Tak Bisa Lepas dari Akar Budaya, Ini Kisah Para Diaspora Jawa di Masa Pandemi
Merdeka.com - Para penduduk di seluruh dunia sempat diselimuti ketakutan dan kekhawatiran karena infeksi virus Covid-19. Namun di lubuk hati paling dalam, mereka menyimpan harapan besar agar pandemi ini segera berakhir.
Setiap orang mempunyai caranya masing-masing dalam menghadapi Virus Corona. Begitu pula dengan para diaspora Jawa yang tersebar di berbagai belahan dunia. Dilansir dari website Ubahlaku.id, mereka membagikan tips cara menjaga kesehatan di masa pandemi.
Ternyata masing-masing dari mereka mengakui tak bisa lepas dari akar budaya mereka sebagai orang Jawa dalam menjaga kesehatan walau hidup di negeri orang. Lantas bagaimana pengalaman mereka menghadapi kondisi pandemi Covid-19 di negeri orang?
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
Obat Rindu
©2015 Merdeka.com/ 7-themes.com (love)
Tresya Yuliana, keturunan Jawa yang tinggal di Polandia mengaku sering minum jamu guna menjaga imunitas di masa pandemi COVID-19. Perempuan yang berprofesi sebagai pelatih Yoga itu mengatakan, dia begitu cinta dengan rempah-rempah Indonesia. Bahkan sampai-sampai ia mencampur rempah-rempah dalam seduhan kopi.
Selain menambah stamina, perempuan asal Wonogiri itu mengatakan mengonsumsi jamu dapat mengobati kerinduannya pada tanah air. Di Polandia sendiri, ia sudah tinggal bersama keluarga besarnya. Selain mengonsumsi jamu, di masa pandemi ini dia juga aktif mengikuti temu daring para diaspora Jawa dari berbagai belahan dunia.
Kehidupan Keturunan Jawa di Suriname saat COVID-19
©2021 Merdeka.com
Sementara itu, Moreno Sastromedjo, keturunan Jawa di Suriname menggambarkan bagaimana kondisi negaranya saat pandemi COVID-19 menyerang. Moreno mengatakan, otoritas keamanan di Suriname memberlakukan jam malam guna mencegah penularan COVID-19. Mereka yang melanggar juga diamankan dan mendapat sanksi dari tim Satgas COVID-19 setempat.
Berkat kedisiplinan warganya, Suriname bisa menekan penularan COVID-19 di mana pada Desember 2020 jumlah pasien COVID-19 sebanyak 5.319 dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 5.197 dan pasien meninggal dunia sebanyak 117 orang.
Kepopuleran Tradisi Nasi Berkat
©2021 Merdeka.com/Imam Buhori
Tak hanya di Indonesia, tradisi nasi berkat ternyata juga dilestarikan orang-orang Jawa yang berada di luar negeri seperti Suriname, Belanda, dan Malaysia. Di Suriname misalnya, Moreno mengatakan nasi berkat sangat diminati karena murah dan bisa dikonsumsi banyak orang.
Di sana, satu paket nasi berkat berisi nasi kuning, bakmi, suwiran ayam, kacang, dan srundeng dihargai 90 dollar Suriname atau Rp90.000. bungkusan itupun bisa dikonsumsi antara empat sampai lima orang.
“Selain itu, nasi berkat juga bisa diperoleh di acara keonduri, selametan, dan lainnya. Orang Jawa di sini suka makan nasi berkat karena dipercaya banyak berkahnya,” kata Moreno dikutip dari Ubahlaku.id.
Tak Bisa Lepas dari Akar Budaya
©2021 Merdeka.com/Instagram Nella Kharisma
Sementara itu, pengamat Pusat Unggulan Ipteks (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS), Sahid Teguh Widodo mengatakan bahwa masyarakat berdarah Jawa yang tersebar di luar negeri tidak bisa lepas dari akar budayanya. Misalnya banyak dari mereka yang masih percaya bahwa jamu bisa jadi sumber peningkatan imun untuk melawan COVID-19.
Apalagi di zaman dulu, jamu digunakan masyarakat Jawa dalam menghadapi pagebluk. Soal pagebluk ini juga sudah banyak diceritakan di dalam pewayangan maupun kitab-kitab kuno seperti Serat Centhini.
Walau begitu, bagi Sahid, budaya harus mengikuti perkembangan. Oleh karena itu masyarakat harus membaca kajian budaya di media sosial diharapkan jangan sampai salah sumber.
“Sekarang sudah ada teknologi maka di era post-truth ini teknologi jadi sumber budaya yang populer dan juga jadi sumber kekuatan. Aku yakin budaya Jawa itu harus ada modernisasi. Ini juga tantangan sekaligus peluang bagi kita semua agar bisa memproduksi produk budaya demi keselamatan orang lain,” kata Teguh. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun berada di negeri seberang, sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa
Baca SelengkapnyaDiaspora, orang yang tinggal di negara lain dengan penuh tantangan.
Baca SelengkapnyaMas Adi menyampaikan bahwa masyarakat saat ini masih mempunyai semangat yang tinggi untuk nguri nguri budaya.
Baca SelengkapnyaSaat Idulfitri tiba, para pemuda di Desa Muarajambi ini tak pernah absen untuk menampilkan tradisi hiburan Topeng Labu-labu ini.
Baca SelengkapnyaKata-kata motivasi kerja keras bahasa Jawa memiliki keunikan tersendiri karena membawa pesan-pesan yang dapat memberikan dorongan semangat.
Baca SelengkapnyaKata pepatah Jawa ini mempunyai makna yang kaya akan nilai-nilai moral, sehingga cocok dijadikan sebagai penuntun dalam bersikap.
Baca SelengkapnyaKesenian budaya Reog Ponorogo diwariskan secara turun-temurun di kampung ini.
Baca SelengkapnyaDi masa kini, bahkan masyarakatnya masih seringkali menggunakan pakaian adat hingga melestarikan sejumlah kebiasaan kuno.
Baca Selengkapnya