Perokok Punya Risiko Meninggal Lebih Besar karena COVID-19, Ini Kata Pakar UGM
Merdeka.com - Wabah COVID-19 masih berlangsung dan tak tahu kapan akan berhenti. Korban demi korban meninggal berjatuhan. Biasanya, mereka yang banyak menjadi korban adalah para lansia atau orang dengan penyakit penyerta.
Namun ternyata, ada perilaku tertentu yang membuat orang punya risiko meninggal dunia lebih tinggi akibat COVID-19. Perilaku itu adalah merokok.
Hal itulah yang diungkapkan oleh peneliti dari Departemen Ilmu Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM Bagas Suryo Bintoro. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat terutama para perokok bisa berhenti merokok untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19.
-
Bagaimana cara berhenti merokok? 'Dan kita tahu cara melakukannya, dengan menaikkan pajak rokok dan meningkatkan dukungan penghentian,' lanjutnya.
-
Mengapa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru? Hal ini dikarenakan di dalam rokok itu sendiri terdapat zat beracun penyebab kanker (karsinogen) yang berisiko mempercepat kerusakan sel pelapis paru-paru.
-
Apa saja tips berhenti merokok? Berikut sejumlah cara cepat dan mudah untuk berhenti merokok selamanya.
-
Kenapa berhenti merokok penting? Berhenti merokok memiliki dampak yang luar biasa dalam mengurangi risiko kematian.
-
Kenapa merokok penyebab kanker paru-paru? Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko nomor satu penyebab kanker paru-paru, terhitung hampir 90% dari semua kasus. Tembakau dan asapnya memiliki lebih dari 7.000 bahan kimia di dalamnya, dan kebanyakan di antaranya bersifat karsinogenik. Semakin lama Anda merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap, maka akan besar risiko kanker paru.
“Tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok, sebab berhenti merokok bermanfaat bagi kesehatan sehingga harus didukung oleh semua pihak,” kata Bagas dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (2/5).
Proses yang Tidak Mudah
ABC News
Menurut Guru Besar FK-KMK UGM, Yayi Suryo Prabandari, berhenti merokok merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Untuk bisa berjalan baik, perlu komitmen kuat agar seseorang itu bisa berhenti merokok.
Bahkan komitmen itu tidak hanya berasal dari perokok namun juga dukungan keluarga, komunitas dan lingkungan, serta layanan kesehatan.
“Dari kajian literatur yang ada, sebagian itu efektif di waktu 6 bulan awal. Setelahnya perlu ada penguatan dan pendampingan kembali,” kata Yayi.
Seperti Uji Nyali
©2016 Merdeka.com
Menurut Yayi, perlu ada proses eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau dan rokok. Di samping itu, strategi lain bisa dilakukan seperti memperbanyak kawasan tanpa rokok (KTR), advokasi jejaring untuk menerapkan KTR, dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengawasan KTR.
“Berhenti merokok di Indonesia itu seperti uji nyali. Saat individu sudah bertekad berhenti namun kondisi lingkungan kurang mendukung sehingga penguatan komitmen sangat dibutuhkan,” tegas Yayi.
Program Rumah Bebas Asap Rokok
©2012 Merdeka.com
Sementara itu, Retna Siwi Padmawati, peneliti lain dair Departemen Ilmu Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FK-KMK UGM menjelaskan soal program rumah bebas asap rokok sebagai bentuk penguatan komitmen pada masyarakat agar berhenti merokok.
Melalui program itu, baik seluruh penghuni rumah tidak diperbolehkan merokok di dalam rumah, tidak menyediakan tempat putung rokok, serta memasang stiker tanda larangan merokok di dalam rumah.
“Jauhkan keluarga dari ekspos rokok karena nantinya bisa ditiru oleh anak-anak. Semuanya harus diikuti dengan berhenti merokok agar anak-anak tidak mengikutinya,” kata Retno. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.
Baca SelengkapnyaBerhenti merokok dapat memberikan banyak efek kebaikan bagi tubuh.
Baca SelengkapnyaBerhenti merokok sebelum usia 40 tahun bisa memiliki efek panjang umur sama seperti pada orang yang tidak pernah merokok.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia kasus kanker paru-paru banyak ditemukan pada usia produktif sekitar 40 tahun.
Baca SelengkapnyaMenghentikan kebiasaan merokok merupakan langkah krusial untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru dan meningkatkan kualitas hidup.
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif cukai rokok sangat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk merokok, semakin mahal maka prevalensi perokok semakin bisa ditekan.
Baca SelengkapnyaSemakin muda usia seseorang mulai merokok, risiko masalah pernapasan di usia muda bisa semakin meningkat.
Baca SelengkapnyaKanker paru-paru adalah kanker yang terbentuk di dalam paru-paru. Kanker ini dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya oleh kebiasaan kita sehari-hari.
Baca SelengkapnyaMerokok adalah faktor risiko utama untuk berbagai penyakit mulut yang serius, termasuk kanker mulut, gigi berlubang, penyakit gusi, atau bau mulut.
Baca SelengkapnyaRokok ini terdiri dari campuran tembakau yang telah dicampur dengan buah-buahan, madu, atau sirop untuk memberikan rasa dan aroma yang khas.
Baca SelengkapnyaSejumlah cara bisa dilakukan untuk berhenti merokok secara mudah dan murah.
Baca SelengkapnyaDengan adanya pelarangan menjual rokok secara eceran maka pengeluaran masyarakat akan semakin besar untuk membeli rokok.
Baca Selengkapnya