Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kini 'Terdampar' di Borobudur, Ini Kisah Heroik Kapal Samudra Raksa Mengarungi Lautan

Kini 'Terdampar' di Borobudur, Ini Kisah Heroik Kapal Samudra Raksa Mengarungi Lautan Kapal Samudra Raksa. ©Indonesia.go.id

Merdeka.com - Pada 1982, Philip Beale, seorang mantan anggota Angkatan Laut Inggris, datang ke Candi Borobudur. Di sana, ia bermaksud ingin mempelajari perahu tradisional dan tradisi bahari Nusantara.

Namun saat melihat sepuluh relief di Candi Borobudur yang memperlihatkan ukiran gambar perahu kuno, ia begitu terpikat. Beale lantas berencana untuk “membangkitkan” kembali kapal kuno itu dan menggunakannya untuk napak tilas jalur perdagangan bahari purba.

Berbekal lima gambar kapal di relief candi itu, Beale berencana menggelar ekspedisi napak tilas dengan mengarungi jalur pelayaran dari Jakarta menuju Madagaskar. Bahkan jika dimungkinkan, ekspedisi itu akan diteruskan hingga melampaui Tanjung Harapan yang berada di ujung selatan Afrika.

Setelah melalui serangkaian penelitian yang amat cermat, pembuatan kapal sendiri akhirnya dilakukan di Kepulauan Kangean oleh Abdullah Al Madani, seorang pembuat kapal tradisional yang berpengalaman. Singkat cerita, sebuah kapal tradisional yang terbuat dari kayu rampung dibuat dan diresmikan di Pelabuhan Benoa, Bali, pada 15 Juli 2003.

Oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, kapal itu kemudian diberi nama “Samudra Raksa” yang berarti “penjaga lautan”. Lalu apakah kapal ini sukses untuk melakukan ekspedisinya hingga ujung Benua Afrika? Berikut kisah selengkapnya:

Misi Sulit

kapal samudra raksa

©Wikipedia.org

Pada 15 Agustus 2003, kapal kayu Samudra Raksa diberangkatkan dari Pantai Marina Ancol, Jakarta untuk mengarungi dua samudera sekaligus menuju ke ujung Benua Afrika hingga berlabuh di Kota Accra, Ghana. Dilansir dari Indonesia.go.id, pada awalnya, banyak pihak yang meragukan kapal tersebut mampu menunaikan misi ini. Bagaimana tidak, ukuran kapal ini sebenarnya tergolong kecil.

Dengan panjang hanya 18,29 meter dan lebar hanya 4,25 meter, kapal ini didaulat melakukan napak tilas jalur perdagangan Kayumanis, persis yang dilakukan para pelaut dari Dinasti Syailendra sekitar abad ke-7 hingga 13 Masehi silam.

Namun, tak terbersit wajah keraguan yang terpancar dari Presiden Megawati Soekarnoputri yang melepas kapal itu. rasa optimisme ini pulalah yang ditanam Kapten Laut I Gusti Putu Ngurah Putra bersama ke-12 awak kapalnya.

Pelayaran Berat

kapal samudra raksa

©Kangean.net

Dalam melakukan pelayaran itu, berkali-kali Kapal Samudra Raksa harus menghadapi keganasan alam, terutama saat melakukan pelayaran dari Madagaskar menuju Cape Town yang harus memutari Tanjung Harapan.

Di masa-masa sulit itu, Kapten I Gusti Putu Ngurah Sedana beberapa kali harus memerintahkan para kru menyandarkan kapal di sejumlah pelabuhan. Di antaranya di Mossel Bay dan Port Elizabeth, Afrika Selatan, guna menghindari badai dan angin mati.

Namun setelah 6 bulan berjalan, pada Senin, 23 Februari 2004, kapal kayu Samudra Raksa akhirnya membuang sauh di perairan lepas pantai Pelabuhan Temma, Accra, Ghana. Kapal itupun berhasil mengakhiri pelayaran sejauh 20.372 kilometer dengan sempurna.

Membuka Mata Dunia

kapal samudra raksa

©Indonesia.go.id

Keberhasilan Kapal Samudra Raksa mencapai Ghana disambut suka cita oleh para awak kapal dan orang-orang yang terlibat dalam pelayaran itu, di antaranya Menteri Pariwisata dan Kebudayaan, I Gede Ardika, penggagas ekspedisi Philip Beale, serta para pembuat kapal ini.

Dilansir dari Indonesia.go.id, keberhasilan kapal itu juga menyedot perhatian dunia. Untuk waktu yang lama, ekspedisi itu membuka mata dunia pada sebuah relief kapal kuno yang berada di Candi Borobudur.

Rasa takjub dan tidak percaya juga datang dari sebagian besar anak bangsa. Padahal pemberitaan seputar ekspedisi ini tergolong minim. Bahkan, banyak perusahaan yang mengklaim terlibat sebagai sponsor untuk mendanai perjalanan itu.

