Tak Hanya Banjir dan Longsor, BMKG Ingatkan Warga Jateng Waspadai Bencana Ini
Merdeka.com - Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di beberapa tempat di Jawa Tengah membuat ribuan orang harus mengungsi. Di Kebumen misalnya, bencana banjir merendam setidaknya 45 desa di 14 kecamatan.
Di kabupaten itu pula dilaporkan bencana tanah longsor tersebar di 31 desa yang tersebar di 12 kecamatan. Bencana tersebut menyebabkan 1 orang meninggal dunia karena hanyut terbawa arus banjir.
Menurut Kepala Kelompok Teknis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, bencana yang terjadi disebabkan oleh fenomena La Nina Moderat sejak Oktober 2020. Fenomena itu menyebabkan curah hujan mengalami peningkatan hingga 100 persen di wilayah itu.
-
Apa dampak cuaca ekstrem di Jateng? Dampak Cuaca Ekstrem Terjang Jateng, Sebabkan Longsor hingga Angin Kencang di Beberapa Tempat Cuaca ekstrem yang terjadi membuat ratusan rumah warga rusak.
-
Mengapa cuaca ekstrem terjadi di Jateng? Potensi cuaca ekstrem itu dipicu oleh pola belokan angin dan korvergensi yang terlihat dominan di wilayah Pulau Jawa termasuk Jateng, serta labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jawa Tengah.
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
-
Apa yang terjadi akibat dampak kemarau di Jateng? Dampak kemarau mulai terasa pada beberapa daerah di Jawa Tengah.
-
Bagaimana BMKG menjelaskan cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Mengutip dari Instagram InfoBMKG, menjelaskan beberapa hal mengapa kondisi cuaca yang panas kembali terjadi. Padahal semestinya musim hujan.
Namun pada kenyataannya curah hujan yang tinggi itu tak hanya akan menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Ada bahaya lain yang harus diwaspadai. Berikut selengkapnya:
Suhu Air Laut Masih Hangat
lawnstarter.com
Analis cuaca BMKG Tunggul Wulung Rendi Krisnawan mengatakan untuk saat ini, kondisi air laut yang hangat mengakibatkan penguapan sehingga terbentuklah awan yang menyebabkan hujan cukup besar. Selain itu, ada daerah pertemuan angin atau daerah konvergensi di atas wilayah Jawa sehingga proses pembentukan awan di daerah tersebut cukup tinggi. Dia memperkirakan kondisi seperti itu akan bertahan hingga awal tahun 2021 nanti.
"Sementara untuk fenomena global seperti MJO (Madden Julian Oscillation) maupun gelombang Rossby saat ini tidak aktif untuk wilayah Indonesia, sedangkan La Nina masih bertahan hingga awal tahun 2021 nanti," kata Rendi dikutip dari ANTARA pada Rabu (11/11).
Waspada Puting Beliung
©2019 Istimewa
Terkait hal tersebut, Rendi memperkirakan curah hujan tinggi yang terjadi ke depan tidak akan seekstrem akhir Oktober yang dipengaruhi fenomena global termasuk La Nina Moderat. Namun, dia memperingatkan pada masyarakat khususnya yang berada di wilayah Jateng dan sekitarnya untuk mewaspadai adanya kemungkinan hujan lebat disertai angin kencang atau puting beliung dan juga petir.
"Kalau saat ini, hujannya cenderung akibat penguapan namun perlu diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya angin puting beliung. Kecenderungannya pada pagi hari terlihat cerah dan sore harinya terbentuk awan-awan hujan termasuk awan Cumulonimbus yang bisa mengakibatkan terjadinya angin puting beliung," kata Rendi dikutip ANTARA. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia bagian tengah dan timur mayoritas masih akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga deras pada Agustus
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan, ada sejumlah penyebab yang memicu cuaca ekstrem selama periode persebut.
Baca SelengkapnyaImbauan itu seiring datangnya musim hujan dan cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina, maupun dinamika atmosfer.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki fenomena La Nina pada September 2024.
Baca SelengkapnyaBNPB menyebut terdapat sekitar 39 kejadian bencana alam yang terjadi selama periode 4-10 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem itu salah satunya dipengaruhi oleh kondisi wilayah Jateng yang telah memasuki musim pancaroba
Baca SelengkapnyaPenyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berupa hujan disertai petir akan terjadi selama sepekan ke depan di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaHujan lebat disertai angin kencang dan kilat berpotensi guyur wilayah Indonesia
Baca SelengkapnyaBMKG keluarkan peringatan dini hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejumlah wilayah di Indonesia
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan melakukan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi.
Baca Selengkapnya