Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mendapatkan Data Konsumsi Rokok Masyarakat Melalui Survei Online

Mendapatkan Data Konsumsi Rokok Masyarakat Melalui Survei Online Ilustrasi merokok. ©Shutterstock.com/Zdenek Fiamoli

Merdeka.com - Sebanyak 2 dari 10 responden mengaku konsumsi rokok selama pandemi naik dua kali lipat dibandingkan masa sebelum pandemi. Menariknya, ongkos membeli rokok ini bervariasi mulai dari 20 persen hingga hampir setengah pengeluaran rutin bulanan selain angsuran.

Data ini diperoleh dari survei online sederhana kepada sekelompok pekerja di sebuah perusahaan. Survei dilakukan menggunakan perangkat Google Form.

Google form dipilih karena menawarkan langkah yang cukup mudah dan sederhana untuk membuat kuesioner. Selain itu, Google form bisa diakses secara gratis dengan memiliki akun google mail atau Gmail.

Survei ini berisi identitas responden, harga rokok, jumlah konsumsi rokok, dan rentang pengeluaran bulanan di salah satu perusahaan yang bergaji UMR di Yogyakarta.

Metode ini dipakai mengingat tidak ada sumber terbuka yang detail dan up to date terkait konsumsi rokok beserta anggarannya. Survei menggunakan layanan Google Form juga bisa menyasar populasi tertentu secara spesifik di suatu tempat maupun daerah dengan cepat.

Survei ini mengangkat isu mengenai konsumsi rokok di kalangan pekerja. Sebab, rokok disebut-sebut sebagai penyumbang angka kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) sebagaimana dilansir Katadata, menunjukkan rokok menjadi komponen pengeluaran terbesar kedua setelah beras.

Merokok menimbulkan adiksi. Hal ini membuat merokok bagi kalangan menengah ke bawah acapkali menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi. Akibatnya, tak jarang anggaran belanja rumah tangga yang seharusnya dipakai untuk membeli makanan bergizi justru terpangkas atau ludes untuk rokok.

Di sisi lain, Indonesia sendiri masuk ke dalam daftar 10 negara yang memiliki harga rokok termurah. Maka, tak mengherankan jika konsumsi rokok masyarakat menjadi susah diatur. Ini adalah salah satu dampak dari Indonesia yang belum memperkuat kebijakannya melalui ratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) WHO.

Melihat lebih kecil lagi, Provinsi Yogyakarta memiliki upah minimum provinsi (UMP) terendah di Indonesia. Hal ini justru kontras dengan biaya hidup yang semakin tinggi. Kondisi ini menarik untuk memetakan pola konsumsi rokok sebelum dan setelah pandemi di tengah pemasukan yang makin mepet khususnya bagi buruh bergaji UMR.

Proses pengambilan data dengan survei online

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Untuk memulai survei online, mula-mula yang perlu dilakukan adalah membuat kuesioner di Google Form. Caranya, dengan membuka akun Gmail. Pengguna direkomendasikan menggunakan peramban Google Chrome lantaran langsung terafiliasi dengan layanan Google lainnya.

Selanjutnya ketik “www.gmail.com” di pencarian, untuk menuju laman login akun Gmail. Kemudian, masukkan alamat email dan klik selanjutnya untuk memasukkan password.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Apabila belum memiliki akun Gmail, pengguna bisa membuatnya terlebih dahulu dengan meng-klik ‘Buat akun’ dan ikuti petunjuk yang ada.

Setelah berhasil masuk, klik ikon titik sembilan atau menu aplikasi di pojok kanan atas. Lalu, scroll ke bawah sampai menemukan formulir Google. Klik ikon berwarna ungu tersebut, maka akan diarahkan menuju laman pembuatan formulir.

