Kisah Inspiratif Anak Penjaga Hutan Wanagama, Bisa Kuliah S3 ke Jepang
Merdeka.com - Sejak tahun 1991, Tukiyat menjadi seorang penjaga Hutan Wanagama yang dikelola oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia beserta istri dan anaknya tinggal di dalam hutan itu. Karena tinggal di tengah hutan, tidak ada tetangga atau warga yang tinggal di dekat rumah mereka.
Sehari-hari mereka hidup di tengah rimbunan pepohonan dan semak belukar. Namun, keadaan yang sunyi itu membuat anak perempuannya, Sawitri, menjadi lebih dekat dengan alam. Sehari-hari Sawitri bermain dan belajar dengan pepohonan di sekitarnya dan diselingi dengan membaca buku.
Hal itulah yang membuat Sawitri kecil gemar membaca buku. Hobi baca buku itulah yang kemudian mengantarnya untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi yaitu gelar doktoral. Bahkan, ilmu yang digelutinya tidak jauh-jauh dari lingkungan yang biasa ia kenal sejak kecil, yaitu seputar hutan.
-
Bagaimana Siti dan Sudin belajar di sekolah hutan? “Saat ini Siti dan Sudin masih menjalani proses reintroduksi seperti belajar hidup di alam melalui pelatihan sekolah hutan. Setiap hari, pelatih Orang Utan membawa mereka mengikuti sekolah hutan dari pagi sampai sore,“
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Siapa yang bisa mengajak anak belajar di alam? Misalnya, saat berjalan-jalan di taman, Anda bisa mengajak anak-anak untuk mengamati berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
-
Bagaimana Septi belajar bertani belimbing? Septi belajar bertani belimbing secara otodidak dengan ilmu titen. Segala hal terkait penanaman belimbing ia pelajari mulai dari cara menyambung, cara membuat pupuk, cara merawat, cara memamen, hingga menentukan harga.
-
Dimana pohon berfungsi sebagai tempat tinggal bagi berbagai satwa? Pohon adalah rumah yang penting bagi banyak jenis satwa. Burung sering menggunakan cabang-cabang pohon untuk membuat sarang mereka dan melindungi telur serta anak-anaknya.
-
Apa yang dipelajari Siti dan Sudin di sekolah hutan? Tujuannya sendiri untuk melatih mereka dan mempersiapkannya kembali ke alam liar dengan pelatihan adaptasi. Siti dan Sudin nantinya akan belajar adaptasi dengan kondisi hutan dan juga pengetahuan jenis pakan dari hutan yang dapat dikonsumsi.
“Sejak kecil ia itu sudah hafal nama-nama latin dari jenis-jenis pohon karena ia juga sering mendengar saat ada dosen dan mahasiswa lagi praktik lapangan,” cerita Tukiyat, dikutip dari Ugm.ac.id pada Jumat (19/6).
Riwayat Pendidikan Sawitri
©ugm.ac.id
Sawitri menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Wonosari tahun 2011. Dia melanjutkan studi di Fakultas Kehutanan UGM Prodi Silvikultur.
Setelah berhasil menempuh pendidikan S1, dia kemudian melanjutkan studi S2 di prodi yang sama. Sejak tahun 2017, dia mengambil S3 di Jepang.
Selama di Jepang, Sawitri mengambil kuliah gelar doktor di Prodi Biosphere Resource Science and Technologi Universitas Tsukuba. Rencananya, ia akan menyelesaikan gelar doktornya itu pada September 2020 nanti.
Menghadapi Kendala Kuliah
Selama berada di Jepang, Sawitri mengaku sempat menghadapi kendala karena harus menekuni bidang teknologi molekuler yang masih awam baginya. Namun, ia bekerja keras untuk melewati tantangan tersebut dan akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu.
Setelah selesai masa studi yang sedang dijalani kini, Sawitri berharap bisa berkontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan tentang kehutanan di Indonesia.
“Harapan saya, bidang ilmu yang saya tekuni ini bisa mengombinasikan ilmu genetika dengan fenotopik/morfologi untuk menunjang pemuliaan tanaman hutan di Indonesia,” ujar Sawitri.
Sejak Kecil Hidup di Hutan
©ugm.ac.id
Sawitri mengatakan, hutan sudah menjadi bagian dari rumahnya. Saat kecil, dia sering diajak sang ayah untuk menyemai benih dan melakukan budi daya tanaman hutan. Karena tinggal di hutan itulah, Sawitri kecil dan keluarganya terbiasa hidup sederhana.
Karena tempat tinggalnya jauh dari kampung dan pemukiman penduduk, ia tidak mempunyai teman sepulangnya dari sekolah. untuk itulah ia menghabiskan waktu dengan membaca buku.
“Kami tidak punya TV sampai sekarang. Tidak ada hiburan untuk membunuh waktu. Pelariannya ya membaca buku. Dulu di Wanagama ada perpustakaan. Saya suka baca buku apa saja walaupun itu terbitan lama,” kenang Sawitri.
Terbiasa Hidup Prihatin
Bukan hanya tak punya TV, untuk pergi ke sekolah setiap pagi saja Sawitri harus berjalan kaki sejauh 2 km melewati hutan agar bisa sampai ke kampung terdekat. Selain itu, dia juga tak diberi uang jajan oleh orang tuanya.
Karena terbiasa hidup dengan kondisi yang serba prihatin, ia kemudian termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang S3 dengan harapan bisa menyenangkan orang tuanya suatu saat kelak.
“Berkat kekuatan do’a dan tekad mereka bisa mendukung saya hingga bisa kuliah S3 seperti sekarang ini,” kata Sawitri, Jumat (19/6). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cindy berharap keberadaan hutan lindung gambut terus dijaga kelestariannya.
Baca SelengkapnyaIngin liburan tapi tak punya budget banyak? Taman Ngrowo Bening Madiun ini bisa jadi pilihan. Bahkan, Anda tak perlu bayar untuk bisa berlibur di sini.
Baca SelengkapnyaIa diterima di Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM dan dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah.
Baca SelengkapnyaIa aktif dalam kegiatan akademik maupun non-akademik.
Baca SelengkapnyaWalau berasal dari keluarga tak mampu, seorang prajurit TNI kini berhasil menyandang gelar doktor.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda bernama Jatnika memiliki tempat tinggal yang unik yaitu di gua yang ada di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaPerjuangannya menempuh pendidikan tinggi dilalui dengan kerja keras dan pengorbanan.
Baca SelengkapnyaAnak yang memiliki kecerdasan naturalis biasanya mereka lebih peduli terhadap alam. Tak hanya itu mereka juga lebih peka dengan yang ada disekitar mereka.
Baca SelengkapnyaDua Orang Utan Sumatra yang berhasil diselamatkan dari perdagangan ilegal telah mengikuti sekolah hutan agar siap hidup dan dilepaskan ke alam liar.
Baca SelengkapnyaTak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
Baca SelengkapnyaWalaupun sempat direnovasi pada tahun 2007, namun bentuk bangunannya tetap asli seperti awal dibangun.
Baca SelengkapnyaKisah Vina tinggal di gubuk jauh di tengah hutan bersama kedua orang tuanya.
Baca Selengkapnya