Generasi Z dan Milenial Disebut Rentan Terpapar Radikalisme, Begini Penjelasan BNPT
Merdeka.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut para pemuda generasi Z dan milenial di tanah air rentan terpapar paham radikal.
"Anak muda biasanya kontrol emosinya masih labil, masih suka cari tantangan baru. Sementara wawasan kebangsaan dan pengetahuan keagamaan mereka masih tumbuh dan berkembang, belum matang," tutur Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Polisi R. Ahmad Nurwakhid di sela acara Pelibatan Pemuda dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme dengan Pitutur Kebangsaan di Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat (30/9/2022).
Ia menyebutkan bahwa indeks potensi radikalisme di Indonesia tahun 2019 berada pada angka 38,4 persen, kemudian, turun menjadi 12,2 persen pada 2020 sampai 2021.
-
Kenapa kesehatan mental generasi Z lebih rentan? Angka ini menunjukkan bahwa kesehatan mental generasi Z (kelahiran 1997-2012) lebih rentan atau rapuh dibandingkan dengan generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan boomers (kelahiran 1946-1964).
-
Apa yang mengancam generasi muda? Krisis iklim yang semakin parah dan meningkatnya frekuensi gelombang panas diprediksi akan menambah ancaman bagi generasi muda.
-
Apa yang membuat gen z dan milenial rentan terhadap investasi bodong? Generasi ini, kata Friderica merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
-
Mengapa gen z dan milenial rentan terjerat investasi bodong? 'Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan,' terang Friderica.
-
Apakah Gen Z itu? Generasi Z, atau Gen Z, adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok orang yang lahir antara tahun 1996 dan 2012. Mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital, di mana teknologi dan media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.
-
Siapa saja yang termasuk dalam Gen Z? Generasi Z, yang juga dikenal sebagai Gen Z atau i-Gen, adalah kelompok individu yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Hal ini membuat mereka menjadi generasi yang tumbuh dan berkembang pada era teknologi yang terus berkembang pesat.
Dari indeks tersebut, persentase anak muda generasi Z berusia 14 hingga 19 tahun dan milenial berusia 20 hingga 39 tahun mendominasi, yakni mencapai lebih dari 50 persen.
"Kebanyakan dari generasi Z dan milenial ini perempuan," imbuh Nurwakhid.
Sasaran Kelompok Radikal
©2015 Merdeka.com
Menurut Nurwakhid, generasi muda menjadi sasaran kelompok radikal karena mereka memiliki masa yang panjang untuk dipersiapkan sebagai kader. Generasi muda menjadi target kelompok radikal untuk mendukung agenda utama mereka, yakni mengganti ideologi negara melalui kekuasaan.
Mencegah hal tersebut, BNPT melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang tersebar pada 34 provinsi terus menggencarkan berbagai upaya pencegahan.
"Mereka yang masih moderat karena rentan terpapar kami berikan vaksin ideologi, tapi yang sudah OTG (terpapar radikalisme, namun tidak sadar) kami berikan kontra-radikalisme di dunia maya maupun nyata melalui kontra-ideologi, kontra-narasi, atau kontra-propaganda," ungkap Nurwakhid, dikutip dari Antara.
Nurwakhid menyatakan, upaya pencegahan perlu terus digencarkan karena hingga kini belum ada instrumen hukum untuk menindak penyebaran radikalisme kanan atau radikalisme agama.
Tanda Radikalisme
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, kata Nurwakhid, belum mampu menjangkau paham radikal kecuali mereka telah masuk jaringan teror dan siap beraksi dengan sejumlah indikator.
Ia menyebutkan beberapa tanda radikalisme, di antaranya sikap anti Pancasila, gemar mengafirkan orang lain termasuk mengafirkan negara, intoleran terhadap perbedaan, hingga antipemerintah yang sah.
"Anti di sini bukan dalam arti-oposisi atau kritis, tapi sikap membenci dengan membangun permusuhan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara maupun pemimpin yang sah. Menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, adu domba, fitnah, dan lainnya," jelasnya, dikutip dari Antara.
Perwakilan FKPT Daerah Istimewa Yogyakarta Fahmi Akbar Idris mengungkapkan, mencegah paparan paham radikal di kalangan anak muda tidak mudah. Pasalnya, di dunia maya mereka memiliki akses luas untuk mendapatkan beragam informasi.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah terus menerus melakukan edukasi dan menanamkan nilai kebangsaan kepada mereka.
"Anak muda sekarang kan punya dunianya sendiri melalui media sosial, di rumah saja sudah dapat informasi. Tidak keluar rumah malah dapat banyak hal tanpa bisa dikontrol," kata Fahmi. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangbang menegaskan, BNPT terus mendukung kaderisasi kepemimpinan yang menyasar perempuan dan anak sebagai upaya perdamaian
Baca SelengkapnyaMa'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca SelengkapnyaAnak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaSaat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaPemkot Madiun disarankan memiliki penguatan pencegahan paham radikal dan terorisme demi keamanan kota tersebut
Baca Selengkapnya