Pilih formulir kosong dan mulai membuat formulir dimulai dari judul, deskripsi, baru menuju pertanyaan.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Mula-mula untuk data identitas seperti nama, isikan ‘Nama’ pada kolom pertanyaan, dan pilih “Jawaban Singkat” pada kolom di sebelahnya.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Jangan lupa untuk mengaktifkan “Wajib diisi” atau “Required” untuk memastikan responden mengisinya tanpa terlewat.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Kemudian klik tanda plus/ tambah (+) di sebelah kanan untuk membuat pertanyaan selanjutnya. Untuk pertanyaan pilihan ganda, ganti kolom ‘Jawaban singkat’ dengan ‘Pilihan ganda’ lalu mulai isi masing-masing pilihannya.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Setelah semua pertanyaan yang dibutuhkan diisikan, kemudian klik ‘Kirim’ yang berada di pojok kanan atas. Pilih menyebarkan Google Form melalui tautan seperti gambar berikut, dan jangan lupa untuk memperpendek tautan supaya lebih ringkas. Tautan formulir siap disebarkan.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Hasil yang akan diperoleh melalui survei online ini yaitu data berupa profil responden perokok aktif bergaji UMR, jumlah konsumsi rokok per hari, biaya belanja rokok per hari, serta rentang pengeluaran belanja bulanan.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Usai memperoleh jawaban, kembali ke laman Google Form dan buka kembali formulir google yang berisi pertanyaan. Klik “Jawaban” yang berada di tab samping “Pertanyaan”. Di sinilah semua respons terkumpul di sana.

Untuk memperoleh datanya dalam bentuk spreadsheet, klik ikon hijau kecil simbol spreadsheet di pojok kanan atas. Pengguna akan diarahkan menuju data respons yang sudah berbentuk spreadsheet seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Spreadsheet ini berisi jawaban atas pertanyaan yang dibuat dalam Google Form sebelumnya. Dalam survei ini, data berisi mengenai identitas responden, jumlah konsumsi rokok (dalam bungkus) per hari, dan harga rokok per bungkus.

Pembersihan data

Perangkat Spreadsheet memungkinkan data hasil survei itu bisa diolah langsung secara online. Sebelum memulai analisis, lakukan cleaning data untuk menghapus spasi atau duplikasi data. Cara ini cukup menghemat waktu daripada menelitinya satu persatu.

Langkahnya yaitu dengan meng-klik toolbar “Data”, dan pilih “Saran Pembersihan”. Apabila ada data yang perlu dibersihkan, maka akan muncul jendela di samping yang menginformasikan apa saja data yang perlu dibersihkan.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Dari gambar di bawah ini terlihat saran untuk memangkas ruang kosong. Pengguna bisa langsung meng-klik tanda centang untuk memperbaikinya. Cleaning data selesai.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Sebelum dianalisis, disarankan agar membuat back up atau cadangan data master bisa dengan duplicate sheet atau menyalin worksheet.

Untuk membuat salinan sheet caranya klik kanan pada nama sheet. Lalu, klik “Duplikasikan” atau “Duplicate”. Lalu, sheet baru akan muncul di sebelah sheet asli.

Back up data juga bisa dilakukan dengan meng-copy worksheet. Caranya, klik “File” lalu klik “Make a copy” atau “Buat Salinan”. Arahkan di mana file salinan ini akan disimpan, lalu klik “OK”.

Menganalisis data

Setelah data bersih dan siap diolah, berikutnya menganalisis data untuk mencari berapa konsumsi rokok responden sebelum dan selama pandemi. Analisis ini menggunakan tools Tabel pivot. Tabel pivot akan sangat bermanfaat bagi data yang jumlahnya ratusan maupun ribuan baris.

Untuk memanggil fungsi Tabel Pivot caranya klik “Data” lalu klik “Tabel pivot”. Lalu muncul kotak dialog baru dan klik “Create” untuk membuat pivot tabel di sheet baru.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Di sheet baru tersebut klik “Baris” pada “Editor tabel pivot”. Lalu, klik “Tambahkan”. Pilih variabel jumlah konsumsi rokok sebelum pandemi dan setelah pandemi. Maka akan muncul variasi nilai bungkus yang diisi peserta, dalam data form yang diperoleh hanya ada dua variasi, yakni 1 bungkus dan 2 bungkus.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Selanjutnya kembali pada tabel “Editor tabel pivot”. Geser ke bawah dan pilih “Nilai”, lalu klik “Tambahkan”. Masukkan variabel jumlah konsumsi rokok sebelum dan sesudah pandemi.

Pada kolom “Rangkum menurut” jangan lupa untuk mengganti “Counta”. Fungsi Counta berguna untuk mengetahui jumlah setiap variasi. Hasilnya, diperoleh variasi 1 bungkus berjumlah 10 orang sebelum pandemi.

Kemudian, setelah pandemi ada 8 orang yang jumlah konsumsi rokok tetap dan ada 2 orang bertambah menjadi 2 bungkus per hari.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Hitungan tersebut masih dalam satu hari konsumsi. Untuk mengetahui jumlah konsumsi selama satu bulan, maka buat kolom baru dan kalikan 30 hari. baris jumlah konsumsi sebelum dan sesudah pandemi. Maka akan diperoleh data sebagai berikut:

survei rokok

survei rokok

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Dari data di atas diperoleh 8 orang mengonsumsi 30 bungkus dan 2 orang lainnya mengonsumsi 60 bungkus setiap bulan setelah pandemi.

