Kisah Heroik Usman Janatin, Pahlawan Nasional yang Tewas Dihukum Gantung di Singapura
Merdeka.com - Pada era 1962-1966, Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Pada awalnya, Soekarno tidak setuju atas penggabungan dua koloni Inggris di bagian utara Pulau Kalimantan yang kini dikenal dengan nama Sabah dan Sarawak ke dalam bagian Negara Federasi Malaysia.
Soekarno menganggap penggabungan itu sebagai bentuk pelanggaran terhadap Persetujuan Manila. Sementara itu, Malaysia melihat penggabungan itu sebagai masalah dalam negeri sehingga negara lain tak patut untuk ikut campur.
Karena inilah demonstrasi anti-Indonesia pecah di Kuala Lumpur. Para demonstran menyerbu gedung KBRI dan merobek-robek foto Soekarno. Tak hanya itu, mereka juga memaksa Tunku Abdul Razak, Perdana Menteri Malaysia saat itu, untuk menginjak-injak lambang Garuda Pancasila.
-
Siapa yang melakukan eksekusi di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Siapa warga negara Jepang yang dihukum cambuk di Singapura? Pria yang berprofesi sebagai penata rambut bernama Ikko Kita itu meripakan warga negara Jepang pertama yang dihukum cambuk di Singapura, demikian disampaikan Kedutaan Besar Jepang di Singapura kepada BBC.
-
Siapa yang ditangkap sebagai buronan? Jajaran Direktorat Reserse Umum Kepolisian Daerah Jambi menangkap satu orang buron atau daftar pencarian orang (DPO) pelaku perusakan kantor gubernur beberapa waktu lalu.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Hal inilah yang membuat Soekarno murka dan mengambil sikap bermusuhan dengan Malaysia. Melalui pidato terkenalnya yang berjudul “Ganyang Malaysia”, dia menyerukan perang melawan Malaysia. Penyerangan itu dikenal dengan nama Operasi Dwikora.
Usman Janatin adalah salah satu tokoh Pahlawan Nasional dalam operasi itu. Lalu bagaimana kisah perjuangannya?
Kisah Heroik Usman Janatin
Usman Janatin lahir di Jatisaba, Purbalingga, pada 18 Maret 1943. Dia adalah salah satu prajurit Korps Komando Operasi (sekarang TNI AL) yang bertugas dalam Operasi Dwikora. Usai menjalankan tugas dalam Operasi Trikora di Papua, Usman kembali bertugas dalam Operasi Dwikora.
Namun, karena waktu itu belum ada deklarasi perang, Soekarno mengutus prajurit KKO untuk menyusup ke Malaysia dan Singapura. Di sana, Usman menjalankan misi menciptakan huru-hara dengan meledakkan sejumlah gedung di Singapura. Gedung yang berhasil dibom adalah kantor pos dan hotel.
©Wikipedia.org
Dilansir dari Liputan6.com pada Rabu (7/10), Usman bersama seorang rekannya yang bernama Harun, mencoba kabur melalui jalur laut begitu bom meledak. Mereka merampas sebuah perahu motor milik warga lalu meninggalkan pelabuhan Singapura.
Dihukum Gantung
Sayangnya, di tengah pelarian itu, perahu motor yang ditumpangi Usman kehabisan bahan bakar. Mereka kemudian tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 17 Oktober 1968.
Sore hari sebelum hari hukuman itu, RRI sempat mengabarkan Usman akan dieksekusi mati keesokan harinya. Keluarga Usman tak tidur semalaman demi mengikuti perkembangan berita itu.
©2020 liputan6.com
Keesokan harinya, RRI mengumumkan bahwa Usman dan Harun telah dieksekusi dengan hukuman gantung. Berita itu menimbulkan kesedihan mendalam orang tua Usman.
Sempat Berikan Pesan Terakhir
Sebelum hari eksekusi itu, Usman sempat menulis surat untuk orang tuanya, Mohammad Ali dan Siti Rukiah. Dalam surat itu, Usman menyampaikan pesan pada orang tuanya bahwa ia tidak merasakan takut atau panik dalam menghadapi kematian.
©2014 Merdeka.com
Kedua orang tua Usman sendiri sangat berduka atas kepergian Usman walaupun tetap berusaha tegar. Sebelum Usman, mereka pernah kehilangan anak laki-lakinya yang memilih jalan sebagai pejuang kemerdekaan. Dia adalah Ahmad Khusni, kakak pertama Usman yang gugur akibat terkena granat Tentara Belanda.
Sempat Tak Diizinkan Jadi Prajurit
Ahmad Khusni merupakan sosok inspirasi Usman untuk masuk ke kesatuan prajurit KKO. Ia meminta izin orang tuanya untuk mendaftar, namun ditolak mentah-mentah. Hal itu wajar karena ketiga anak mereka, Ahmad Khusni, Ahmad Khuneni, dan Ahmad Matori menjadi pejuang kemerdekaan sehingga kesempatan bertemu orang tua sulit sekali.
©2020 liputan6.com
Namun, karena tekadnya sudah bulat, Usman tetap mendaftar tanpa sepengetahuan orang tuanya. Rasa cintanya pada tanah air tak terbendung. Bahkan, orang tuanya baru tahu kalau dia telah mendaftar sebagai pejuang sesaat sebelum Usman berangkat untuk operasi Trikora di Papua. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usman dan Harun gagal dalam pelariannya usai meledakkan Hotel Mac Donald House.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaKapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Baca SelengkapnyaTernyata, undakan ini menyimpan sejarah. Di dalamnya sudah ditanam sosok yang penuh dengan teka-teki.
Baca SelengkapnyaUsman kini ditahan oleh Polres Metro Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaDjamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaAdapun eksekusi rumah milik Rasich Hanif diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Baca SelengkapnyaSeorang ayah bernama Usmanto alias Usman (43) tega menganiaya anak kandungnya sendiri Kurniawan (11) hingga tewas.
Baca SelengkapnyaBerikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.
Baca SelengkapnyaKolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.
Baca SelengkapnyaIbnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan DI/TII.
Baca Selengkapnya