Kini 'Terdampar' di Borobudur, Ini Kisah Heroik Kapal Samudra Raksa Mengarungi Lautan
Merdeka.com - Pada 1982, Philip Beale, seorang mantan anggota Angkatan Laut Inggris, datang ke Candi Borobudur. Di sana, ia bermaksud ingin mempelajari perahu tradisional dan tradisi bahari Nusantara.
Namun saat melihat sepuluh relief di Candi Borobudur yang memperlihatkan ukiran gambar perahu kuno, ia begitu terpikat. Beale lantas berencana untuk “membangkitkan” kembali kapal kuno itu dan menggunakannya untuk napak tilas jalur perdagangan bahari purba.
Berbekal lima gambar kapal di relief candi itu, Beale berencana menggelar ekspedisi napak tilas dengan mengarungi jalur pelayaran dari Jakarta menuju Madagaskar. Bahkan jika dimungkinkan, ekspedisi itu akan diteruskan hingga melampaui Tanjung Harapan yang berada di ujung selatan Afrika.
-
Kenapa Relief Candi Borobudur menggambarkan perahu layar? Misalnya saja, keberadaan 9 relief pada candi yang menggambarkan berbagai jenis perahu layar digambarkan sebagai fungsi navigasi.
-
Apa nama lain dari Perahu Bidar? Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
-
Mengapa Pelabuhan Buleleng jadi situs sejarah? Karena terletak di ujung utara, pelabuhan tersebut menjadi pusat lalu lintas Pulau Bali dari luar pulau bahkan luar negeri. Sekarang, pelabuhan Buleleng menjadi situs wisata sejarah yang bisa dikunjungi para wisatawan dengan banyaknya monumen bersejarah di sekitar pelabuhan.
-
Dimana kapal tersebut ditemukan? Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
-
Kapan tradisi Perahu Bidar dimulai? Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898.
-
Apa yang ditemukan di perahu? Dalam perahu tersebut, ditemukan juga jenazah saudara laki-lakinya dan keponakannya yang berusia 15 tahun.
Setelah melalui serangkaian penelitian yang amat cermat, pembuatan kapal sendiri akhirnya dilakukan di Kepulauan Kangean oleh Abdullah Al Madani, seorang pembuat kapal tradisional yang berpengalaman. Singkat cerita, sebuah kapal tradisional yang terbuat dari kayu rampung dibuat dan diresmikan di Pelabuhan Benoa, Bali, pada 15 Juli 2003.
Oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, kapal itu kemudian diberi nama “Samudra Raksa” yang berarti “penjaga lautan”. Lalu apakah kapal ini sukses untuk melakukan ekspedisinya hingga ujung Benua Afrika? Berikut kisah selengkapnya:
Misi Sulit
©Wikipedia.org
Pada 15 Agustus 2003, kapal kayu Samudra Raksa diberangkatkan dari Pantai Marina Ancol, Jakarta untuk mengarungi dua samudera sekaligus menuju ke ujung Benua Afrika hingga berlabuh di Kota Accra, Ghana. Dilansir dari Indonesia.go.id, pada awalnya, banyak pihak yang meragukan kapal tersebut mampu menunaikan misi ini. Bagaimana tidak, ukuran kapal ini sebenarnya tergolong kecil.
Dengan panjang hanya 18,29 meter dan lebar hanya 4,25 meter, kapal ini didaulat melakukan napak tilas jalur perdagangan Kayumanis, persis yang dilakukan para pelaut dari Dinasti Syailendra sekitar abad ke-7 hingga 13 Masehi silam.
Namun, tak terbersit wajah keraguan yang terpancar dari Presiden Megawati Soekarnoputri yang melepas kapal itu. rasa optimisme ini pulalah yang ditanam Kapten Laut I Gusti Putu Ngurah Putra bersama ke-12 awak kapalnya.
Pelayaran Berat
©Kangean.net
Dalam melakukan pelayaran itu, berkali-kali Kapal Samudra Raksa harus menghadapi keganasan alam, terutama saat melakukan pelayaran dari Madagaskar menuju Cape Town yang harus memutari Tanjung Harapan.
Di masa-masa sulit itu, Kapten I Gusti Putu Ngurah Sedana beberapa kali harus memerintahkan para kru menyandarkan kapal di sejumlah pelabuhan. Di antaranya di Mossel Bay dan Port Elizabeth, Afrika Selatan, guna menghindari badai dan angin mati.
Namun setelah 6 bulan berjalan, pada Senin, 23 Februari 2004, kapal kayu Samudra Raksa akhirnya membuang sauh di perairan lepas pantai Pelabuhan Temma, Accra, Ghana. Kapal itupun berhasil mengakhiri pelayaran sejauh 20.372 kilometer dengan sempurna.
Membuka Mata Dunia
©Indonesia.go.id
Keberhasilan Kapal Samudra Raksa mencapai Ghana disambut suka cita oleh para awak kapal dan orang-orang yang terlibat dalam pelayaran itu, di antaranya Menteri Pariwisata dan Kebudayaan, I Gede Ardika, penggagas ekspedisi Philip Beale, serta para pembuat kapal ini.
Dilansir dari Indonesia.go.id, keberhasilan kapal itu juga menyedot perhatian dunia. Untuk waktu yang lama, ekspedisi itu membuka mata dunia pada sebuah relief kapal kuno yang berada di Candi Borobudur.
Rasa takjub dan tidak percaya juga datang dari sebagian besar anak bangsa. Padahal pemberitaan seputar ekspedisi ini tergolong minim. Bahkan, banyak perusahaan yang mengklaim terlibat sebagai sponsor untuk mendanai perjalanan itu.
Kapal Samudra Raksa Kini
borobudurpark.com
Setelah berlabuh di Ghana, tubuh Kapal Samudra Raksa dipotong-potong dan dikirim kembali ke Indonesia melalui kapal kargo. Setibanya di Indonesia, kapal itu dirangkai kembali untuk kepentingan wisata dan pendidikan.
Pada akhirnya, Museum Kapal Samudra Raksa didirikan pada tahun 2005 di dalam kompleks wisata Candi Borobudur. Koleksi utama pameran museum ini adalah rekonstruksi Kapal Samudra Raksa dalam ukuran sesungguhnya, yang telah menempuh perjalanan napak tilas mengarungi Samudra Hindia dari Jakarta hingga Accra pada tahun 2003-2004. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaAda ragam jenis rempah yang laku di masa silam tersimpan di Museum Bahari
Baca SelengkapnyaBujangga Manik terus berpetualang dan mencatatnya di naskah daun palem yang sudah disiapkan.
Baca SelengkapnyaKapal ini merupakan pengganti KRI Dewaruci, kapal layar yang sudah dua kali mengelilingi dunia.
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaKini kapal legendaris itu menjadi duta maritim Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.
Baca SelengkapnyaRagam fakta menarik seputar Raja Ampat, pastikan kamu tahu ya.
Baca SelengkapnyaCandi Borobudur menjadi salah satu tempat ikonik di Indonesia. Candi bercorak Buddha ini ternyata sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan TNI Angkatan Laut asal Maninjau ini dulunya pernah dipercaya menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss dan Vatikan.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, pembuatan kapal pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaRel lintasan kereta api dengan pemandangan laut tersebut rupanya juga meninggalkan jejak sejarah
Baca Selengkapnya