Kisah Haru Pasangan Suami Istri di Rembang Tinggal di Pinggir Hutan, Penuh Perjuangan
Merdeka.com - Hidup bermasyarakat memang terkadang merepotkan karena harus saling membantu antar satu dengan yang lain. Namun hidup menyendiri juga tak kalah menyulitkan. Selain harus terbiasa dengan suasana sepi, apabila menghadapi kesulitan, tak banyak orang yang akan membantu.
Hal inilah yang dirasakan pasangan suami istri asal Kecamatan Sulang, Rembang bernama Legiman (64) dan Sumini (59). Mereka tinggal tepat di pinggir hutan milik KPH Mantingan. Lokasi rumah mereka bisa dikatakan terpencil, karena berjarak 1 km dari pemukiman penduduk.
Legiman mengatakan, dulunya mereka hidup di kampung berbaur dengan masyarakat lainnya. Namun karena istrinya sakit-sakitan, Legiman harus menjual tanah dan hewan ternaknya.
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Bagaimana cara mereka hidup? Pada dasarnya, mereka hanya mengurung diri sepanjang hari di kamar tanpa pergi ke mana pun, kecuali sesekali ke perpustakaan atau berbelanja di toko sekitar rumah.
-
Bagaimana keluarga Muhanah bertahan hidup? Untuk bertahan hidup, mereka hanya bisa mengandalkan hasil pertanian yang tidak seberapa. Itupun, lahan yang digarap merupakan milik orang lain.
-
Kenapa Pak Kasimin tinggal di hutan? Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Bagaimana Siti dan Sudin belajar di sekolah hutan? “Saat ini Siti dan Sudin masih menjalani proses reintroduksi seperti belajar hidup di alam melalui pelatihan sekolah hutan. Setiap hari, pelatih Orang Utan membawa mereka mengikuti sekolah hutan dari pagi sampai sore,“
-
Bagaimana mereka hidup di dalam gua? Selama di dalam gua, kelompok ini tidur di tenda dan menggunakan sepeda pedal untuk menghasilkan listrik guna menyalakan senter mereka. Mereka tidak memiliki telepon atau jam, dan harus mengambil air dari sumur yang berada 45 meter (146 kaki) di bawah tanah.
Kini yang tersisa hanyalah tanahnya yang berada di dekat hutan. Mereka kemudian membangun rumah dan menetap di sana. Berikut selengkapnya.
Kondisi Istri Makin Membaik
©YouTube/Musyafa Musa
Saat tinggal di hutan, kondisi istrinya makin membaik. Kondisi lingkungan yang tenang dan udara yang segar membuat Sumini ternyata lebih menikmati hidup.
Dia pun tampak tak kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Belum lagi anak-anak mereka yang sudah tinggal terpisah, sesekali datang untuk membantu aktivitas kedua orang tuanya.
“Alhamdulillah setelah tinggal di sini kondisinya makin membaik. Pikirannya tidak terganggu suara apa-apa. Kalau di kampung kan ada suara begini, masuk. Ada suara begitu, masuk,” kata Legiman dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.
Pekerja Keras
©YouTube/Musyafa Musa
Hidup sendiri di hutan membuat pasangan suami istri itu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keduanya saling bahu membahu merawat ternak dengan mengoptimalkan banyaknya potensi pakan di dalam hutan.
Bermula dari anak kambing dan sapi, sekarang ternaknya sudah berkembang dengan memiliki lima ekor sapi. Tiap hari sapi-sapi itu dilepas ke hutan untuk makan.
Di sela-sela aktivitas merawat ternak, mereka juga mengambil daun jati yang dijual kepada pengepul. Setiap hari mereka berdua memperoleh penghasilan sebesar Rp50 ribu untuk menyambung hidup.
“Ambil daun, ya ambil kayu. Kalau kayu dipakai untuk memasak. Kalau 50 ribu per hari kan sudah lumayan. Kalau 10 hari sudah setengah juta. Uangnya untuk beli beras,” kata Legiman.
Tak Berharap Bantuan Pemerintah
©YouTube/Musyafa Musa
Ketika ditanya tentang bantuan pemerintah, Legiman mengaku tidak terlalu berharap. Ia mengatakan kalau selama ini ia masih diberi fisik badan normal sehingga mampu bekerja keras. Baginya, kalau ingin meminta, minta saja kepada Tuhan.
“Dikasih kaki normal, kok harus minta-minta untuk apa? Minta saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Habis itu usaha. Kalau minta-minta sama bangsanya, nggak dikasih, nanti kan malu,” ungkap Legiman.
Tips Hidup Aman dan Tentram
©YouTube/Musyafa Musa
Tujuh tahun sudah Legiman dan Sumini tinggal di hutan. Selama itu pula, ia mengaku tak pernah mendapat gangguan berarti baik dari binatang buas maupun makhluk lainnya. Ia percaya Tuhan akan selalu melindungi mereka. Asal mereka bisa senantiasa menjaga perilaku dan tidak mengganggu orang lain.
Meski berteman dengan kesunyian, Legiman dan Sumini bertekad untuk terus tinggal di hutan. Mereka menganggap hutan sudah memberikan kemudahan atas segala aktivitas mereka. Kelak, saat sudah lanjut usia, kemungkinan mereka baru akan memilih tinggal bersama anak-anak mereka. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada banyak cara bagi seseorang untuk hidup tenang dan bahagia. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh pasangan lansia di Kampung Curug.
Baca SelengkapnyaWalaupun tinggal di tengah hutan, mereka mengaku sudah biasa merasakan kondisi seperti itu.
Baca SelengkapnyaKisah pasutri lansia memilih pindah dan tinggal di tengah hutan tanpa tetangga.
Baca SelengkapnyaKeduanya pernah memiliki peran hingga kini tak bisa dipandang sebelah mata. Seperti apa sosok hingga kisahnya?
Baca SelengkapnyaWarung itu bentuknya cukup sederhana. Material bangunannya terbuat dari kayu. Konon usia warung itu telah mencapai 1 abad atau 100 tahun.
Baca SelengkapnyaViral kisah wanita rela temani suami mulai hidup dari nol dan tinggal di gubuk. Rela tinggalkan hidup mewah.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaWaktu luang yang berlimpah merupakan nikmat yang saat ini mereka dapatkan dari hasil jerih payah beternak puyuh
Baca SelengkapnyaMirisnya, keduanya tinggal di rumah tua peninggalan sang bekas pejabat desa. Kini, kediaman itu pun nampak kian termakan usia.
Baca SelengkapnyaTak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
Baca SelengkapnyaPasangan tersebut tinggal di rumah yang terbuat dari tiang kayu dan berdinding bambu dengan kondisi yang sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaJalanan yang sempit dan terjal sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Baca Selengkapnya