Kapal Samudra Raksa Kini

kapal samudra raksa

borobudurpark.com

Setelah berlabuh di Ghana, tubuh Kapal Samudra Raksa dipotong-potong dan dikirim kembali ke Indonesia melalui kapal kargo. Setibanya di Indonesia, kapal itu dirangkai kembali untuk kepentingan wisata dan pendidikan.

Pada akhirnya, Museum Kapal Samudra Raksa didirikan pada tahun 2005 di dalam kompleks wisata Candi Borobudur. Koleksi utama pameran museum ini adalah rekonstruksi Kapal Samudra Raksa dalam ukuran sesungguhnya, yang telah menempuh perjalanan napak tilas mengarungi Samudra Hindia dari Jakarta hingga Accra pada tahun 2003-2004. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jadi Tema Google Doodle, Kapal Pinisi Bukti Indonesia Kuasai Lautan Sejak Ribuan Tahun Lalu
Jadi Tema Google Doodle, Kapal Pinisi Bukti Indonesia Kuasai Lautan Sejak Ribuan Tahun Lalu

Kapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Museum Bahari yang Dibangun Tahun 1652, Simpan Koleksi Rempah yang Jadi Buruan Penjajah
Mengunjungi Museum Bahari yang Dibangun Tahun 1652, Simpan Koleksi Rempah yang Jadi Buruan Penjajah

Ada ragam jenis rempah yang laku di masa silam tersimpan di Museum Bahari

Baca Selengkapnya
Kisah Bujangga Manik, Si Petualang dari Kerajaan Sunda Kuno yang Mencatat Perjalanannya Keliling Jawa
Kisah Bujangga Manik, Si Petualang dari Kerajaan Sunda Kuno yang Mencatat Perjalanannya Keliling Jawa

Bujangga Manik terus berpetualang dan mencatatnya di naskah daun palem yang sudah disiapkan.

Baca Selengkapnya
Tak Kalah Megah dengan Pendahulunya, Ini Potret KRI Bima Suci Kapal Layar Kebanggaan TNI AL
Tak Kalah Megah dengan Pendahulunya, Ini Potret KRI Bima Suci Kapal Layar Kebanggaan TNI AL

Kapal ini merupakan pengganti KRI Dewaruci, kapal layar yang sudah dua kali mengelilingi dunia.

Baca Selengkapnya
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898

Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik KRI Dewaruci, Kapal Legendaris Milik TNI AL yang Sudah Dua Kali Keliling Dunia
Fakta Menarik KRI Dewaruci, Kapal Legendaris Milik TNI AL yang Sudah Dua Kali Keliling Dunia

Kini kapal legendaris itu menjadi duta maritim Indonesia.

Baca Selengkapnya
Potret Jangkar Raksasa di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Tingginya 5 Meter dan Diduga Peninggalan Bangsa Portugis
Potret Jangkar Raksasa di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Tingginya 5 Meter dan Diduga Peninggalan Bangsa Portugis

Perkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.

Baca Selengkapnya
5 Fakta Unik dari Raja Ampat, Destinasi Wisata Favorit dengan Terumbu Karang Terlengkap di Dunia
5 Fakta Unik dari Raja Ampat, Destinasi Wisata Favorit dengan Terumbu Karang Terlengkap di Dunia

Ragam fakta menarik seputar Raja Ampat, pastikan kamu tahu ya.

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Candi Borobudur Tahun 1912, Menjulang di Pinggir Sawah & Penuh Ilalang
Potret Lawas Candi Borobudur Tahun 1912, Menjulang di Pinggir Sawah & Penuh Ilalang

Candi Borobudur menjadi salah satu tempat ikonik di Indonesia. Candi bercorak Buddha ini ternyata sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu.

Baca Selengkapnya
Sosok Laksamana Muda Mohammad Nazir, Orang Indonesia Pertama yang Raih Ijazah Pelayaran Samudera
Sosok Laksamana Muda Mohammad Nazir, Orang Indonesia Pertama yang Raih Ijazah Pelayaran Samudera

Purnawirawan TNI Angkatan Laut asal Maninjau ini dulunya pernah dipercaya menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss dan Vatikan.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kapal Pinisi, Sudah Ada di Indonesia Sejak Tahun 1500
Sejarah Kapal Pinisi, Sudah Ada di Indonesia Sejak Tahun 1500

Di Indonesia, pembuatan kapal pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya
Pesona Pemandangan Laut di Lintasan KAI Jalur Semarang, Peninggalan Zaman Belanda
Pesona Pemandangan Laut di Lintasan KAI Jalur Semarang, Peninggalan Zaman Belanda

Rel lintasan kereta api dengan pemandangan laut tersebut rupanya juga meninggalkan jejak sejarah

Baca Selengkapnya