Analisis selanjutnya, yaitu mengetahui anggaran bulanan rokok tertinggi dan terendah setiap bulannya dari para responden dan berapa persen dari total pengeluaran.

Caranya yaitu dengan kembali ke sheet respons dan panggil kembali pivot tabel. Pivot tabel akan membuat sheet baru. Pada “Editor tabel pivot”, pilih baris dan klik “Tambahkan” lalu isi dengan variabel “Harga rokok”. Lalu, di sebelah variabel harga rokok tambahkan kolom jumlah konsumsi sebelum pandemi dan rentang pengeluaran per bulan sebelum pandemi.

Kemudian buat baris baru secara manual di sampingnya untuk menjumlah total anggaran bulanan yaitu dengan mengalikan 30 pada baris harga rokok dan jumlah konsumsi. Formula yang dipakai bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Hasil formula, diklik dan tarik ke bawah untuk memperoleh semua hasil perhitungan.

Kemudian, gunakan fungsi filter untuk mencari anggaran terendah selama sebulan. Centang pada anggaran terendah, dalam data tersebut yakni Rp300.000,00 perbulannya.

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Buat tabel  baru lagi dan beri nama persen perbandingan atau sejenisnya. Kemudian masukkan rumus untuk menghitung perbandingan antara biaya membeli rokok dengan total pengeluaran per bulan. Maka diperoleh angka seperti gambar berikut:

survei rokok

©2021 Merdeka.com

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Karena angka belum dalam bentuk persen, ubah format ke persen dengan mengklik ikon persen di toolbar. Maka diperoleh:

survei rokok

Angka pembagi 2000000, diambil dari rentang pengeluaran tertinggi, karena mengasumsikan kemungkinan pengeluaran tertinggi seseorang selama sebulan.

Selanjutnya, untuk memperoleh perbandingan anggaran tertinggi dengan rentang pengeluaran seseorang sebulan, menggunakan rumus yang sama seperti sebelumnya. Angka pembagi 2000000 diambil dari rentang pengeluaran tertinggi. Namun, pembilangnya memakai harga rokok tertinggi yakni Rp33000. Berikut langkahnya:

survei rokok

©2021 Merdeka.com

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Karena angka belum dalam bentuk persen, ubah format ke persen dengan mengklik ikon persen di toolbar. Maka diperoleh:

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Selanjutnya semua ulangi langkah di atas dari membuat sheet baru untuk memperolehan total anggaran tertinggi dan terendah konsumsi rokok setelah pandemi, maka didapatkan hasilnya sebagai berikut:

survei rokok

©2021 Merdeka.com

Setelah pandemi, anggaran terendah dari 10 responden yakni Rp300.000 per bulan atau setara 20% dari total pengeluaran tertinggi responden. Sedangkan, anggaran tertinggi konsumsi rokok setelah pandemi sebesar Rp1.080.000 atau setara 43,2% dari total pengeluaran bulanan responden.

Dari survei ini ditemukan, ada 2 dari 10 responden bergaji UMR di salah satu perusahaan di Yogyakarta mengalami peningkatan jumlah konsumsi rokok per bulan akibat pandemi Covid-19.

Hasil survei memberikan gambaran perubahan pola konsumsi rokok bagi pekerja di sebuah perusahaan. Data ini bisa dikembangkan lagi untuk analisis lanjutan dan lebih mendalam. 

Selain itu, ada peluang terbuka untuk berkolaborasi dengan memperluas jangkauan baik wilayah geografis maupun status sosial ekonomi responden sasaran untuk mendapatkan gambaran kondisi sosial terkini.

Dalam melakukan survei online menggunakan Google form, tantangan yang dihadapi yakni adalah ketelitian dalam membuat format pertanyaan dan jawaban. Apabila pembuat kuesioner tidak memberikan pertanyaan yang jelas maupun format jawaban yang pasti, ada kemungkinan munculnya variasi format pengisian yang justru mempersulit persiapan data sebelum proses analisis. Solusinya, gunakanlah format pertanyaan tertutup untuk mempermudah analisis.

