Lansia dan Anak-anak Belum Jadi Prioritas Vaksinasi COVID-19, Ini Kata Pakar UGM
Merdeka.com - Rabu (13/1), program vaksinasi COVID-19 telah dimulai. Program ini dimulai dengan penyuntikan vaksin pada Presiden Jokowi beserta staf jajarannya. Setelah itu barulah keesokan harinya para pemimpin daerah yang mendapat giliran vaksinasi.
Walaupun telah menyebar di Indonesia, terdapat skala prioritas dalam pemberian vaksin mengingat tak semua orang bisa mendapatkannya. Oleh karena itu walaupun nantinya vaksin sudah tersebar, protokol kesehatan tetap harus dipatuhi karena vaksin itu tidak memberi perlindungan 100 persen.
“Protokol kesehatan tetap perlu karena perlindungan vaksin tidak 100 persen. Namun paling tidak mereka yang sudah divaksin resikonya sangat rendah untuk terkena COVID-19 yang parah,” kata Epidemologi UGM, Bayu Satria pada Kamis (14/1).
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
-
Apa yang harus dilakukan jika anak PJB terlambat imunisasi? Jika jadwal imunisasi terlewat atau tidak lengkap, dr. Sarah menekankan bahwa imunisasi tersebut harus segera dikejar agar perlindungan terhadap infeksi dapat optimal. 'Kalau dia terlambat perlu di catch up, justru harus dikejar supaya proteksi dirinya agar tidak terkena infeksi berulang, agar nggak banyak kondisi penyulitnya,' ucap dr. Sarah.
-
Mengapa anak-anak yang belum divaksinasi berisiko tinggi terkena gondongan? Anak-anak yang belum menerima vaksinasi untuk mencegah gondongan berisiko tinggi terinfeksi penyakit ini.
-
Kenapa imunisasi terlambat bisa membuat anak lebih rentan terhadap penyakit? Anak yang tidak menjalani imunisasi sesuai jadwal mungkin tidak mendapatkan perlindungan yang optimal dari penyakit tertentu. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi, dan jika terinfeksi, durasi penyakit yang dialami bisa lebih lama dibandingkan dengan anak yang telah menyelesaikan vaksinasi.
Selain itu, pemerintah belum memprioritaskan kelompok anak-anak dan lansia di atas umur 59 tahun untuk pemberian vaksin itu. Mengapa demikian? Berikut selengkapnya:
Tidak Kebal Sepenuhnya
©YouTube/Ganjar Pranowo
Kepada kelompok masyarakat yang nantinya mendapat vaksin, Bayu menegaskan bahwa pengaruh vaksin tidak langsung membuat penggunanya kebal terhadap Virus Corona. Hal itu dikarenakan butuh waktu sekitar 2 minggu agar imun terbentuk. Selain itu penyuntikan vaksin harus dilakukan paling tidak dua kali.
“Setelah mendapatkan vaksin tetap perlu menerapkan protokol kesehatan karena vaksin baru memberikan perlindungan paling bagus sekitar 1-2 minggu setelah suntikan kedua. Yang pasti kita tetap jaga diri setelah suntik. Sebab, kita masih bisa tetap terkena apabila imun belum terbentuk,” kata Bayu dikutip dari Ugm.ac.id.
Anak-anak dan Lansia Belum Prioritas
©2021 Merdeka.com/Irwanto
Sementara itu, pemerintah belum memprioritaskan lansia dan anak-anak dalam penggunaan Vaksin Sinovac. Mengenai hal ini, Bayu berpendapat bahwa dua kelompok itu nantinya akan mendapat suntikan vaksin saat data hasil uji sudah lengkap.
“Ketika data yang didapatkan sudah lebih detail nantinya akan diberikan juga vaksin untuk lansia dan anak-anak. Saat ini masih menunggu data yang lebih lengkap,” kata Bayu.
Tingkat Keamanan Bagus
©2021 Merdeka.com/Irwanto
Menyinggung komentar dari masyarakat yang mempertanyakan tingkat kemanjuran Vaksin Sinovac dalam melawan Virus Corona, Bayu menilai bahwa vaksin itu termasuk yang bagus tingkat keamanannya. Hal ini dikarenakan vaksin itu masih mampu memberikan perlindungan dua kali lipat atau lebih.
“Pemilihan vaksin yang paling utama adalah keamanannya, baru kemudian kemanjurannya. Vaksin Sinovac ini termasuk yang paling bagus keamanannya,” kata Bayu dikutip dari Ugm.ac.id pada Kamis (14/1). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaDokter anak menegaskan bahwa imunisasi polio tetap aman diberikan pada anak berkebutuhan khusus kecuali pada penderita masalah kesehatan tertentu.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan agar anak-anak harus mendapatkan vaksin polio sebanyak empat kali.
Baca SelengkapnyaCakupan imunisasi PCV pada bayi tahun 2023, yakni sebanyak 139.887 atau 84,48 persen.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca Selengkapnya