Kisah Haru Perjuangan Nenek Buta Huruf Mencari Keadilan, 10 Tahun Pertahankan Warisan
Merdeka.com - Kisah haru datang dari seorang perempuan paru baya asal Demak. Mbah Sumiatun adalah seorang nenek buta huruf yang tinggal di Desa Balerejo, RT 05 RW 02 Kecamatan Dempet, Demak. Walaupun usianya telah lanjut, namun ia tak pernah berhenti berjuang untuk melawan ketidakadilan.
Dilansir dari Liputan6.com (12/3), Mbah Sumiatun telah 10 tahun berjuang melawan ketidakadilan. Ia mencoba mengambil kembali sawah yang menjadi warisan dari orang tuanya. Segala upaya telah dilakukannya untuk mendapatkan kembali haknya itu. Namun sampai sekarang, usahanya itu belum menemukan hasil. Berikut 5 fakta kisah harunya.
Berjuang Selama 10 Tahun
-
Apa yang dilakukan Neng Intan di Sukabumi? Di sana, dirinya sehari-hari membantu aktivitas sang nenek seperti menyapu, dan kegiatan lainnya. “Masih tidak menyangka ketemu neng Intan di sini,“ kata kreator. “Iya, sekarang mah di sini lah, sama si nenek, suka ngasih makan ayam juga,“ terang Intan
-
Siapa yang mendiami Dusun Butuh? Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Kapan Nenek Satikem meninggalkan kampung halamannya? Pada tahun 1978, Satikem pergi dari rumah untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta.
-
Di mana Sutamah tinggal? 'Kalau ada yang ingin karya saya (batik motif Melati Pandanwangi dan Sejuta Bunga bisa langsung datang ke kelurahan atau mengubungi saya di rumah,' ujar lansia yang tinggal di Jalan Dieng Kelurahan Pangongangan Kota Madiun ini.
-
Mengapa Nenek Satikem tidak pulang ke Kebumen? 'Jika kangen paling lihat foto. Di sana saya kan harus kerja dan uangnya belum cukup untuk pulang. Jadi hanya bisa lihat foto yang dibawa dari kampung,' ujar Nenek Satikem dikutip dari Liputan6.com.
2020 liputan6.com
Tanah yang hendak diperebutkannya kembali itu merupakan tanah warisan kedua orangtuanya. Sewaktu masih hidup, suaminya yang bekerja membanting tulang di sawah itu. Namun pada tahun 2010 seorang pria bernama Mustofa diduga menipu Sumiatun dengan menjanjikan bantuan ternak bebek.
Dilansir dari Liputan6.com (12/3), kejadian itu membuat beban pikiran Suami Mbah Tun bertambah. Tiga tahun kemudian, suaminya meninggal dunia sehingga dia harus mengarungi kerasnya kehidupan seorang diri.
Sempat Takut Bertemu Orang
2020 liputan6.com
Kasus sengketa yang berlarut-larut itu membuat Mbah Sumiatun takut bertemu orang. Tiap ada orang yang bersepatu dan bermobil ia langsung dilanda rasa trauma. Ndak betah tinggal di rumah.
"Dia hanya ingin mengungsi karena ketakutan. Kalau ada yang mendampingin begini ia baru mau menerima tamu. Lebih-lebih kalau tamunya itu orang asing dan bermobil," kata Endang, menantu Mbah Sumiatun, dikutip dari Liputan6.com (12/3).
Sering Sakit-Sakitan
Permasalahan sengketa tanah yang berlarut-larut itu membuat Mbah Sumiatun jadi sering sakit-sakitan. Apalagi kalau ditanya soal kenapa sawahnya bisa hilang. Dulu sewaktu masih hidup, suaminya yang sedang sakit-sakitan sering ia tinggal ke pengadilan untuk menghadiri persidangan.
"Kula teng pengadilan pun ping pinten-pinten. Mbah Kakung gerah kula tinggal teng griya. Mangkat esuk wangsul sampun surup. Ngaten terus dugi Mbah Kakung Seda (Saya ke pengadilan sudah berulang kali. Mbah Kakung sakit saya tinggal di rumah. Berangkat pagi, pulang malam. Begitu terus sampai Mbah Kakung meninggal),"ujar Sumiatun dikutip dari Liputan6.com (12/3).
Tanah Terancam Eksekusi
Dilansir dari Liputan6.com, pada awalnya sawah dengan luas 8.250 meter persegi itu sebenarnya bersertifikat Hak Milik Nomor 11 atas nama Sumiatun.
Namun ternyata kini tanahnya itu sudah menjadi hak tanggungan di sebuah bank dengan atas nama Mustofa. Tanah itupun kini juga terancam kena eksekusi oleh seorang pemilik lelang bernama Dedy Setyawan Hartono.
Dukungan Koalisi Advokat
Untuk melawan ketidakadilan itu, Koalisi Advokat Peduli Demak memberi dukungan pada Mbah Sumiatun. Dengan kekuatan 21 pengacara, koalisi itu siap membantu Sumiatun untuk melayangkan gugatan pembatalan proses lelang sawahnya. Eksekusi itu rencananya akan dilakukan pada Kamis (19/3).
Namun di hari itu juga proses siding gugatan ini baru bisa digelar. Pada siding itu, Mbah Sumiatun menggugat Badan Pertahanan Kabupaten Demak yang memproses peralihan hak atas tanah sawahnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaBupati Magetan itu punya hobi sampingan menulis, membaca, dan mengoleksi mobli antik
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaPria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaWalaupun tinggal di tengah hutan, mereka mengaku sudah biasa merasakan kondisi seperti itu.
Baca SelengkapnyaDia mendedikasikan seluruh hidupnya demi merawat sang ibu di tengah hutan tanpa tetangga.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini di usianya yang senja, ia masih gigih untuk mengasah kemampuannya melengkingkan suara dalam melantunkan beluk.
Baca SelengkapnyaDari generasi ke generasi, usaha bubur ini turun-temurun, menjadi bukti ketekunan dan dedikasi keluarga dalam mempertahankan usaha ini.
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaKakek penjual kacang keliling ini ceritakan masa lalunya pernah jadi korban penculikan Jepang, kisahnya viral.
Baca SelengkapnyaBegini kondisi rumah 'penjara' Cut Nyak Dien saat diasingkan ke Sumedang.
Baca Selengkapnya