Rusunawa di Bantul Ogah Lockdown Meski 4 Orang Meninggal karena COVID, Ini Faktanya
Merdeka.com - Dilansir dari Liputan6.com pada Jumat (30/7), sebanyak empat anggota keluarga yang tinggal di sebuah rusunawa di Bantul meninggal dunia karena terpapar COVID-19. Keempatnya meninggal di waktu yang hampir bersamaan.
Namun, kejadian itu tak lantas membuat Rusunawan Sewon, Bantul, tempat meninggalnya keempat pasien COVID-19, ambil tindakan. Pengelola rusunawa mengatakan ia tak mau melakukan lockdown karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
“Kalau kami lockdown, bagaimana nanti mereka bekerja? Rata-rata di sini kan masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Kepala UPDT dan Permakaman Dinas PUPR Bantul, Ari Mursukapti.Berikut selengkapnya:
-
Mengapa warga Puncak meninggal? Kematian karena diare dan dehidrasi,“ Abdul menyebutkan berdasarkan laporan tersebut, kekeringan ini telah berdampak pada kurang lebih 7.500 jiwa.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Siapa yang meninggal akibat Gempa Bantul? Tercatat satu warga meninggal di Kabupaten Bantul.
-
Apa penyebab kematian bapak dan nenek? Dalam kasus ini, ayah dan nenek terduga meninggal dunia. Hasil pemeriksaan medis, mereka berdua mengalami luka-luka di bagian leher, punggung dan lengan. Sedangkan, ibu terduga pelaku mengalami luka.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
Sudah Lakukan Pembatasan
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Terkait penularan COVID-19 di rusunawa yang berujung pada meninggalnya 4 orang dalam satu keluarga, Ari mengatakan kalau pihak rusunawa sudah memberlakukan protokol kesehatan. Ia pun menolak melakukan lockdown walaupun hanya di lantai tempat 4 anggota keluarga itu meninggal dunia
Ari menjelaskan, kalau rusunawa itu dilakukan “lockdown”, pihaknya harus menyediakan bantuan minimal makan kepada 400 kepala keluarga. Akhirnya dia mengambil kebijakan yang aman secara finansial.
“Kami sudah lakukan pembatasan. Tak boleh kumpul-kumpul, 5 M. Tapi namanya orang banyak ya seperti itulah, ada yang patuh ada yang tidak,” terang Ari dikutip dari Liputan6.com.
Tanggapan Anggota DPRD
Sementara itu Anggota Komisi C DPRD Bantul, Arni Tyas Palupi mengaku telah mendengar informasi terkait adanya warga rusunawa yang meninggal dunia. Dia secara informal sudah menghubungi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bobot Arifianto. Namun hingga berita ini diturunkan pihaknya belum mendapatkan keterangan secara resmi.
Arni menjelaskan, seharusnya pihak pengelola rusunawa menyediakan dua kamar khusus untuk ruang isolasi. Dua kamar yang selama ini digunakan untuk tamu yang ingin menginap di rusunawa itu untuk sementara bisa dialihkan jadi ruang isolasi. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaKedua pria sebatang kara itu meninggal pada Jumat (29/9), namun tidak bisa langsung dimakamkan karena pihak rumah singgah tak punya biaya pemakaman.
Baca SelengkapnyaSalah satu polisi gugur saat bertugas mengevakuasi para korban.
Baca SelengkapnyaKeluarga yang beranggotakan 4 orang itu menghembuskan napas terakhir pada hari Jumat (12/4) saat hendak melakukan silaturahmi ke rumah saudara
Baca SelengkapnyaEmpat bocah malang itu dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri
Baca SelengkapnyaBanjir bandang melanda Pekalongan, Jawa Tengah usai hujan deras
Baca SelengkapnyaSeorang ayah ingin mengakhiri hidupnya, setelah mengetahui empat anak yang dikunci di dalam kamar mandi tewas.
Baca SelengkapnyaBupati juga ikut menyalatkan almarhum Fauzan di masjid dekat rumahnya bersama warga sekitar.
Baca SelengkapnyaWarga awalnya hanya mencium bau busuk dan tak mencurigai rumah korban menjadi sumber aroma tersebut.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaAtap beton di Rusun Marunda Blok C5, Jakarta Utara, roboh. Peristiwa itu diduga karena kondisi bangunan yang sudah tidak layak.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal bernama Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20) dan Galang Naendra Putra (4).
Baca Selengkapnya