Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Ritual Santhara, Puasa Tanpa Makan dan Minum Menuju Kematian

Mengenal Ritual Santhara, Puasa Tanpa Makan dan Minum Menuju Kematian Ilustrasi lapar. ©Shutterstock.com/Ilya Andriyanov

Merdeka.com - Beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kabar kematian satu keluarga di Kalideres (10/11). Keluarga yang terdiri dari sepasang orang tua, satu orang anak perempuan, dan seorang paman atau adik ipar, ditemukan tewas dalam kondisi lambung kosong atau tidak adanya sisa makanan di dalamnya.

Hingga kini, polisi masih menyelidiki penyebab kematian misterius yang dialami oleh keluarga ini. Dari hasil otopsi yang didapatkan, diduga bahwa keluarga ini mati dalam kondisi kelaparan. Bahkan, peristiwa tewasnya keluarga ini dikaitkan dengan berbagai teori dan dugaan praktik tertentu, salah satunya adalah praktik santhara.

Ritual santhara adalah praktik kuno yang dilakukan oleh komunitas Jain di India. Ritual ini mengacu pada praktik mengurangi asupan makanan dan air secara bertahap untuk mengakhiri hidup dan mencapai “moksha”. Praktik ini juga dikenal dengan ritual sallekhana, samadhi-marana, dan sanyasana-marana.

Bagi komunikas Jain, praktik ini diyakini dapat membantu seseorang meninggal dalam keadaan tenang dan damai. Meskipun begitu, ritual komunitas Jain ini masih menjadi perdebatan tersendiri di India. Di mana pemerintah India menyebut ini sebagai praktik ilegal dan termasuk jenis percobaan bunuh diri.

Lalu seperti apa konsep santhara pada komunitas jain dan bagaimana tradisinya. Dari beragam sumber, berikut kami merangkum penjelasan mengenai ritual santhara di India yang bisa Anda simak.

Mengenal Ritual Santhara

Ritual santhara adalah sebuah praktik mengurangi asaupan makanan dan air secara bertahap untuk mengakhiri hidup dan mencapai “moksha”. Ini merupakan tradisi yang berasal dari komunitas Jain di India yang sudah ada sejak 300 tahun.

Pada kitab suci Jain, dikatakan bahwa ritual santhara adalah cara untuk mencapai kematian yang damai, tenang, dan bermartabat. Ritual ini diyakini dapat membantu seseorang mencapai aktualisasi diri dan pembebasan spiritual.

Praktik santhara ini juga dikenal dengan beberapa istilah lain, yaitu ritual sallekhana, samadhi-marana, dan sanyasana-marana. Menurut kibat suci Jain, praktik ini hanay dapat dilakukan oleh individu dalam beberapa keadaan tertentu, yaitu sebagai berikut:

  • Setelah mencapai usia tua atau dengan menderita penyakit terminal yang tampak sudah dekat dengan kematian
  • Jika ada kesulitan untuk melakukan fungsi tubuh normal.
  • Jika orang tersebut telah memenuhi semua tanggung jawabnya terhadap keluarganya.
  • Orang tersebut harus secara sukarela memilih Santhara dalam kesehatan mental dan emosional yang baik.
  • Jika seseorang ingin menghilangkan karma buruknya yang telah dia lakukan selama hidupnya.
  • Jika orang tersebut sangat percaya pada Tuhan dan agama
  • Telah diberikan izin dari anggota keluarga dan kerabat atau dalam situasi di mana keluarga telah menyetujui untuk berlatih Santhara.
  • Jika seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai moksha.
  • Saat seseorang telah memutuskan untuk melakukan praktik santhara, biasanya orang tersebut melakukan beberapa hal sebelum melakukan ritual santhara, yaitu sebagai berikut:

  • Mengumumkan diri di depan umum bahwa dirinya akan melakukan praktik santhara.
  • Meminta maaf kepada semua orang atas luka yang disebabkan oleh dirinya selama hidup. Praktik ini dikenal dengan istilah “muchhami dukkadam”.
  • Mengambil sumpah santhara setelah diskusi dengan seorang yang suci tentang kondisi dirinya
  • Memaulai meditasi dan mencoba melihat ke dalam jiwanya.
  • Kemduian, perlahan secara bertahap menahan diri dari makanan dan minuman hingga jiwanya meninggalkan tubuh dan mencapai moksha.
  • Pro-Kontra Praktik Santhara

    Ritual santhara adalah praktik tradisional yang banyak dilakukan pada zaman dahulu. Jumlah pengikut Jain yang melakukan praktik ini juga menurun dari waktu ke waktu. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada pengikut Jain yang melakukan praktik ini.

