Unik, Ilmuwan Ini Kembangkan Alat Tes Covid-19 Pakai Suara
Merdeka.com - Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pemerintah negara-negara di dunia dan semua pihak untuk mencegah persebaran virus corona. Dari upaya pemerintah yang membuat kebijakan dan upaya inisiatif dari orang-orang.
Sedangkan yang dilakukan peneliti dari Carnegie Mellon University juga ingin turut andil dalam upaya pencegahan virus corona ini. Para peneliti tersebut sedang melakukan pengembangan kecerdasan buatan untuk menjalankan tes virus corona dengan sistem analisis suara.
Informasi yang dilansir dari AI News, nantinya ketika penelitian ini selesai maka tes virus corona dapat dilakukan di rumah secara cepat walaupun tidak seakurat ketika melakukan tes di rumah sakit. Salah satu peneliti, Benjamin Striner, menyatakan bahwa sistem tes suara ini akan memakan biaya yang lebih murah dari pada tes cepat lainnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang dilakukan AI di penelitian ini? Para peneliti dari Pusat Kecerdasan Buatan, Universitas Teknologi Sydney (UTS), untuk pertama kalinya mengembangkan teknologi AI berbasis sistem portable dan non-invasif, yang dapat menerjemahkan isi pikiran manusia ke dalam teks.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Siapa yang memimpin penelitian AI ini? Penelitian ini dipimpin oleh Profesor CT Lin, Direktur GrapheneX-UTS HAI Centre, Yiqun Duan dan Jinzhou Zhou dari Fakultas Teknik dan IT UTS.
-
Mengapa para peneliti mengembangkan robot ini? Ini merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi. Mengutip South China Morning Post via NYPost, Jumat (4/7), melaporkan bahwa hal ini dapat mengarah pada 'pengembangan kecerdasan hibrida manusia-robot.'
-
Siapa saja peneliti yang terlibat dalam penelitian ini? Peneliti yang terlibat dalam studi ini yaitu Itaru Kobayashi, Takayuki Sonoyama, Mai Hibino, Mitsuhisa Kawano, dan Hisanori Kohtsuka.
"Ada beberapa yang cukup bagus yang sangat murah dan akurat. Meski begitu tidak ada yang semurah dan semudah ketika kita berbicara melalui telepon," jelas Strine.
Pakai Analisis Pola Pernafasan
Secara teknis, media yang dijadikan tolok ukur untuk melakukan tes adalah pola pernafasan. Karena virus corona sendiri adalah virus yang berada di dalam saluran pernafasan.
Sedangkan pola pernafasan tersebut diketahui melalui dari analisa suara seseorang. Kemudian kecerdasan buatan tersebut akan memberikan nilai dari suara seseorang berdasarkan pola yang diamati.
Sampai saat ini, peneliti yang mengembangkan kecerdasan buatan ini sedang mengumpulkan data-data suara dari orang yang sehat dan orang yang terjangkit virus corona. Kemudian, data-data tersebut akan dijadikan tolok pengukur sebagai alogaritma nantinya.
Langkah-Langkah Tes
Sistem tes virus corona tersebut direncanakan akan berlangsung selama lima sampai dengan tujuh menit. Sedangkan untuk langkah-langkah tesnya akan seperti ini:
Abbot Industries
1. Mengirim informasi demografis dasar.2. Batuk tiga kali.3. Katakan "a" selama mungkin.4. Katakan "o" selama mungkin.5. Katakan "e" selama mungkin.5. Berhitung sampai 20.6. Mengucapkan alfabet.
Walaupun demikian, kecerdasan buatan ini masih tahapan awal proses pengembangan. Sampai saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) masih belum menyetujuinya.
Kecerdasan Buatan Sudah Diterapkan di China
Sedangkan untuk tes virus corona yang berbasis kecerdasan buatan sudah diterapkan di China. Tes tersebut memang tidak menggunakan tes darah dan tes swab.
Komisi Kesehatan Hubei di China sendiri menghindari tes darah dan tes swab karena memerlukan proses laboratorium yang memakan waktu berhari-hari. Secara teknis, mereka menggunakan sistem analisa CT atau Computed Tomography yang dapat melihat langsung organ pasien yang terduga terjangkit virus corona. (mdk/dem)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Teknologi revolusioner dan mutakhir yang masih dikembangkan ini memungkinkan deteksi dini terhadap berbagai penyakit.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) kini mulai dipakai peneliti untuk mencari keberadaan spesies burung terancam punah.
Baca SelengkapnyaGoogle bekerja sama dengan Salcit Technologies untuk mengembangkan AI yang menganalisis suara batuk guna mendeteksi penyakit, terutama di daerah terpencil.
Baca SelengkapnyaIni merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi.
Baca SelengkapnyaPenelitian ini diklaim bisa membaca pikiran manusia.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah orang yang suaranya mau dikloning dengan bayaran tertentu.
Baca SelengkapnyaUji coba ini adalah yang ditunggu-tunggu Elon Musk terhadap startup besutannya.
Baca SelengkapnyaHal ini terungkap dari penelitian yang dilakukan ilmuwan Universitas Harvard dan Universitas Teknologi Montana, AS.
Baca SelengkapnyaAlat ini diklaim dapat membuat musuh di medan perang "tidak punya tempat untuk sembunyi".
Baca SelengkapnyaKarya mahasiswa UNY ini berhasih meraih peringkat 2 dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa Divisi Inovasi Teknologi Digital Pendidikan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca Selengkapnya