Harus Obyektif, Ini Kata Pakar UGM Terkait Kehadiran Virtual Police
Merdeka.com - Pada masa kepemimpinan Kapolri yang baru, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, penerapan virtual police mulai diberlakukan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menciptakan medsos yang bersih dan sehat. Namun penerapan ini memicu pro dan kontra di tengah masyarakat.
Pakar Literasi Digital Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Novi Kurnia, mengatakan bahwa kehadiran virtual police harus tetap memperhatikan sejumlah aspek dalam pelaksanaannya. Novi menjelaskan bahwa aspek yang ia maksud di antaranya adalah posisi, proses, transparansi, perlindungan data diri, hak pengguna sosial, dan kolaborasi moderasi konten.
“Virtual police sebagai sebuah aksi memoderasi ini bagus. Namun ada catatan-catatan yang harus dipertimbangkan seperti posisi untuk bisa menjaga netralitas, objektivitas, dan keadilan. Jangan terus interventif,” kata pengajar Ilmu Komunikasi UGM itu mengutip dari Ugm.ac.id. Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Polisi Pekanbaru mengajak admin medsos untuk bersinergi? Pentingnya kolaborasi ini dalam menyebarkan informasi positif terkait Pemilu.'Kami meminta agar setiap informasi diverifikasi dengan cermat sebelum diposting, guna menjaga keamanan dan ketenangan masyarakat menjelang Pemilu,' kata Bery.
-
Apa yang dibahas dalam diskusi antara polisi dan admin medsos di Pekanbaru? Dalam diskusi tersebut, atmosfer yang cair terlihat, dan admin media sosial memberikan respon positif terhadap inisiatif polisi. Jarwo, seorang perwakilan admin, menyambut baik langkah Kasat Reskrim dalam merangkul mereka. 'Kami mengapresiasi peran admin media sosial dalam melakukan verifikasi sebelum membagikan informasi, tetapi juga mengingatkan akan kebutuhan verifikasi lebih lanjut untuk menangkal berita hoax,' kata Bery Rabu (17/1).
-
Bagaimana Polisi Pekanbaru melibatkan admin medsos untuk cegah hoax? Polresta Pekanbaru mengambil langkah inovatif dengan melibatkan admin media sosial publik dalam upaya mencegah hoaks dan isu sara selama Pemilu 2024.Kolaborasi ini terwujud dalam diskusi santai antara Satreskrim Polresta Pekanbaru, dipimpin oleh Kasat Reskrim Kompol Bery Juana Putra, dan sejumlah admin media sosial di salah satu kafe di Pekanbaru.
-
Apa peran Medsos menurut DPR? 'Pejabat di era saat ini harus catch up dengan isu-isu yang ada di medsos. Karena masyarakat banyak berkeluh kesah di sana. Nah dengan kewenangan yang kita miliki inilah segala keluh kesah masyarakat itu kita jawab. Kita hadirkan solusi untuk mereka. Sebab memang itulah tugas anggota DPR,' ujar Sahroni.
-
Kenapa DPR perlu manfaatkan Medsos? 'Pejabat di era saat ini harus catch up dengan isu-isu yang ada di medsos. Karena masyarakat banyak berkeluh kesah di sana. Nah dengan kewenangan yang kita miliki inilah segala keluh kesah masyarakat itu kita jawab. Kita hadirkan solusi untuk mereka. Sebab memang itulah tugas anggota DPR,' ujar Sahroni.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
Demi Kepentingan Umum
©2014 Merdeka.com
Novi mengaku belum mengetahui secara detail bagaimana virtual police nantinya bekerja dalam menjalankan pengawasan konten di dunia maya. Namun ia berharap tugas virtual police bisa lebih netral dan berpihak pada kepentingan umum, bukan industri, kelompok besar, maupun pemerintah.
Selain itu, ia juga berharap proses pelacakan konten perlu disesuaikan dengan platform masing-masing media sosial. Selain itu, dia mengatakan perlu edukasi dan sosialisasi dari polisi kepada pengguna media tentang konten apa yang dianggap sebagai konten negatif atau mengarah pada tindak pidana.
Pentingnya Hak Privasi
Novi juga menekankan pentingnya perlindungan data diri pengguna dalam melaksanakan program pengawasan virtual police. Beberapa di antaranya seperti apa saja data yang bisa dibuka, bagaimana jaminan perlindungannya, dan mitigasi terhadap kebocoran data pribadi.
Ia pun meminta kepada pihak kepolisian untuk memperhatikan hak digital pengguna sosial untuk menyuarakan aspirasi. Kehadiran virtual police diharapkan tak lantas mengekang masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya di media sosial.
“Modelnya kan sistem peringatan. Apakah dalam prosesnya mendapatkan hal baik sebelum dan sesudah dimonitor,” kata Novi mengutip dari Ugm.ac.id pada Jumat (26/2).
Pentingnya Kolaborasi
Menurut Novi, yang tak kalah penting dari kebijakan virtual police itu adalah soal moderasi konten di media sosial. Baginya, kolaborasi menjadi hal yang harus dilakukan bersama pakar terkait.
“Kolaborasi ini harus terus dibangun karena tidak hanya menjadi tanggung jawab virtual police saja. Namun juga semua pihak seperti lembaga pendidikan, masyarakat sipil, dan pegiat literasi digital juga perlu berkolaborasi, terutama dalam peningkatan kompetensi digital masyarakat Indonesia,” pungkas Novi. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapolri mengingatkan, seluruh penyidik untuk tidak tergesa-gesa dalam menangani sebuah kasus.
Baca SelengkapnyaIa optimistis Menko Polkam yang baru, Budi Gunawan, mampu mengorkrestasi sejumlah permasalahan tersebut
Baca SelengkapnyaMabes Polri berencana melakukan patroli selama Pilkada 2024, baik turun langsung ke lapangan maupun di dunia maya.
Baca SelengkapnyaSebagai lembaga pengawas, Kompolnas bertanggung jawab memantau dan menilai kinerja serta integritas anggota dan pejabat Polri.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital.
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaDibutuhkan kebijakan yang memandu penggunaan AI hingga ranah praktis.
Baca SelengkapnyaBerikut perintah tegas Komandan Kodim ke perwira Intel.
Baca SelengkapnyaSAFEnet menilai revisi UU tersebut menjadi berpotensi terjadi penyalahgunaan kewenangan oleh kepolisian.
Baca SelengkapnyaRisma mengatakan, kemajuan teknologi beriringan dengan masalah sosial juga ikut berkembang.
Baca SelengkapnyaSosiolog Unpad Yusar Muljadi menilai kinerja Satgas Pemberantasan Judi Online patut diapresiasi.
Baca SelengkapnyaJelang Pemilu 2024, ASN diingatkan untuk berhati-hati dalam mengunggah konten di media sosial.
Baca Selengkapnya