    Sementara Pengadilan Tinggi Rajashan, India, menyebut bahwa ini adalah praktik ilegal yang dapat digolongkan sebagai jenis percobaan bunuh diri. Karena dianggap sama dengan bunuh diri, maka praktik ini bisa dikenakan hukuman berdasarkan pasal 306 dan 309 KUHP India. Dengan begitu, pemerintah India melarang praktik yang termasuk kejahatan sosial ini.

    Keputusan tersebut tentu ditentang oleh komunitas Jain. Di mana pengikut Jain percaya bahwa praktik santhara dilakukan dengan sengaja dan tanpa paksaan. Komunitas Jain yakin bahwa ritual ini bukanlah tindakan bunuh diri, sebab bunuh diri selalu dilakukan dalam keadaan marah, sedih, sakit, atau kondisi cemas dan tidak tenang.

    Sementara ritual santhara diyakini membantu seseorang untuk mengakhiri hidup dan mencapai moksha dengan sukarela, damai, dan tenang. Komunitas Jain juga percaya bahwa seseorang iperbolehkan meninggalkan dunia jika dia telah memenuhi semua tanggung jawabnya dan bersedia untuk mencapai moksha atau keselamatan. Itu adalah bentuk kematian yang paling murni. Ini juga diyakini sebagai tindakan tanpa kekerasan, berbeda dengan tindakan bunuh diri.

    Perbedaan Eutanasia dan Santhara

    Setelah memahami pengertian umum dan perdebatan dari ritual santhara, terakhir akan dibahas tentang euthanasia dan santhara. Sama-sama praktik untuk mengakhiri hidup, ritual santhara kerap disamakan dengan eutanasia. Namun dua hal ini diklaim sebagai dua konsep yang berbeda.

    Eutanasia pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam. Pertama eutanasia yang dilakukan sukarela, di mana upaya mengakhiri hidup dilakukan atas persetujuan dari seorang pasien yang sudah sakit dan menderita. Kedua, yaitu jenis eutanasia paksa, di mana kematian dilakukan tanpa persetujuan pasien melainkan persetujuan keluarga atau kerabat. Dengan begitu, tabib atau perawat akan membantu melancarkan upaya untuk mengakhiri hidup pasien tersebut.

    Sementara praktik santhara bagi komunitas Jain adalah upaya mengakhiri hidup dengan sukarela, damai, dan tenang untuk mencapai moksha. Bagi komunitas Jain, praktik eutanasia dilakukan untuk melepaskan rasa sakit atau penderitaan yang dialami oleh seseorang karena kesehatan dan tubuhnya.

    Sedangkan Santhara dipraktikkan ketika seseorang telah memenuhi semua tanggung jawabnya dan ingin menyerahkan dirinya kepada tuhan dengan cara meninggal dengan harapan mencapai moksha. Santhara adalah praktik spiritual dan sakral sedangkan eutanasia bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan secara fisik pada seseorang.

    Jika dilihat dari prosesnya, eutanasia adalah praktik mengakhiri hidup dengan proses yang cepat. Sementara santhara dilakukan secara bertahap dengan menahan diri dari makan dan minum hingga akhirnya jiwa dalam tubuh terangkat. Meskipun begitu, dua praktik ini masih menjadi perdebatan di masyarakat. Sebagian komunitas dan orang menyakini bahwa praktik ini sah dilakukan, sedangkan sebagian masyarakat lainnya beserta pemerintah menyebut ini sebagai upaya percobaan bunuh diri yang ilegal. (mdk/ayi)

    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP
    Mengenal Upacara Obong-Obong, Tradisi Orang Kalang di Kendal Warisan Para Leluhur
    Mengenal Upacara Obong-Obong, Tradisi Orang Kalang di Kendal Warisan Para Leluhur

    Mereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.

    Baca Selengkapnya
    Fakta Kematian Ibu dan Anak di Cinere, Mirip Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres
    Fakta Kematian Ibu dan Anak di Cinere, Mirip Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres

    Kematian keduanya terungkap dari kecurigaan tetangga yang lama tidak melihat penghuni rumah.

    Baca Selengkapnya
    Kembali Digelar, Begini Ritual Ma’nene di Toraja yang Curi Perhatian
    Kembali Digelar, Begini Ritual Ma’nene di Toraja yang Curi Perhatian

    Viral, begini ritual Ma’nene di Toraja yang diadakan setiap bulan Agustus.

    Baca Selengkapnya
    Ada Kemiripan Kematian Misterius di Cinere dan Kalideres, Begini Analisis Kriminolog
    Ada Kemiripan Kematian Misterius di Cinere dan Kalideres, Begini Analisis Kriminolog

    Kedua penghuni rumah dinilai tidak memiliki ikatan sosial dengan lingkungan, bahkan tidak berkomunikasi dengan keluarga.

    Baca Selengkapnya
    Melihat Upacara 'Rambu Solo', Ritual Pemakaman yang Mirip Pesta di Toraja
    Melihat Upacara 'Rambu Solo', Ritual Pemakaman yang Mirip Pesta di Toraja

    Melihat prosesi upacara pemakaman di Tana Toraja, provinsi Sulawesi Selatan.

    Baca Selengkapnya
    Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
    Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

    Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.

    Baca Selengkapnya
    Orang Sakti, Suku Dayak Losarang Ini Mengaku Tak Pernah Pakai Baju dan Mandi 'Kalau Pakai Baju Suka Sakit'
    Orang Sakti, Suku Dayak Losarang Ini Mengaku Tak Pernah Pakai Baju dan Mandi 'Kalau Pakai Baju Suka Sakit'

    Seorang pria suku Dayak mengaku tidak mandi selama 3 tahun dan tidak pakai baju selama 10 tahun.

    Baca Selengkapnya
    Mengenal Wulan Kapitu, Sesepuh Suku Tengger Puasa Garam dan Tidak Berhubungan Seksual demi Tujuan Mulia
    Mengenal Wulan Kapitu, Sesepuh Suku Tengger Puasa Garam dan Tidak Berhubungan Seksual demi Tujuan Mulia

    Bulan ini adalah bulan suci bagi masyarakat suku Tengger

    Baca Selengkapnya
    Mengenal Ruwatan, Tradisi Jawa yang Lahir dari Kisah Pewayangan
    Mengenal Ruwatan, Tradisi Jawa yang Lahir dari Kisah Pewayangan

    Tradisi ini bertujuan agar sang anak dan keluarganya terhindar dari kesialan

    Baca Selengkapnya
    Niat Tirakat Puasa dalam Tradisi Jawa, Perlu Diketahui
    Niat Tirakat Puasa dalam Tradisi Jawa, Perlu Diketahui

    Tirakat adalah suatu upaya memperbaiki diri dalam tradisi Islam Jawa.

    Baca Selengkapnya
    Tak Banyak Diketahui, Begini Cara Suku Baduy Memakamkan Warganya
    Tak Banyak Diketahui, Begini Cara Suku Baduy Memakamkan Warganya

    Setelah tujuh hari, tanah kuburan sudah bisa digunakan kembali untuk berladang.

    Baca Selengkapnya
    Melangun, Cara Suku Anak Dalam Hilangkan Rasa Kesedihan Setelah Ditinggalkan Anggota Keluarga
    Melangun, Cara Suku Anak Dalam Hilangkan Rasa Kesedihan Setelah Ditinggalkan Anggota Keluarga

    Arti dari Melangun sendiri adalah bepergian untuk berpindah tempat apabila salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.

    Baca Selengkapnya