Tanggapi Rencana Pelibatan TNI dalam Penanganan Terorisme, Ini Kata Para Pakar
Merdeka.com - Seiring berjalannya waktu, aksi terorisme tak pernah henti terjadi di Tanah Air. Walaupun para petinggi terorisme tertangkap, anggota-anggota terorisme lain yang tak kalah menakutkan masih banyak yang berkeliaran.
Oleh karena itulah, pemerintah Republik Indonesia berencana melibatkan TNI dalam menghadapi aksi terorisme ini. Namun usaha ini mendapat beragam kritikan dari berbagai pihak. Hal inilah yang dibincangkan oleh para pakar dalam acara diskusi terbuka bertajuk “Penanganan Terorisme oleh TNI, Risiko dan Tantangan?” yang diselenggarakan oleh Institute for Education Development, Social, and Religious Cultural Studies (Infest) pada Jumat (30/10) lalu.
Acara itu melibatkan Eko Riyadi (Direktur Pusat Studi HAM UII), Drs. Ansyaad Mbai (Kepala BNPT 2011-2014), dan M. Faried Cahyono (Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM). Lalu bagaimana tanggapan mereka terhadap rencana pemerintah tersebut? Berikut selengkapnya:
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Apa yang dilakukan TNI untuk mencegah pertikaian? Komandan Kompi (Danki) Alpha Mayor Inf Handi Wibowo segera melaksanakan prosedur tetap sebagai pasukan misi perdamaian PBB. Selanjutnya Danki Alpa melaporkan kejadian tersebut kepada Dansatgas dan menyiapkan Quick Reserve Team (QRT) yang berjumlah 23 personel untuk menghadang tank Markava milik Israel guna mencegah terjadinya pertikaian dengan tentara Lebanon.
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Siapa yang diincar TNI? Satu sosok yang diincar para prajurit TNI itu adalah Kapolres Tuban, AKBP Suryono.
-
Apa yang dilakukan TNI di kantor polisi? Sejumlah TNI tiba-tiba datang ke kantor Polisi Tuban dengan membawa massa yang cukup banyak. Mereka datang bukan tanpa tujuan. Prajurit TNI mengincar salah satu sosok pimpinan tertinggi di kantor Polisi tersebut, yaitu Kapolres Tuban, AKBP Suryono. Para prajurit TNI itu datang bukan dengan maksud buruk, sebaliknya, mereka datang dengan perasaan riang gembira. Membawa sebuah banner ucapan yang dibuat khusus untuk merayakan hari bahagia para anggota Polri.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
Belum Mendesak
©shutterstock.com/Marijus Auruskevicius
Menurut Eko Riyadi, sebenarnya pelibatan TNI dalam penanganan terorisme belum menjadi persoalan yang mendesak karena selama ini Polri masih mampu menanganinya. Dia menambahkan, persoalan terorisme sebenarnya tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan militer melainkan pendekatan dialog yang melibatkan akademisi, masyarakat sipil, dan tokoh keagamaan.
Tak hanya itu, penanganan terorisme yang salah dari pemerintah bisa saja berakibat pada pelanggaran HAM dan bisa menimbulkan benih-benih kebencian di tengah masyarakat.
“Tapi Polri juga harus melakukan perbaikan dan menggunakan standar HAM dalam penegakan hukum sehingga tidak menimbulkan trauma dan kebencian di kemudian hari,” ungkap Eko Riyadi melalui siaran pers dari Infest.
Ada Sisi Positif
©newsinfo.inquirer.net
Sependapat dengan Eko, Drs. Ansyaad Mbai setuju kalau pelibatan TNI bisa saja menimbulkan masalah pelanggaran HAM seperti yang terjadi di Afghanistan dan di Aceh. Hanya saja dia setuju dengan rencana pemerintah itu karena pelibatan TNI bisa menjadi kekuatan pendobrak seperti kasus Poso dan pembebasan sandera Kapal Sinar Kudus dari para bajak laut di Somalia.
Hanya saja, pengerahan militer itu harus diikuti dengan keputusan politik dan akuntabilitas yang kuat, khususnya akuntabilitas hukum dalam peradilan di mana mereka terbuka untuk mengadili termasuk apabila ditemukan kasus pelanggaran hukum dan HAM dari para anggota militer.
Libatkan Akademisi
©ugm.ac.id
Sementara itu, Fairied Cahyono lebih mendorong pemerintah untuk melibatkan kalangan akademisi dan peneliti untuk merumuskan ulang bagaimana posisi Polri dalam supermasi sipil. Bukan malah membuat undang-udang atau peraturan baru yang melibatkan TNI dalam masalah terorisme.
“Perlu perumusan ulang posisi mereka dan tidak usah membuat peraturan baru pelibatan TNI,” katanya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rancangan Peraturan Pemerintah yang membahas manajemen aparatur sipil negara (ASN) mendekati hasil akhir di Kemenpan-RB
Baca SelengkapnyaBerbagai masalah ditanyakan anggota dewan kepada Panglima dan jajarannya.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong Jokowi Tengahi Gaduh KPK Vs TNI Buntut Penetapan Kepala Basarnas Tersangka
Baca SelengkapnyaPanja ini akan mengawasi posisi TNI pada pesta demokrasi tahun depan.
Baca SelengkapnyaSigit menyebut bahwa ada kelompok yang terafiliasi dengan teroris menumpang aksi saat terjadi perbedaan pendapa
Baca SelengkapnyaImparsial: Pengamanan Oleh TNI Dapat Mengubah Proses Hukum
Baca SelengkapnyaAgus mengungkapkan, saat ini prajurit TNI dibutuhkan di berbagai aspek
Baca SelengkapnyaPOM TNI dan Propam Polri menggelar rapat koordinasi teknis (Rakornis) tahun anggaran (TA) 2024
Baca SelengkapnyaTactical Floor Game digelar di GOR Yudomo Denpasar
Baca SelengkapnyaHut TNI pada 5 Oktober 2023 mendatang. Nantinya akan digelar atau dilaksanakan di Lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta.
Baca SelengkapnyaJokowi memberi arahan depan jenderal TNI Polri saat Rapimnas.
Baca SelengkapnyaNetralitas Polri terus diragukan berbagai pihak jelang Pemilu 2024. Wacana pembentukan Panitia Kerja (Panja) pengawasan netralitas TNI-Polri pun digulirkan.
Baca Selengkapnya