Sebabkan 4 Warga Tewas Tertimbun, Ini 5 Fakta Tebing Longsor di Banjarnegara
Merdeka.com - Jumat malam (19/11) mungkin akan menjadi malam yang membekas dalam ingatan warga Desa Pagentan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara. Malam itu, sebuah tebing setinggi 25 meter longsor dan menimpa dua rumah yang berada di bawahnya.
Dalam proses evakuasi, sebanyak empat orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di dalam rumah mereka yang tertimbun longsoran. Sedangkan satu orang lainnya ditemukan dalam kondisi selamat dan langsung dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan karena mengalami luka-luka.
Korban meninggal dunia adalah B (14), F (11), A (bidan), dan P (38). Sedangkan korban luka-luka adalah PO (7) yang langsung dibawa ke Puskesmas 1 Pagentan begitu dia ditemukan.
-
Siapa saja yang menjadi korban longsor? Empat korban itu yakni; Caisar Sofian (28), Putri Amanda (26), Sofia Putri (10) dan Ghibran Naufa (5).
-
Siapa yang menjadi korban longsor di Sragen? Jasad Sutarmi, salah satu penghuni rumah itu, ditemukan pada Minggu (3/3) malam.
-
Bagaimana keadaan korban longsor? Sebanyak 23 orang korban banjir dan lonsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
-
Kapan longsor di Banjarnegara terjadi? Pada 6 Februari 2024, terjadi longsor di Dusun Sigadung, Desa Kalitlaga, Pagentan, Banjarnegara.
-
Siapa yang meninggal akibat Gempa Bantul? Tercatat satu warga meninggal di Kabupaten Bantul.
-
Dimana longsor itu terjadi? Pada 6 Februari 2024, terjadi longsor di Dusun Sigadung, Desa Kalitlaga, Pagentan, Banjarnegara.
Kronologi Kejadian
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Kepala Desa Pagentan Abdul Kohar mengatakan bahwa saat kejadian salah seorang warganya sedang berada tak jauh dari lokasi tebing longsor. Warga tersebut mendengar suara yang sangat keras sehingga langsung berlari menuju sumber suara untuk melakukan pengecekan.
Sampai di lokasi, ia menemukan ada dua rumah yang tertimbun longsor. Warga itu langsung menuju kediaman kepala dusun untuk melaporkan kejadian naas itu. Dari kepala dusun, informasi diteruskan ke kepala desa serta pihak terkait lainnya.
Kabar duka itu langsung menyebar cepat ke seluruh desa. Warga yang mendengar informasi itu langsung berbondong-bondong menuju lokasi longsoran. Mereka pun berinisiatif melakukan evakuasi secara manual.
Kondisi Darurat
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Tak lama kemudian, tim gabungan dari berbagai unsur datang untuk melakukan evakuasi secara lebih menyeluruh. Malam itu jadi malam yang amat panjang. Evakuasi berlangsung dari saat kejadian bermula hingga keesokan harinya pada Sabtu (20/11) pukul 05.00 WIB.
Akhirnya lima korban dengan rincian empat meninggal dan satu luka-luka ditemukan. Usai kejadian BPBD Banjarnegara langsung melakukan kegiatan tanggap darurat dan penanganan bencana. Kegiatan itu juga melibatkan hampir 37 organisasi mulai dari BPBD, TNI, Polri, PMI, Tagana, Basarnas, dan unsur relawan lainnya termasuk warga setempat.
BPBD Banjarnegara contohnya, saat operasi pencarian korban, mereka mengerahkan satu alat berat serta alat pendukung lain. Selain itu, tim menggunakan alat-alat ekstrikasi yang dikerahkan dan dioperasikan oleh Basarnas Pos SAR Wonosobo.
Imbauan pada Warga
©2016 Merdeka.com
Berkaitan dengan kejadian ini, BPBD Banjarnegara meminta warga segera melakukan evakuasi mandiri apabila hujan terjadi lebih dari dua jam, khususnya bagi mereka yang tinggal di lereng. Mereka baru disarankan kembali ke rumah saat hujan sudah reda dan kondisi sudah cukup aman.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto juga meminta warga berperan aktif dalam melakukan kontrol lingkungan di sekitar rumah masing-masing. Warga diminta untuk melapor ke perangkat desa setempat apabila ditemukan tanda-tanda rekahan tanah.
Solusi Mitigasi Tanah Longsor
©2016 merdeka.com/chandra iswinarno
Terkait kejadian tersebut, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan tentang pentingnya mitigasi bencana longsor dengan cara penguatan lereng sebagai solusi yang perlu dilakukan pada kawasan perumahan yang dekat dengan tebing-tebing. Indra mengatakan, salah satu bentuk mitigasi adalah dengan menanam pohon berakar kuat hingga mitigasi struktural seperti membuat talud atau bronjong.
Sementara itu, rumah-rumah yang terlanjur dibangun tanpa pengaman lereng harus segera dilakukan penguatan dengan bahan sederhana seperti kayu dan bambu. Dia menjelaskan, bambu bisa ditancapkan secara horizontal di sepanjang bukit untuk menahan tekanan dari atas tanah, agar lebih kuat maka bisa dibuat dua atau tiga tingkat sesuai kondisi lereng.
Cara Penyusunan Bambu Harus Tepat
©2014 merdeka.com/arie basuki
Namun yang perlu diperhatikan lagi adalah cara penyusunan bambu harus tepat yaitu dengan disusun secara horizontal searah dengan panjang lereng. Kemudian dibuat saluran-saluran air yang teratur untuk mengurangi air masuk ke tanah secara berlebihan.
Ini perlu dilakukan karena kalau air masuk ke tanah secara berlebihan, maka tekanan air bisa mengubah tanah menjadi plastis dan tanah kehilangan kekuatan untuk bertahan di lereng. Inilah yang dikhawatirkan menyebabkan longsor.
Oleh karena itu, saluran perlu dibuat secara teratur sehingga air akan diarahkan ke saluran-saluran yang arahnya menuju sungai. Dengan berbagai pendekatan tersebut, harapannya risiko dampak bencana yang ditimbulkan semakin kecil. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tebing yang longsor diperkirakan mencapai tinggi 50 meter.
Baca SelengkapnyaLongsor itu terjadi di dua desa di Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
Baca SelengkapnyaErnawati (47) warga Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang tertimbun longsor
Baca SelengkapnyaTebing Setinggi 100 Meter Longsor, 4 Penambang dan 2 Truk Pasir Tertimbun Material Tanah
Baca SelengkapnyaKorban meninggal dunia itu berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan (Sulsel).
Baca SelengkapnyaSaat ini, tim SAR gabungan masih melakukan pencarian terhadap sejumlah korban yang dinyatakan hilang.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat kawasan sekitar dilanda hujan besar diikuti longsor.
Baca SelengkapnyaTotal korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) bertambah pada hari ke 9 pencarian.
Baca SelengkapnyaUntuk diketahui, 9 dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat terdampak bencana akibat intensitas hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut pada Kamis (7/3).
Baca SelengkapnyaLongsor terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, KBB, Minggu (25/3) malam.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal merupakan pasangan suami-istri, bernama Ida Bagus Eka Widya Cipta (40) dan Ida Ayu Putu Mutiari (38).
Baca SelengkapnyaKorban meninggal bernama Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20) dan Galang Naendra Putra (4).
Baca Selengkapnya