Limbah Masker Bekas Meningkat Selama Pandemi, Pakar Lingkungan UGM
Merdeka.com - Merebaknya Virus Corona membuat penggunaan masker menjadi sesuatu yang wajib dilakukan. Walaupun dipercaya menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah meluasnya penyebaran virus, penggunaan masker di tengah masyarakat bukannya tanpa efek samping.
Hal inilah yang diyakini betul oleh seorang pakar lingkungan UGM Suherman, Ph.D. Menurutnya, karakteristik masker yang terbuat dari bahan utama fiber atau kertas membuat pelindung mulut itu harus segera dibuang setelah digunakan.
“Bisa dibayangkan, berapa juta sampah masker yang ada di lingkungan sekitar mengingat prediksi pandemi ini masih akan dihadapi selama beberapa waktu ke depan dan mempertimbangkan 270 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan perlindungan,” terang Suherman dikutip dari Ugm.ac.id pada Rabu (27/5).
-
Kenapa masker wajah disarankan untuk dipakai? Mereka menekankan pentingnya memakai masker pada waktu-waktu tertentu untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyebaran penyakit.
-
Kenapa pakai masker penting? Masker bisa mencegah penyakit-penyakit tersebut karena masker berfungsi sebagai penghalang fisik yang mengurangi kontak langsung antara droplets atau tetesan cairan yang keluar dari mulut dan hidung seseorang dengan orang lain.
-
Bagaimana sampah plastik mengancam kesehatan manusia? Sampah plastik dapat membahayakan satwa laut yang memakan atau terperangkap dalam limbah plastik, serta berdampak buruk bagi kesehatan manusia melalui rantai makanan.
-
Apa masalah utama pencemaran lingkungan? Sampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut.
-
Apa saja dampak buruknya? Akibat menonton TV terlalu dekat bagi kesehatan diketahui dapat menyebabkan mata tegang, mata kering, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi.
-
Apa dampak buruk polusi udara bagi kesehatan? Sebelumnya, Henie mengatakan bahwa polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering dijumpai di sekitar kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, tapi penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah.
Sampah Non Daur Ulang
BBC.com
Menurut Suherman, masker bekas merupakan sampah non daur ulang sehingga harus dibuang atau diolah di tempat pengelolaan sampah. Tak hanya itu, pengolahannya diperlukan metode khusus seperti insenerator atau pirolisis.
Dilansir dari Ugm.ac.id pada Rabu (27/5), karena keterbatasan masker, ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang mendaur ulang sampah. Sebelum didaur ulang, sampah masker terlebih dahulu dibersihkan dan diseterika agar terlihat seperti baru. Oleh karena itu sampah yang akan dibuang dipastikan digunting terlebih dahulu.
Butuh Penanganan Khusus
©2020 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 56 Tahun 2015, limbah masker dikategorikan sebagai limbah medis yang butuh penanganan khusus.
Artinya, keberadaan masker bekas di lingkungan memunculkan risiko kesehatan dari bakteri dan virus yang terbawa pada masker bekas tersebut.
“Saat serakan masker bekas terkena hujan maka bakteri dan virus masuk ke badan air dan sumber air minum konsumsi masyarakat,” ujar Suherman.
Bahaya Pemakaian Disinfektan Berlebihan
©2020 Merdeka.com/Dwi Narwoko
Di samping masker, hal utama yang perlu diperhatikan selama masa pandemi adalah penggunaan disinfektan. Penggunaan disinfektan dapat ditemui di berbagai fasilitas publik seperti dalam gedung sekolah, tempat ibadah, jalan raya, dan area pemukiman.
Menurut Suherman, penggunaan disinfektan memang merupakan langkah tepat guna antisipasi penyebaran COVID-19. Namun di musim hujan, penggunaannya yang berlebihan bisa menjadi problem lingkungan karena akan tersapu oleh air hujan yang datang.
Hal ini dikarenakan bahannya yang mengandung cairan kimia bisa berbahaya tidak hanya bagi manusia atau hewan, namun juga mikroorganisme yang berperan penting untuk kesuburan tanah.
Waspada Pelonjakan Sampah Rumah Tangga
©2020 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
Suherman juga menjelaskan tentang hal lain yang perlu diwaspadai selama masa pandemi yaitu melonjaknya sampah rumah tangga.
Pelonjakan sampah rumah tangga terjadi karena konsentrasi masyarakat yang akan banyak menghabiskan waktu di rumah. Oleh karena itu dia menyarankan sistem pengolahan sampah perlu ditingkatkan lagi agar kenyamanan masyarakat tetap terjaga. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polusi Udara Jakarta berada pada fase terburuk dan memicu berbagai penyakit
Baca SelengkapnyaZat hasil pembakaran sampah dapat berisiko meningkatkan potensi kanker pada manusia.
Baca SelengkapnyaSetidaknya lebih dari tiga penyakit dapat disebabkan oleh polusi. Untuk mencegahnya dapat menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaLuhut berharap seluruh elemen masyarakat kompak dalam menangkal polusi udara yang disebabkan aktivitas pembakaran sampah.
Baca SelengkapnyaTingkat polusinya bahkan melampaui standar aman dari WHO.
Baca SelengkapnyaGas-gas beracun tersebut berupa karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida yang berbahaya bila terhirup
Baca SelengkapnyaMembakar sampah plastik menjadi salah satu cara yang sering dilakukan oleh masyarakat. Tapi, tindakan ini ternyata sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaMembuang sampah sembarangan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Baca SelengkapnyaPolusi udara juga bisa memperparah penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan PPOK.
Baca SelengkapnyaLimbah cair dapat menyebabkan kelangkaan air dan kerusakan ekosistem.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengisyaratkan bakal menetapkan status tanggap darurat bencana asap karena kualitas udara nyaris menembus ambang batas.
Baca SelengkapnyaKualitas udara Jakarta yang tidak sehat memaksa orang-orang kembali memakai masker ketika beraktivitas di luar ruangan. Berikut fotonya!
Baca Selengkapnya