten yang hits? merdeka.com merangkum informasi tentang 7 wisata Klaten yang hits dan cocok untuk liburan keluarga.
-
Siapa yang pergi ke Yogyakarta? Ria Ricis Hanya Bersama Moana Perjalanan udara keponakan online yang disayangi netizen berlangsung tanpa kehadiran sang ayah, kabarnya ia ditemani oleh suster pengasuhnya.
-
Bagaimana kerusuhan terjadi di Banyumas? Para suporter menyalakan flare dan kemudian merangsek masuk ke dalam stadion.
-
Kenapa Yogyakarta menjadi daerah yang menarik? Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara karena memiliki banyak destinasi wisata sejarah dan budaya yang unik.
-
Apa saja keistimewaan Yogyakarta? Pengaturan keistimewaan DIY dan pemerintahannya selanjutnya diatur dengan UU No 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. UU ini diterbitkan untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 131-133 UUDS 1950. Pengaturan Daerah Istimewa terdapat baik dalam diktum maupun penjelasannya.
Sisi Psikologis Pelaku Aksi Klitih
Dari sisi psikologis, perilaku klithih ini banyak dikaitkan dengan sifat-sifat anak remaja di mana mereka memasuki usia rentan. Pada usia remaja, biasanya mereka belum bisa mengendalikan emosi dengan baik.
Apabila tersulut mereka akan bereaksi dengan mudah. Selain hal tersebut, berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya aksi klithih dari sisi psikologis pelaku yang dikutip dari berbagai sumber.
Menunjukkan Eksistensi Diri
2020 Merdeka.com/Liputan6.com/ Yanuar H
Masa remaja adalah masa di mana mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi diri. Sebenarnya perilaku ini bisa diarahkan ke hal-hal yang positif seperti berkecimpung di bidang seni, olahraga, tulis-menulis, dan sebagainya. Namun jika remaja tidak diarahkan dengan baik, maka dikhawatirkan akan terjerumus ke hal-hal negatif, salah satunya klithih.
Berdasarkan jurnal yang ditulis Laili Hanik Atum Maria yang berjudul Analyzing The Perpetrators Of Klithih Based On The Criminal Profiling In Yogyakarta Regional Police, perilaku klithih yang terjadi di kalangan remaja karena mereka ingin menunjukkan jati diri.
Cara yang mereka lakukan dengan melukai korban seakan-akan korban itu adalah musuhnya. Mereka bahkan melakukan aksinya tanpa motif mendapatkan harta. Para pelaku klitih hanya ingin unjuk diri bahwa mereka hebat dan ingin masyarakat takut dengannya.
Minim Perhatian Keluarga
Salah satu faktor penyebab seorang remaja melakukan tindakan klithih adalah minimnya perhatian keluarga. Pendidikan keluarga, dalam hal ini orang tua merupakan pintu pertama pendidikan yang didapatkan seorang anak.
Berdasarkan data dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, sebagian besar pelaku klithih berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah. Selain itu ada pula yang berasal dari keluarga broken home.
Survei yang dilakukan PSKK UGM menunjukkan bahwa kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak menjadi penyebab tertinggi munculnya kekerasan antar pelajar. Hasil survei tersebut terdapat pada jurnal yang berjudul Membangun Relasi Digital Antara Orang Tua Siswa Dengan Sekolah Dalam Penanganan Tawuran Pelajar di Yogyakarta tahun 2017 karya Muhadjir Darwin dan kawan-kawan.
Masih berdasarkan jurnal tersebut, orang tua dinilai lemah dalam memantau anak terutama dalam penggunaan gawai. Orang tua dinilai kurang bisa menjalin kedekatan emosional dengan anak karena lebih sering berkomunikasi lewat gawai dibandingkan dengan komunikasi secara personal.
Kecerdasan Emosional yang Rendah
ilustrasi/ www.huffingtonpost.com
Usia remaja adalah periode di mana kecerdasan emosi (EQ) belum terbentuk secara matang. Rata-rata orang yang suka melakukan kekerasan biasanya memiliki kecerdasan emosional pada level pertama, yaitu memahami diri sendiri.
Mereka belum mampu mencapai level dua yaitu mampu mengendalikan diri, apalagi mencapai level tiga yaitu memahami orang lain, dan level empat, yaitu mengendalikan orang lain.
Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Berdasarkan jurnal karya Zulfikar Pamungkas yang berjudul Fenomena Klithih Sebagai Bentuk Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Budaya Hukum di Yogyakarta, fenomena klithih disebabkan karena munculnya rasa ingin tahu atau coba-coba.
Hal ini sebenarnya wajar karena mereka tengah memasuki masa pubertas. Mereka biasanya memiliki rasa ingin tahu apakah hal yang orang lakukan juga bisa Ia lakukan.
Aksi klithih ini menggambarkan bahwa remaja tidak mau kalah saing dengan remaja lainnya. Sayangnya, rasa ingin tahu itu justru menciptakan kondisi yang meresahkan masyarakat.
2020 Merdeka.com
Rendahnya Motivasi Belajar
Dalam jurnal yang berjudul Klithih, Faktor, Risiko dan Developmental Pathway karya Arum Febriani juga disebutkan bahwa salah satu faktor penyebab klithih adalah karena mereka malas belajar.
Salah satu faktor ini ditandai dengan seringnya membolos sekolah, cenderung memiliki konflik terhadap guru. Mereka juga memandang diri sebagai anak yang kurang baik dibanding dengan teman-teman sebayanya. Mereka juga malas mengikuti pelajaran di sekolah karena dinilai membosankan.
Sebenaranya faktor rendahnya motivasi belajar ini dipengaruhi cara didik orang tua. Bila di sekolah guru memberikan materi pelajaran, di rumah orang tualah yang memotivasi anak-anak mereka untuk terus belajar.
Selain hal-hal di atas, tentunya masih banyak lagi faktor penyebab pelaku melancarkan aski klithih. Kita sebagai masyarakat harus tetap waspada selama klithih masih berkeliaran di sekitar kita.
(mdk/alz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Trigger Warning! Sederet peristiwa berikut mengandung konten sensitif yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaKelima pelaku berinisial RS (23), BFH (18), AM (17), OYB (21) dan AH (25)
Baca SelengkapnyaPara pelaku menganiaya korban hingga meninggal dunia karena merasa kesal dan emosi.
Baca SelengkapnyaPara relawan yang memakai motor dengan knalpot brong itu telah berkeliling sejak pukul 09.00 WIB.
Baca SelengkapnyaVideo tersebut viral di sejumlah akun media sosial hingga grup WhatsApp. Video menampilkan aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah wanita kepada korban.
Baca SelengkapnyaKorban ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi kejadian dalam keadaan tidak bernyawa
Baca SelengkapnyaJarak rumah ke kantor yang jauh membuat seseorang rentan mengalami masalah fisik.
Baca SelengkapnyaBiasanya tawuran antar pelajar terjadi di rute berangkat dan pulang sekolah.
Baca SelengkapnyaKontrol implus adalah jenis gangguan mental yang menyebabkan penderitanya sering melakukan tindakan di luar norma.
Baca SelengkapnyaEmpat pelaku sudah ditangkap terkait pengeroyokan ini.
Baca SelengkapnyaSeseorang yang menjadi pelaku pembulian biasanya memiliki alasan baik dari dalam dirinya, keluarga atau bahkan lingkungan pertemanan.
Baca SelengkapnyaKorban hendak melerai kerusuhan, namun dia justru dianiaya lima pelaku
Baca Selengkapnya