Kisah Mbah Saliyem yang Hidup Miskin di Tengah Kebun, Korban Bantuan Salah Sasaran
Merdeka.com - Di Indonesia, program bantuan yang salah sasaran dari pemerintah ibarat sebuah lagu lama yang terus berulang. Masalah itu selalu saja terjadi dan tak kunjung diperoleh solusinya.
Akibatnya, warga yang sangat membutuhkan tidak memperoleh bantuan, justru mereka yang secara ekonomi lebih mampu yang memperolehnya.
Inilah yang menimpa seorang nenek berusia 86 tahun bernama Mbah Saliyem. Nenek yang tinggal di pelosok Demak, Jawa Tengah itu tinggal di gubuk pinjaman tetangga yang berada di tengah kebun.
-
Apa program pengentasan kemiskinan Banyuwangi? 'Saat ini, Banyuwangi terus menekan angka kemiskinan yang ada. Meskipun sudah rendah, tapi berbagai intervensi masih harus dilakukan agar rakyat Banyuwangi benar-benar sejahtera,' ungkap Bupati Ipuk.
-
Bagaimana bantuan Kementan disalurkan? Menurut Martina, semua bantuan akan segera dikirim menuju titik lokasi terdampak, yaitu Distrik Agandugume di Puncak Papua.
-
Kenapa Kitabisa membuat program SalingJaga Ibu Berdaya? 'Kitabisa adalah platform yang memudahkan orang membantu sesama. Namun, sekarang kami juga belajar kalau berbagi itu tidak hanya ke luar tapi juga bisa ke dalam. Salah satunya dengan memberi perhatian ke diri kita sendiri,' kata Head of Partnership Kitabisa Fania Khamada dalam keterangannya, Rabu (30/10).
-
Bagaimana bantuan disalurkan? 'Hari ini saya sudah berikan santunan kepada ahli waris dan kami juga memberikan kepada korban yang suaminya meningal dunia untuk dimasukkan ke dalam daftar nama penerima bantuan sosial,' tuturnya saat meninjau langsung lokasi kejadian pada Kamis, (14/3) malam.
-
Kenapa rumah tua itu terbengkalai? Kini rumah tua itu tak ada yang menempati dan terbengkalai.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
Pada saat Liputan6.com mengunjungi rumahnya, Mbah Saliyem sedang hendak pergi memperbaiki lampu teplok ke rumah tetangga.
Tinggal di Gubuk Seluas 3x4 meter
©2019 Merdeka.com/Bram Salam
Dilansir dari Liputan6.com pada Kamis (7/5), Mbah Saliyem telah menghuni gubuk pinjaman tetangga itu selama bertahun-tahun. Letak gubuk itu berada di tengah kebun dan hanya memiliki luas 3x4 meter.
Kondisi gubuknya pun memprihatinkan. Lantainya beralaskan tanah yang cenderung becek. Sinar matahari sinar menembus masuk ke dalam rumah melalui lubang atap yang bolong.
Untuk memberikan sekat antara tiap bagian rumah, Mbah Saliyem hanya memanfaatkan kain bekas yang sudah sobek dan compang-camping. Kain sobek itu membatasi kamarnya dengan bagian dapur di gubuknya itu.
Masih Kuat Menjalani Puasa
©2020 liputan6.com
Gubuk yang dihuni Mbah Saliyem jauh dari kriteria sehat. Di sana tak ada kamar mandi ataupun toilet untuk membersihkan diri. Kalau buang air besar, Mbah Saliyem melakukannya di bawah pohon bambu.
Walau sudah berusia rentan, Mbah Saliyem masih kuat dalam menjalankan ibadah puasa. Kalau sedang sakit atau membutuhkan beras, Mbah Saliyem tak jadi cengeng. Dia langsung pergi ke perangkat desa untuk meminta bantuan secara pribadi.
“Pak lurah dan aparat desa baik kok,” ujar Mbah Saliyem dilansir Liputan6.com pada Kamis (7/5).
Korban Bantuan Salah Sasaran
©2020 liputan6.com
Kepala Desa Kunir Kecamatan Dempet, Demak, M Romli mengaku prihatin atas kondisi yang dialami Mbah Saliyem. Ia menyayangkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di desanya tak tepat sasaran.
Banyak keluarga yang dinilai mampu malah menerima bantuan, sementara para lansia seperti Mbah Saliyem tidak mendapatkan fasilitas apa-apa. Namun pihaknya tetap mengajukan bantuan untuk Mbah Saliyem.
“Mbah Saliyem sudah diajukan usulan untuk Rumah Tangga Tak Layak Huni (RTLH). Mudah-mudahan segera dapat,” ujar Romli dilansir dari Liputan6.com pada Kamis (7/5).
Berharap Ada Peninjauan Ulang
©2020 Liputan6.com/Johan Tallo
Romli menjelaskan pemerintah desa tengah aktif dalam melakukan labelisasi penerima PKH di depan rumah warga yang terdaftar. Dari labelisasi yang dilakukan, terdapat temuan mengejutkan.
“Banyak masyarakat yang ekonominya kuat justru mendapat fasilitas. Saya harap ada peninjauan ulang terhadap pendataan PKH agar bisa tepat sasaran,” ujar Romli dilansir Liputan6.com pada Kamis (7/5). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu lalu dunia maya dihebohkan dengan aksi pengemis wanita yang meminta uang dengan bernyanyi 'A Kasihan A'.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaPerjuangan hidup Mbah Sulaiman, penjual balon keliling yang hidup sebatang kara dan bikin warganet sedih.
Baca SelengkapnyaMaruarar Sirait alias Ara mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo atas kebijakannya yang berpihak kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaWalaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran
Baca SelengkapnyaMahfud disambut antusias oleh kerumunan masa yang memadati lapangan Senduro, Kecamatan Senduro.
Baca Selengkapnya