Manfaatkan Tren di Eropa, Jateng Kembangkan Produk UMKM Ini
Merdeka.com - Masa pandemi yang berlangsung lama telah mengubah tatanan dunia. Cara hidup sehari-hari banyak yang mengalami penyesuaian, terutama dengan diberlakukannya work from home (WFH).
Pada kehidupan penduduk Eropa, rutinitas WFH telah mengubah gaya hidup mereka. Dampaknya tren baru bermunculan. Salah satu tren baru itu adalah demam mengganti dekorasi rumah yang dilakukan oleh warga Belgia. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jateng yang bergerak di bidang furnitur.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah mengaku telah melepas 393 unit furnitur dengan nilai Rp113,19 juta ke Belgia. Pelepasan ratusan furnitur ke Belgia itu dilakukan setelah menempuh perjuangan berat dan berdarah-darah.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Bagaimana UMKM Cianjur tembus pasar ASEAN? Sebelumnya hanya dua produk lokal yang tembus pasar ekspor, yakni radio kayu antik dan sambal honje.
-
Bagaimana Kemenkop UKM mendorong UMKM untuk terlibat dalam rantai nilai global? Untuk itu Hanung mendorong agar pelaku UMKM memanfaatkan kebijakan yang mengatur agar Pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN berbelanja produk UMKM.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Bagaimana UMKM bisa berkembang lewat e-commerce? Dirinya kembali menambahkan, bahwa UMKM lokal akan bisa lebih berkembang melalui e-commerce.'Kamu semua bisa jualan bahkan sampai ke luar negeri, semuanya ada lengkap kan? Kaya mas Ardi ini sampai diajarin buka toko dan pakai fitur-fitur di Kampus Shopee, jadi omset bisa tambah banyak,' tambah Zulkifli Hasan.
-
Bagaimana UMKM Purwakarta ini sukses menembus pasar internasional? Tekun berusaha Ternyata rahasia pertama dari usaha panganan yang dibuat warga bernama Cucu Nengsih ini adalah tekun dalam berusaha.Ia konsisten untuk menjual produk pastel mini, dengan memperhatikan kemasan penyajian dan kualitas produk.
Lantas bagaimana ceritanya hingga pada akhirnya produk UMKM tersebut mampu dikirim ke Eropa? Berikut selengkapnya:
Alami Kendala Bahan Baku
©2021 Liputan6.com/Johan Tallo
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati, mengatakan bahwa rencana ekspor produk kayu ke Belgia telah dibahas pada awal tahun 2021. Pada tahapannya, sebelum diberangkatkan ratusan produk furnitur telah dikurasi untuk menyesuaikan dengan selera pasar setempat.
Selain itu, pihak pengrajin juga mengalami kendala bahan baku. Mulanya, produk yang hendak dikirim memiliki volume 42 feet kontainer, namun kini hanya bisa mengekspor 20 feet kontainer.
“Contohnya untuk meja dari bahan kayu fosil. Mulanya dipesan 100 unit. Namun tidak bisa dipenuhi karena bahan meja dari besi dan waktu itu terkendala pemenuhan oksigen untuk proses lasnya. Kan waktu itu oksigen untuk kebutuhan rumah sakit,” kata Ema dikutip dari Jatengprov.go.id pada Jumat (29/10).
Rumit Berdarah-darah
©2021 Merdeka.com
Sementara itu Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan bahwa proses ekspor produk furnitur dari Jateng ke Belgia membutuhkan perjuangan yang berat. Ia mengatakan tiga kesulitan utama dalam pengiriman itu adalah faktor UMKM, pengiriman melalui kontainer, dan yang terakhir adalah biaya promosi di Belgia.
Namun setelah melalui perjalanan panjang, produk-produk UMKM tersebut pada akhirnya dapat terkirim. Ia berharap keberhasilan ini dapat membuka jalan bagi para pelaku UMKM di Jateng untuk melakukan hal serupa.
“Ini sulit, rumit berdarah-darah. Namun hasil kerja dari kawan-kawan akhirnya berhasil. Ini akan kita replikasi. Mudah-mudahan untuk yang kedua, ketiga, dan keempat jauh lebih baik. Insya Allah lebih gampang karena sudah ada pengalaman,” ungkap Ganjar.
Produk Lain yang Go-Internasional
©2021 REUTERS/Baz Ratner
Selain ke Belgia, ada beberapa produk lain dari Jateng yang berhasil menembus pasar internasional di tiga negara yaitu Jepang, Australia, dan India. Untuk pasar Jepang ada kerajinan kain lukis dan eceng gondok.
Sementara untuk pasar Australia ada food and beverage, aksesoris, handicraft, fesyen batik tulis, tenun, briket, plastik, jas hujan, dan sebagainya.
Adapun untuk pasar India produk yang dijual antara lain bumbu eksotis seperti kayu manis, jahe, kunyit, teh, kopi vanila, dan merica. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya terus mempromosikan dan memajukan produk-produk lokal.
Baca SelengkapnyaMenteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, tren custom fashion menjadi peluang Usaha Mikro Kecil kuasai pasar lokal.
Baca SelengkapnyaTiga produknya berhasil tembus pasar di negara-negara ASEAN seperti kopi luwak, sambal honje sampai radio kayu antik.
Baca SelengkapnyaUMKM di Jatim dijadikan salah satu 'soko guru' perekonomian di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSebanyak 22 juta UMKM telah onboarding masuk ke ekosistem digital.
Baca SelengkapnyaRespons positif dari pengunjung TEI ini menunjukkan bahwa produk-produk UMKM Indonesia mampu bersaing.
Baca SelengkapnyaProduk tersebut bahkan telah menembus pasar internasional di lebih dari 100 negara.
Baca SelengkapnyaPara pengusaha UKM wajib aktif dalam suatu komunitas guna memperlancar ekspor.
Baca SelengkapnyaKemendag telah mengembangkan kerja sama UMKM, ritel modern, lokapasar, dan lembaga pembiayaan, termasuk pembiayaan ekspor.
Baca SelengkapnyaJika UMKM tidak bisa mengalahkan produk luar negeri karena dijual dengan harga terlalu murah, UMKM bisa meningkatkan kualitas dan keunikan.
Baca SelengkapnyaTeten bilang ini sebagai cara melawan dominasi produk asing yang dijajakan di platform e-commerce.
Baca SelengkapnyaWin's Rajut berhasil membuktikan kreativitasnya dengan mengolah gulma menjadi produk estetik.
Baca Selengkapnya