Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Basoka, "Senjata" Jateng Lawan COVID-19

Mengenal Basoka, Ilustrasi Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/ cdc

Merdeka.com - Masa pandemi belum berakhir. Virus Corona tak henti mengincar siapa saja. Kasus pasien positif COVID-19 semakin banyak. Berbagai rumah sakit yang tersebar di penjuru Tanah Air terus didatangi pasien hingga terancam kolaps.

Namun di tengah ancaman itu, masyarakat tak mau menyerah untuk melawan. Di Jawa Tengah, ada sebuah gerakan unik untuk melawan Virus Corona. Gerakan itu bernama Basoka.

Dikutip dari Liputan6.com pada Senin (18/1), Basoka merupakan singkatan dari Bantu Sesama Donor Plasma Konvalesen. Salah satu anggotanya adalah Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Dia mengungkapkan alasannya bergabung dengan gerakan itu.

“Gerakan ini jika dilakukan secaram masif dengan meringankan beban sesama, akan bermanfaat untuk meringankan beban pasien yang saat ini sedang berjuang melawan COVID-19,” ungkap pria yang akrab disapa Hendi itu. Lalu bagaimana gerakan ini bergerak untuk melawan Virus Corona? Berikut selengkapnya:

Anggota Gerakan

wali kota semarang hendrar prihadi

©2020 Merdeka.com

Dikutip dari Liputan6.com, gerakan ini beranggotakan para penyintas COVID-19 yang dianggap memiliki titer antibodi yang tinggi. Para penyintas ini kemudian mendonorkan plasma konvalesennya pada Palang Merah Indonesia (PMI) yang kemudian diteruskan pada pasien yang tengah berjuang melawan COVID-19.

Sementara itu, Hendi termasuk orang dengan titer antibodi yang tinggi. Sejak akhir Desember, dia secara aktif mendonorkan plasma konvalesennya.

“Saya berharap hal yang sama juga dapat dilakukan oleh para penyintas COVID-19 lainnya,” ungkap Hendi.

Syarat Jadi Pendonor

donor plasma konvalesen

©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia

Program pengadaan plasma konvalesen sendiri merupakan program pengobatan COVID-19 yang dibiayai oleh Kementerian Kesehatan. Untuk mengikuti program ini, para penyintas akan diminta untuk screening antibodi dan diambil plasma darahnya di PMI Kota Semarang. Namun ada syarat yang diajukan dari PMI pada penyintas untuk dapat mendonorkan plasmanya.

“Yang jelas sehat, umur 18-60 tahun, berat badan lebih dari 55 kg, pernah positif terinfeksi COVID-19, dan ada hasil negatif PCR setelah 14 hari sembuh,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, dikutip dari Liputan6.com pada Senin (18/1). (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara
Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara

Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.

Baca Selengkapnya
Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman di Masa Depan, Begini Cara Berbeda Terangkan Penggunaan Antibiotik secara Bijak
Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman di Masa Depan, Begini Cara Berbeda Terangkan Penggunaan Antibiotik secara Bijak

Program Desa Bijak Antibiotik (SAJAKA) jadi salah satu cara untuk atasi masalah resistensi antimikroba di masa mendatang.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Surak Ibra, Digunakan Warga Garut untuk Menyindir Belanda
Mengenal Tradisi Surak Ibra, Digunakan Warga Garut untuk Menyindir Belanda

Kesenian ini biasanya dimainkan oleh puluhan orang untuk menyindir Belanda.

Baca Selengkapnya
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis

Merdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:

Baca Selengkapnya
Tak Cuma Bambu Runcing, Ini 10 Senjata Mematikan Para Pejuang Indonesia Zaman Dulu Melawan Penjajah
Tak Cuma Bambu Runcing, Ini 10 Senjata Mematikan Para Pejuang Indonesia Zaman Dulu Melawan Penjajah

Senjata yang dipakai para pejuang pun beragam, jauh dari kata modern seperti bangsa barat.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda

Sisingamangaraja XII juga dikenal sebagai Raja Tuan Marhajan Siregar, adalah seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Penyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Cegah Penyebaran dan Penularan Cacar Monyet, Dinkes Yogyakarta Imbau Warga Gunakan Masker
Cegah Penyebaran dan Penularan Cacar Monyet, Dinkes Yogyakarta Imbau Warga Gunakan Masker

Virus ini sudah menyebar di Indonesia, namun belum terdeteksi menyebar di Kota Yogyakarta

Baca Selengkapnya
Kontroversi Nyamuk Wolbachia 'Bill Gates', Benarkah Mampu Mengurangi Penyebaran Demam Berdarah?
Kontroversi Nyamuk Wolbachia 'Bill Gates', Benarkah Mampu Mengurangi Penyebaran Demam Berdarah?

Efektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya