Penghuni Desa di Pati Ini Hanya Tersisa 4 Keluarga, Ini Alasan Banyak Warga Pindah
Merdeka.com - Tidak seperti desa kebanyakan, Desa Condro yang berada di Kelurahan Karangsumber, Winong, Pati, hanya dihuni empat keluarga. Padahal sebenarnya wilayah desa itu cukup luas dengan banyak sawah dan perkebunan.
Mengutip dari Dream.co.id, dulunya desa itu dihuni tujuh keluarga. Empat keluarga yang bertahan, yaitu keluarga Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, dan Mbah Paseman.
Lalu apa yang membuat tak banyak warga yang mau tinggal di desa itu? Kenapa pula tiga keluarga yang tadinya tinggal di sana pada akhirnya memilih pindah? Berikut selengkapnya:
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Mengapa warga Desa Sei Sekonyer pindah? Pada tahun 1971, Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman Nasional. Penetapan ini membuat penduduk setempat direlokasi ke seberang areal Taman Nasional yang kini bernama Desa Sungai Sekonyer.
-
Mengapa Desa Wonorejo hilang? Nantinya tempat itu akan jadi area tambang karena di dalam tanah desa itu terkandung batu bara.
-
Bagaimana Desa Wonorejo dikosongkan? Karena ada perluasan area tambang, kini penduduk Desa Wonorejo sudah dipindahkan ke desa terdekat, yaitu Desa Sumber Rejeki.
-
Mengapa beberapa warga pindah dari Kampung Sibimo? Namun kemudian beberapa warga pindah karena ingin mendapatkan akses yang lebih baik.
Jalanan Rusak
©2022 dream.co.id
Mbah Giman, salah satu kepala keluarga di Desa Condro, mengatakan bahwa desa itu menjadi sepi karena jalanan di desa itu kecil dan rusak sehingga hanya bisa dilewati motor. Apalagi jalanan di sana juga belum diaspal sehingga masih berupa jalan tanah.
Ia menambahkan, jika akses jalan di sana bagus, kemungkinan besar akan lebih banyak keluarga yang bertahan dan tidak meninggalkan desa itu.
“Kalau jalannya bagus, sebenarnya bisa. Cuma materialnya tidak bisa masuk, kurang lebar, untuk memuat pasir kan tidak muat,” ujar Mbah Giman, mengutip dari Dream.co.id.
Gabung dengan Desa Lain
©2022 dream.co.id
Demi menyambung hidup, warga yang bermukim di Desa Condro kebanyakan bekerja sebagai petani. Karena warganya hanya sedikit, mereka harus rela bergabung dengan desa tetangga kalau ada kumpul kampung.
“Pertama menghuni desa ini sejak sebelum Merdeka. Tidak ada RT. Jadi kalau ada kumpulan RT gabung sama Desa Karangmalang,” terang Mbah Giman.
Berharap Bisa Tetap Bertahan
©2022 dream.co.id
Hidup dengan suasana sunyi seperti yang dirasakan warga Desa Condro memang tidak mudah. Untuk menuju ke tempat lain, akses jalan yang harus dilalui cukup sulit. Begitu juga sebaliknya, orang-orang yang ingin berkunjung ke desa itu akan terkendala sarana penghubung yang tidak memadai.
Namun di balik kesulitan yang mereka alami, Mbah Giman berharap warga desa yang tersisa ini bisa bertahan di tengah kesunyian.
“Semoga tetap lestari, tetap ada, dan tidak pindah semua. Condro itu tidak boleh disuruh orang, tidak diambil orang. Itu motor pernah diambil orang, selang dua hari sudah balik lagi,” ujar Mbah Giman.
(mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaAkses yang sulit membuat warga yang tinggal di sana sulit pergi ke mana-mana
Baca SelengkapnyaSetelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaPenghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaKampung itu kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai karena sudah ditinggal pemiliknya.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaSuasana kampung di pagi hari cukup sepi. Yang terdengar nyaring hanyalah suara jangkrik.
Baca Selengkapnya