Tolak Bala Tradisi Jathilan dalam Ritual Sudo Molo 1 Suro Warga Lereng Lawu
Merdeka.com - Berbagai ritual peringatan Tahun Baru Islam selalu rutin digelar tiap tahunnya. Tak ketinggalan yang dilakukan masyarakat Lereng Lawu ini. Mereka menggelar ritual Sudo Molo dengan iringan kesenian tari Jathilan. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Sudo Molo digelar secara terbatas di desa Ngetrep, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Selalu dilaksanakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam yang bertepatan pada Bulan Suro penanggalan Jawa.
Siapa sangka, Jathilan merupakan jenis tari tradisional yang paling tua di Pulau Jawa. Berbagai jenis perayaan turut menghadirkan jathilan sebagai tradisi maupun hiburan mempererat persaudaraan. Tari Jathilan juga menggambarkan semangat untuk menumpas musuh dan keburukan. Hal ini diterapkan pada ritual Sudo Molo atau tolak bala untuk mengusir pageblug pandemi Covid-19.
Tari Jathilan punya sejarah panjang menemani rakyat Jawa dalam membela tanah air. Keberadaanya begitu melekat pada masyarakat hingga menjadi ikon yang khas.
-
Bagaimana cara merayakan tahun baru Islam? Anda bisa menyampaikan ucapan ini secara langsung kepada keluarga atau teman-teman terdekat, bisa juga disampaikan melalui pesan teks yang penuh makna.
-
Apa yang bisa dilakukan untuk merayakan Tahun Baru Islam? Merayakan peringatan Tahun Baru Islam 1446 hijriah bisa dilakukan salah satunya dengan membagikan twibbon ke media sosial.
-
Bagaimana cara merayakan Tahun Baru Islam? Momen ini sangatlah istimewa dan guna merefleksikan diri, introspeksi dan menyambut lembaran baru penuh harapan serta optimisme.
-
Bagaimana Tahun Baru Islam dirayakan? Pergantian tahun ini sering dirayakan dengan beragam aktivitas yang berbeda, seperti membaca Al-Qur'an dan berzikir untuk memuji nama Allah SWT.
-
Bagaimana cara menyambut Tahun Baru Islam? Untuk menyambut tahun baru Islam 2024, kita bisa memberikan ucapan-ucapan yang penuh doa dan harapan kepada sesama sebagai pesan positif.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Jathilan dalam peringatan Sudo Molo 1 Suro lebih difungsikan sebagai ajang penyemangat dan memeriahkan ritual Sudo Molo. Ritual ini dilakukan dengan mengarak pusaka dan sesaji hasil bumi Lereng Lawu. Sebuah gunungan dan umbul-umbul tak ketinggalan diarak keliling desa.
Aneka sayuran mulai dari kubis, sawi, wortel, kacang buncis, hingga cabai tersusun rapi. Mayoritas isi gunungan ialah sayuran, mengingat masyarakat di Ngargoyoso mayoritasnya bercocok tanam dan mengandalkan komoditas sayur-mayur.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Untaian janur kuing indah mengiringi perjalanan selama arak-arakan. Rasa semangat kekeluargaan tergambar selama prosesi Sudo Molo berlangsung. Ritual ini juga menjadi wujud untuk mengurangi penderitaan masyarakat agar mendapatkan hasil panen dan kemakmuran yang melimpah. Sesuai dengan namanya Sudo yang berarti mengurangi dan Mala berarti penderitaan.
Seluruh prosesi ritual ini selalu menerapkan protokol kesehatan. Pesertanya diwajibkan memakai masker perwujudan memutus penyebaran Covid-19. Pementasan Jathilan menjadi puncak acara dalam ritual Sudo Molo.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Dalam tari Jathilan terdapat satu orang pemimpin yang biasanya memerankan warok atau reog. Gerakannya begitu gesit dan lincah sesuai dengan namanya. Diambil dari kalimat jawa “jarane jan thil-thilan” yang berarti kudanya benar-benar menari tak beraturan. Tak jarang dalam kesenian Jathilan para pemain mengalami kesurupan dan hilang kesadaran. Terlarut bersama iringan instrumen gamelan yang bernada tinggi.
Tidak ada literasi secara pasti kapan terciptanya tari Jathilan. Hal tersebut melahirkan berbagai versi cerita awal mula Jathilan. Mulai dari masa Sunan Kalijaga, Kerajaan Mataram, hingga ketangkasan berkuda Pangeran Diponegoro. Namun semua ceritanya bermuara pada fungsi dan wujud kesenian yang mengandung makna peperangan.
Kesenian jaranan menggunakan kuda dari anyaman bambu atau kepang. Pemainya juga berkelompok bak prajurit yang siap bertempur. Dahulu, Jathilan digunakan sebagai sarana hiburan rakyat dan ajang menunjukkan jati diri rakyat Jawa yang juga punya kekuatan militer untuk berperang.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Para pemain Jathilan yang sudah melalui pemeriksaan kesehatan. Antara pemain dan penonton diberikan pembatas berupa pagar bambu. Layaknya arena pertandingan untuk memberikan kenyamanan dan tidak menimbulkan kerumunan pengunjung.
Saat membawakan tarian Jathilan atau Kuda Lumping, sang pemimpin atau pawang akan membuat penari mengalami kerasukan roh. Di lain ritual dan pagelaran bahkan berbagai atraksi membahayakan kerap dilakukan. Penari kuda bahkan mampu mengunyah pecahan kaca hingga melalap bara api yang menyala. Namun semua terjadi dalam pengawasan pawang. Selepasnya mereka sadar dan tanpa merasakan kesakitan sebelumnya. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adanya ritual ini bisa menjadi potensi wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai daerah.
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaRitual penangkal penyakit dan menolak bala khas Suku Batak ini kembali dilakukan saat Pandemi Covid.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaKumpulan amalan malam 1 suro ini memiliki keberkahan yang luar biasa apabila dikerjakan.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaTradisi itu digelar dengan harapan menyambut tahun baru Imlek dengan jiwa raga yang bersih.
Baca SelengkapnyaSebagai tanah penuh keajaiban, Kabupaten Kutai Timur tak hanya kaya akan Sumber Daya Alam.
Baca SelengkapnyaTulak Bala, tradisi menolak bala dari bencana maupun wabah khas masyarakat pesisir Pantai Barat Aceh.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca Selengkapnya