Kisah Pondok Al-Frustasiyah, Tempat Belajar untuk Para Santri yang Frustasi
Merdeka.com - Pondok pesantren pada umumnya menjadi tempat belajar bagi para santri. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, ada yang dari kalangan pejabat pemerintah, tokoh ulama, bahkan ada pula para santri nakal berlatar belakang kelam.
Di pondok pesantren pula, para santri dibimbing agar menjadi pribadi lebih baik dan memiliki ilmu agama. Masing-masing pondok pesantren, punya keunikannya sendiri-sendiri. Tak terkecuali bagi sebuah pondok pesantren yang berada di Dusun Caruban, Kecamatan Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Rembang ini.
Di pondok pesantren itu, para santri yang menimba ilmu di sana, umumnya adalah mereka yang mengalami depresi, frustasi, atau orang-orang yang hampir putus asa dengan beban hidup. Pondok itu memiliki nama yang unik yaitu Pondok Bodo “Al-Frustasiyah”. Pondok ini memiliki sistem pembelajaran yang berbeda dari pondok pesantren kebanyakan. Berikut kisah selengkapnya:
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
-
Apa yang dipelajari santri di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro? Secara umum, Pondok Pesantren Al Fatah tidak terlalu berbeda dengan pondok pesantren NU dalam tradisi keagamaan. Pondok Pesantren Temboro mengikuti Syafi'iyah dalam fikih, Asy'ariyah dalam akidah, serta Naqsyabandiyah dalam tarekat.Pembeda utama Al Fatah dengan pondok pesantren lain yakni pada ikatan kuatnya dengan Jemaah Tabligh. Kitab-kitab karangan Maulana Muhammad Zakaria al-Kandhlawi dan Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjadi bahan ajar selain kitab-kitab kuning yang umum dipelajari di pondok.
-
Siapa yang rentan mengalami depresi? Orang yang suka menyendiri cenderung rentan berpikiran negatif dan mengalami depresi.
-
Siapa yang mendapat manfaat dari pondok pesantren? Maidi mengatakan, pondok pesantren itu diperuntukkan bagi anak-anak yatim di Kota Madiun.
-
Apa yang diartikan dengan kata depresi? Depresi adalah kondisi di mana seseorang mengalami gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam.
-
Siapa yang pernah menjadi santri di Pondok Tegalsari? Salah satu sosok yang pernah jadi santri di Pondok Tegalsari adalah pujangga Ronggowarsito.
Sejarah Pondok Al-Frustasiyah
Dilansir dari Alfrustasiyah.com, Pondok Bodo Al-Frustasiyah didirikan oleh KH. Hambali Abu Syuja’ Arruslani pada tahun 1973. Di kala mudanya, KH Hambali banyak mendapat tantangan hidup yang luar biasa, terutama dari mertuanya sendiri. Selain itu, dia juga dikenal sebagai ulama kontroversial di mana banyak kiai lain yang tak cocok dengan sepak terjangnya.
Kondisi itulah yang membuat kiai yang akrab disapa Mbah Hambali itu, meminta nasihat pada gurunya, Kyai Hamid Pasuruan. Dari gurunya itu, dia mendapat petunjuk untuk menetap di pesisir pantai utara dekat makam Nyai Ageng Maloka (kakak perempuan Sunan Bonang).
©Alfrustasiyah.com
Di tempat itu, ia mendirikan sebuah pondok tempat belajar agama. Pada awalnya, Mbah Hambali tidak memberi nama pondok itu seperti pondok-pondok pada umumnya. Para santri di sana juga hanya menyebut pondok itu pondok’e Mbah Hambali.
Namun seiring waktu, ia kemudian memberi pondok itu dengan nama Hikmatus Syari’ah. Lalu, diubah dengan nama Hikmatus Sababain, dan namanya diubah lagi menjadi Al-Frustasi dan terakhir menjadi Al-Frustasiyah.
Memiliki Sistem Pembelajaran yang Unik
Pondok Bodo (Pon-Bod) Al-Frustasiyah memiliki sistem pembelajaran yang unik. Bila pada pondok pada umumnya para santri belajar menggunakan kitab dan alat tulis, di pondok itu para santri disediakan tanah sebagai “kitab” dan cangkul sebagai “pena”-nya.
Dalam kesehariannya, para santri diajarkan untuk menggarap sawah maupun tambak yang disewa Mbah Hambali.
©Alfrustasiyah.com
Selain itu, kegiatan pengajian di Pondok Al-Frustasiyah lebih mengutamakan praktik daripada teori. Mbah Hambali juga menekankan agar santrinya bisa mengolah rasa, belajar laku batin untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Dengan metode seperti ini, Mbah Hambali ingin mencetak para santrinya untuk menjadi generasi yang mandiri dan tangguh secara lahir batin. Mereka juga bisa berwirausaha dan memiliki dasar agama yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman.
Tempat Belajar Para Santri yang Frustasi
Sejak awal, Pondok Pesantren Al-Frustasiyah memang sudah dikenal sebagai pondoknya orang-orang yang frustasi. Dikutip dari laman resminya, pemberian nama pondok itu mengandung harapan dan doa untuk para santri yang mengalami kegalauan luar biasa, agar di kemudian hari bisa menjadi orang yang lebih berguna di tengah masyarakat.
Secara khusus, Mbah Hambali memberi gambaran tentang pondok pesantren yang ia dirikan itu dengan pernyataannya sebagai berikut:
©travelingyuk.com
“Maaf di sini tidak sombong dan tidak sesumbar, ini bukan pondok pesantren dan hanya pondok-pondokan. Siap menampung orang sing podo kesasar dan podo buyar. Selain itu juga menampung anak-anak yatim piatu dan orang yang kurang mampu serta orang yang terbeku. Terus terang di sini tempat tak terhajar dan tak usah membawa bahan bakar. Asal siap ikhtiar dan Tawakal pada Tuhan yang Maha Besar.” (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama Ramadan, para lansia mengaji sebulan penuh tanpa dipungut biaya sepeser pun
Baca SelengkapnyaPantun santri lucu bisa dijadikan guyonan yang begitu menghibur.
Baca SelengkapnyaBegini potret Pondok Pesantren yang berada di puncak pegunungan kapur Ponorogo yang sempat dikenal angker.
Baca SelengkapnyaDi ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Baca SelengkapnyaAlumni bernama Adi Maulana ini menceritakan pengalamannya enam tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin.
Baca SelengkapnyaPPPA Daarul Qur'an mengunjungi Pondok Pesantren Rehabilitasi At-Tauhid Kota Semarang pada Senin pekan lalu.
Baca SelengkapnyaSeorang santri diduga nekat membakar pondok pesantren di Desa Dayun, Kabupaten Siak, Rabu (18/2), sehingga dua orang rekannya meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaDalam kegiatan yang dilaksanakan selama Ramadan, para santri difabel tunarungu itu belajar mengaji dengan menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaUsia 40 tahun menjadi titik balik bagi Ferdy Hasan untuk memperdalam ilmu agama.
Baca SelengkapnyaAtas laporan massa tersebut, sebanyk 20 personel dikerahkan polisi. Yakni, untuk mengamankan massa yang 'mengepung' pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaBanyak santrinya merupakan mantan penjahat dan pecandu narkoba.
Baca Selengkapnya