Jauh dari Hiruk Pikuk Perkotaan, Ini Kisah Pesantren Durian di Pegunungan Cilacap
Merdeka.com - Di sebagian pesantren, para santri tidak hanya diajarkan soal nilai-nilai agama. Mereka diajari pula keahlian-keahlian praktis yang menjadi bekal menjalani kehidupan di masa depan. Keahlian itu pula yang diajarkan pada santri-santri Pondok Pesantren El Muslim yang berada di Pesahangan, Cimanggu, Kabupaten Cilacap.
Berada di kawasan pegunungan, sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar pondok pesantren itu berprofesi sebagai petani. Kemampuan bertani itu yang ingin diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya, tak terkecuali para santri di Pondok Pesantren El Muslim.
Tak heran apabila saat berkunjung ke pesantren itu, pengunjung akan disambut dengan hamparan kebun durian yang menyejukkan mata. Luasnya mencapai enam hektar.
-
Di mana petani Pangandaran tanam sayur? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Dimana petani milenial ini bercocok tanam? Aksin saat ini bertani Pepaya California dengan masa tanam hingga panen selama tujuh bulan.
-
Dimana pusat pelatihan petani itu akan dibangun? Kepresidenan Moeldoko mengusulkan Indonesia menjadi pusat pelatihan petani muda Asia Pasik kepada Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
-
Apa yang ditemukan petani di kebun? Seorang petani dan putranya menemukan pedang Viking yang langka di lahan pertanian keluarganya di Suldal, Norwegia.
-
Kenapa hasil penjualan melon digunakan untuk membangun pondok pesantren? Uang yang dihasilkan sepenuhnya digunakan untuk pembangunan pondok pesantren.
-
Dimana petani melon ini bercocok tanam? Asnawi merupakan warga Desa Kedungtulup, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang. Saat masih menjadi anggota DPRD, Asnawi sebenarnya sudah dekat dengan dunia pertanian.
“Pesantren El Muslim adalah pesantren berbasis pertanian buah-buahan, terutama durian,” kata Kepala Sekolah SMK Pesangahan, Ika Fatmawati, S.Pd dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (6/1). Lalu pertanian seperti apa yang diajarkan pada para santri di Pondok El Muslim?
Belajar Bertani Durian
©2020 Merdeka.com/jatim.litbang.pertanian.go.id
Sejumlah santri Pondok Pesantren El Muslim sebenarnya merupakan siswa yang belajar di SMK Komputama Pesangahan. Pada pagi sampai siang hari, mereka belajar di sekolah. Baru pada malam hari para santri diajari ilmu agama, seperti hafalan Juz Amma, bacaan salat, memperdalam tajwid, serta belajar do’a dan hadist. Sementara pada sore harinya, mereka beraktivitas di kebun dan belajar bertani.
Salah satu pertanian yang diajarkan di sana adalah durian. Di suatu sore, para santri belajar teknik prunning atau pemangkasan tanaman durian yang berumur kurang dari satu tahun. Tak hanya itu, mereka juga belajar perawatan agar durian bisa menghasilkan produktivitas tinggi ketika berbuah.
Dari bertani durian itu, harapannya para santri di pondok pesantren El Muslim bisa menghasilkan komoditas pertanian yang bernilai tinggi dan memiliki pangsa pasar yang luas, di mana salah satu komoditas unggulannya adalah durian.
Tumpuan Masa Depan Petani
©YouTube/Cap Capung
Menurut Ika Fatmawati, sebagian besar warga di wilayah Pesangahan adalah petani. Oleh karena itu, ia mendorong agar para santri Pondok El Rumi belajar bertani agar kelak mereka bisa menjadi tumpuan masa depan para petani.
Di kebun Pondok El Muslim, terdapat beberapa jenis durian di antaranya Durian Bawor, Musangkring, dan Montong. Durian dipilih karena di wilayah Cilacap dan sekitarnya, Buah Durian semakin digandrungi.
Tak hanya durian, di pondok itu mereka juga diajarkan cara merawat pandan. Tanaman itu dinilai penting untuk masyarakat Pesangahan dan sekitarnya yang banyak pula berprofesi sebagai pengrajin tikar.
Jauh daru Hiruk Pikuk Kota
©YouTube/Cap Capung
Salah seorang santri Pondok Pesantren El Muslim, Leni Sulistiani, mengatakan ia merasa nyaman belajar di pondok pesantren itu karena jauh dari hiruk pikuk kota.
Tak hanya itu, gadis yang juga menjadi siswi di SMK Komputama Pesangahan itu sebenarnya tertarik dengan budidaya berbagai tanaman pertanian.
“Saya senang karena punya banyak teman. Kami memang jauh dari kota, tapi dengan keberadaan teknologi, kami bisa belajar dengan nyaman,” ujar Leni dikutip dari Liputan6.com.
Bisa Sekolah Gratis
©2020 liputan6.com
Untuk dapat belajar pertanian itu, para santri di Pondok Pesantren El Muslim tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Bahkan mereka yang berprestasi bisa menuntut ilmu di pondok sekaligus bersekolah di SMK Komputama Pesangahan dengan biaya gratis.
“Yang pertama tujuan pendidikan di sini adalah mendekatkan pendidikan ke masyarakat pedesaan. Di sini siswa berprestasi bisa bersekolah dan mondok dengan gratis,” kata pengasuh Pondok Pesantren El Muslim, KH DR Fathul Aminudin Aziz, dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (6/1). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penanaman melon dilakukan oleh para santri yang notabene berasal dari keluarga petani.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaBegini potret Pondok Pesantren yang berada di puncak pegunungan kapur Ponorogo yang sempat dikenal angker.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaJalan untuk menuju ke kampung itu sangat sulit. Pengendara harus melewati hutan, sungai, dan perkebunan teh.
Baca SelengkapnyaDurian bawor sendiri terkenal karena rasanya yang khas, daging buahnya yang tebal, dan biji yang tipis.
Baca SelengkapnyaDusun Tempel di Boyolali yang berdampingan dengan Dusun Bentrokan di Magelang memiliki keunikan.
Baca SelengkapnyaDi luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaDari hasil pengukuran yang dilakukan melalui aplikasi di telepon pintar, kemiringan jalan motor di sana mencapai 25 sampai 33 derajat.
Baca SelengkapnyaPertunjukkan wayang di sini unik karena tokohnya dibuat dari ragam sayur mayur.
Baca SelengkapnyaGunungan tersebut berisikan 2024 durian khas Kronto dan ditempatkan di persimpangan jalan desa yang lokasinya tak jauh dari Balai Desa Kronto.
Baca SelengkapnyaWalaupun berada di daerah terpencil, namun warga di sana tampak hidup berkecukupan
Baca Selengkapnya