Selain itu, durasi pengisian juga harus dipertimbangkan masak-masak. Waktu untuk mengisi survei online sebaiknya tidak lebih dari lima menit. Semakin lama mengisi survei, membuat responden cepat bosan dan berakibat pada akurasi data yang diperoleh bahkan ada kecenderungan ogah mengisi survei. Maka, pilihlah pertanyaan-pertanyaan kunci atau penting saja yang dimasukkan ke dalam survei online.

Tantangan lainnya adalah harus memastikan responden yang mengisi survei adalah benar-benar subjek sasaran. Jangan sampai survei ditujukan kepada ibu hamil tapi yang mengisi malah suaminya. Hal ini mungkin terjadi lantaran survei tidak dilakukan dengan tatap muka. Solusinya, siapkan enumerator khusus untuk melakukan survei online.  (mdk/amd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ternyata, Masyarakat Indonesia Habiskan Rp64 Triliun untuk Beli Rokok dalam Setahun
Ternyata, Masyarakat Indonesia Habiskan Rp64 Triliun untuk Beli Rokok dalam Setahun

Rokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Tarif Cukai Rokok 2024 Naik, Harga Rokok Makin Mahal
Tarif Cukai Rokok 2024 Naik, Harga Rokok Makin Mahal

Per 1 Januari 2024, tarif cukai hasil tembakau naik 10 persen.

Baca Selengkapnya
Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta
Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta

Berdasarkan data BPS mencatat beras dan rokok sebagai pengeluaran terbesar dalam rumah tangga.

Baca Selengkapnya
Ini Dampaknya Jika Cukai Rokok Terus Naik
Ini Dampaknya Jika Cukai Rokok Terus Naik

Penurunan produksi industri rokok diakibatkan kenaikan cukai eksesif pada periode 2023–2024.

Baca Selengkapnya
Survei BPS: Masyarakat Tinggalkan Playstation dan Rokok Konvensional
Survei BPS: Masyarakat Tinggalkan Playstation dan Rokok Konvensional

VCD/DVD Player hingga Playstation (PS) mulai ditinggalkan masyarakat pada tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Tambah Penerimaan Negara dari Cukai Rokok, Ini Hal Penting Harus Dilakukan Pemerintah
Tambah Penerimaan Negara dari Cukai Rokok, Ini Hal Penting Harus Dilakukan Pemerintah

Pengusaha menyoroti kinerja fungsi cukai yang tidak tercapai sebagai sumber penerimaan negara serta pengendalian konsumsi.

Baca Selengkapnya
Cukai Naik & Daya Beli Masyarakat Menurun, Jumlah Rokok Ilegal di Bekasi Meningkat Pesat
Cukai Naik & Daya Beli Masyarakat Menurun, Jumlah Rokok Ilegal di Bekasi Meningkat Pesat

Dia menduga, kian maraknya peredaran rokok ilegal di wilayah Bekasi imbas dari kenaikan cukai rokok.

Baca Selengkapnya
Produksi Industri Rokok Terus Mengalami Penurunan, Pengusaha Ungkap Penyebabnya
Produksi Industri Rokok Terus Mengalami Penurunan, Pengusaha Ungkap Penyebabnya

Kondisi penurunan produksi ini juga berdampak terhadap realisasi penerimaan negara dari CHT.

Baca Selengkapnya
Curhat Petani yang Khawatir Harga Tembakau Turun Gara-Gara Aturan Ini
Curhat Petani yang Khawatir Harga Tembakau Turun Gara-Gara Aturan Ini

Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPD APTI) Jawa Barat, Nana Suryana dengan tegas menyatakan tak setuju terhadap kebijakan tersebut.

Baca Selengkapnya
Kenaikan Tarif Cukai Rokok Bisa Picu PHK Massal
Kenaikan Tarif Cukai Rokok Bisa Picu PHK Massal

Industri rokok tembakau resah karena tarif cukai naik tiap tahun

Baca Selengkapnya
Rokok Ilegal Merajalela, ini Dampaknya Pemerintah Diminta Bertindak
Rokok Ilegal Merajalela, ini Dampaknya Pemerintah Diminta Bertindak

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indodata, peredaran rokok ilegal di Indonesia mencapai 46,95 persen pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Tergolong Kebutuhan Pangan, Rokok Jadi Penyebab Garis Kemiskinan di Sumut Meningkat
Tergolong Kebutuhan Pangan, Rokok Jadi Penyebab Garis Kemiskinan di Sumut Meningkat

Selain tergolong kebutuhan makanan, Rokok juga menjadi penyebab utama garis kemiskinan di Sumatra Utara meningkat.

Baca Selengkapnya