Tak Dilarang Pemerintah, Ini Kata Epidemiolog UGM Tentang Mudik Lebaran 2021
Merdeka.com - Di tahun 2021 ini, pemerintah sudah mengumumkan bahwa mudik lebaran tidak dilarang. Padahal, potensi penularan virus Corona masih dimungkinkan hingga beberapa waktu ke depan.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, menilai ada beberapa skenario yang mungkin jadi pertimbangan pemerintah untuk tidak melakukan pelarangan mudik di tengah pandemi.
“Mungkin mereka beranggapan coverage imunisasi sudah cukup bagus dan itu membuat situasinya akan lebih mudah dikendalikan,” kata Riris mengutip dari Ugm.ac.id pada Rabu (17/3).
-
Kenapa Kapolri menemukan rumusan baru untuk mudik 2025? 'Ini sudah bagus dan tentunya dengan membandingkan tahun 2023 dan 2024. Maka tadi, didapatkan satu rumusan untuk menghadapi arus mudik nanti di tahun 2025,' kata Sigit.
-
Siapa yang akan mudik Lebaran? 123 Juta orang diperkirakan mudik Lebaran.
-
Bagaimana Kapolri mendapat rumusan baru untuk mudik 2025? Oleh sebab itu, dari hasil manajemen arus mudik 2024 yang berjalan baik. Dengan dipadukan evaluasi arus mudik 2023, telah didapat satu rumusan yang lebih baik untuk arus mudik 2025. 'Ini sudah bagus dan tentunya dengan membandingkan tahun 2023 dan 2024. Maka tadi, didapatkan satu rumusan untuk menghadapi arus mudik nanti di tahun 2025,' kata Sigit.
-
Kapan mudik 2024 diprediksi meningkat? Korlantas Polri mengatakan mudik lebaran 2024 diprediksi akan mengalami kenaikan. Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Korlantas Polri Brigjen Raden Slamet Santoso memprediksi pemudik mencapai 193,6 juta jiwa.'Hasil survei dari Kementerian Perhubungan, di mana jumlah potensi pergerakan pengemudi yang akan mudik dan balik mengalami kenaikan hampir 193,6 juta jiwa yang akan bergerak mudik balik lebaran,' kata Slamet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/3).
-
Kapan puncak arus mudik Lebaran? Arus mudik Lebaran diperkirakan terjadi pada 19-21 April 2023.
-
Apa ancaman bagi pemudik di Jateng menjelang lebaran? Namun di saat momen-momen pulang ke kampung halaman itu, para pemudik dibayangi ancaman cuaca ekstrem, terutama di wilayah Jawa Tengah.
Hanya saja menurutnya, yang menjadi soal bukanlah perlindungan dari adanya imunisasi yang bagus, tapi bila para pemudik tidak menerapkan protokol kesehatan, penularan COVID-19 nantinya tetap menjadi banyak sama halnya seperti sebelum vaksin. Berikut selengkapnya:
Potensi Penularan Selama Mudik Lebaran
©2015 Merdeka.com
Menurut Riris, pilihan moda transportasi bisa menjadi faktor tingginya transmisi virus ke daerah-daerah saat libur Lebaran nanti. Oleh karena itulah pemerintah mencoba memfasilitasi tempat-tempat transportasi publik dengan GeNose.
Menurut Riris, sebenarnya transportasi publik jauh lebih aman. Yang menjadi masalah adalah saat para pemudik melakukan perjalanan bersama seperti sewa mobil bareng. Kondisi inilah yang bisa menjadi awal transmisi virus ke daerah-daerah karena pengawasannya yang tidak begitu ketat.
“Beberapa skenario bisa terjadi. Tergantung nanti bagaimana situasinya. Itu kan sangat cair, banyak variabel yang berperan di situ,” kata Riris.
Pengaruh Vaksinasi
©BKIP Kemenhub
Riris mengatakan, dengan adanya vaksinasi sebenarnya bisa menimbulkan sikap optimisme atau justru sebaliknya. Hal ini dikarenakan dengan divaksin, seseorang dengan mudah bersikap abai terhadap protokol kesehatan karena merasa sudah aman.
Namun dengan adanya vaksinasi, bisa saja tiap daerah mengeluarkan kebijakan yaitu memastikan mereka yang datang sudah memiliki surat sertifikat vaksin. Walaupun bukan berarti dengan adanya kebijakan ini risiko penularan hilang sama sekali.
“Surat vaksin, bebas COVID-19 dan lain-lain masih sangat diperlukan karena itu langkah meminimalkan risiko. Meski dengan upaya seperti ini tetap saja ada yang tertular, sama halnya meskipun kita sudah vaksinasi tetap saja bisa terinfeksi,” jelas Riris.
Jangan Mudik Dulu
Menurut Riris, periode mudik itu cukup lama mulai dari perjalanan hingga durasi waktu di kampung halaman. Oleh karena itu, ia berharap agar mudik, khususnya dalam level makro, sebaiknya ditunda dulu. Ia memperkirakan hingga Lebaran nanti masa pandemi belum berakhir dan coverage vaksinasi juga belum tinggi.
“Risiko penularan masih cukup besar. Meskipun kita sudah divaksin pun penularan masih bisa terjadi, dan yang lebih penting itu kan risiko paparan penyakit dan kematian agar bisa diturunkan,” kata Riris mengutip dari Ugm.ac.id. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBudi menerangkan puncak arus mudik terjadi pada H-4 dan H-3 lebaran.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaKemenhub telah mensosialisasikan aturan harga batas atas ke seluruh operator jasa angkutan umum.
Baca SelengkapnyaPuan meminta pelayanan kesehatan selalu ada di rest area dan semua layanan transportasi lainnya.
Baca SelengkapnyaJokowi mengimbau dan mengajak masyarakat untuk mudik lebih awal
Baca Selengkapnya