Wacana Normal Baru Masih Terpusat di Pemerintah, Ini Penjelasan Pakar UGM
Merdeka.com - Di tengah masih bertambahnya kasus COVID-19, pemerintah mengeluarkan wacana kehidupan “new normal”. Wacana ini kemudian berkembang menjadi perbincangan umum di tengah masyarakat.
Selain itu, perdebatan juga bermunculan perihal istilah tersebut. Ada yang berkata bahwa “new normal” adalah bentuk dari lepas tangan pemerintah terhadap persoalan COVID-19 yang makin ke sini makin rumit. Ada yang berkata istilah itu dikeluarkan agar masyarakat siap menyambut era di mana mereka harus terbiasa hidup berdampingan dengan virus.
Namun, terlepas dari itu semua pakar Ilmu Pemerintahan UGM dari Research Center for Politics and Goverment (PolGov) menilai wacana tentang tatanan normal baru itu masih didominasi oleh sumber atau aktor di lingkup pemerintahan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang khawatir tentang kemungkinan pandemi berikutnya? Salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates telah mengingatkan publik selama beberapa dekade terakhir mengenai sejumlah ancaman serius. Dia menyebutkan bahwa bencana iklim hingga kemungkinan serangan siber besar akan menjadi ancaman serius bagi umat manusia di bumi, tetapi itu bukan yang utama. Dia menyebut, ada dua ancaman terbesar yang mengkhawatirkan Bill Gates. Kedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya dalam 25 tahun ke depan.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
“Wacana tentang 'new normal' masih sangat terpusat pada pemerintah,” kata peneliti PolGov UGM Warih Aji Pamungkas dikutip dari ANTARA pada Rabu (3/6). Warih juga menjelaskan kesimpulan itu Ia berikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PolGov melalui laboratorium Big Data Analysis.
Masih Terpusat di Pemerintah
©2020 Biro Pers Setpres
Dalam penelitian tersebut, wacana tatanan normal baru dalam pemberitaan daring di Indonesia dianalisis dari periode 1-30 Mei 2020. Selama periode tersebut, total pemberitaan media daring yang dianalisis mencapai 15.011 artikel yang diperoleh dengan pencarian berita yang mengandung kata “new normal”, “normal baru”, “kenormalan baru”, “kewajaran baru”, dan “kelaziman baru”.
Dalam pemberitaan tentang normal baru selama periode tersebut, narasi dari aktor-aktor pemerintah cukup dominan. Empat tokoh teratas yang kerap disebut dalam pemberitaan tentang normal baru adalah Presiden RI Joko Widodo (3.334), Anies Baswedan (773), Erick Thohir (605), dan Ridwan Kamil (502). Sedangkan tiga instansi yang secara signifikan disebut dalam pemberitaan tersebut adalah WHO (889), UI (273), dan Bank Indonesia (209).
Bukan Hanya Persoalan Kesehatan
©2020 AFP/JUNI KRISWANTO
Menurut Warih, temuan tersebut tidak mengherankan karena pada fase tersebut pemerintah sedang mendorong agar kebijakan tatanan normal baru bisa mendapatkan penerimaan publik secara luas. Walaupun begitu, ternyata wacana alternatif juga mulai muncul dan ditunjukkan dengan pemberitaan dari perspektif non-pemerintah yang diberikan akademisi dari UI.
Selain itu, temuan lain dalam penelitian itu adalah wacana normal baru memberi penegasan bahwa persoalan COVID-19 bukan hanya sekedar persoalan kesehatan, namun juga menyentuh permasalahan pemerintah, ketertiban umum, dan ekonomi.
Lebih Mementingkan Aspek Ekonomi Dibanding Kesehatan
©2020 AFP/JUNI KRISWANTO
Dilansir dari sumber yang sama, menurut Warih ada dua isu yang berhubungan dengan normal baru. Pertama, isu yang dikaitkan dengan pemerintahan dan ketertiban, sedangkan yang kedua, isu yang dikaitkan dengan ekonomi.
Lebih lanjut lagi, dia menjelaskan dari analisis pemberitaan itu terlihat bahwa pemerintah memberi penekanan pada prioritas yang lebih kuat pada aspek sosial dan ekonomi dibandingkan dengan aspek kesehatan dan hukum dalam wacana tentang normal baru tersebut.
Memperkuat Pendekatan Keamanan
©2020 Merdeka.com/Nur Habibie
Menurut Warih, melalui analisis wacana itu, dapat diketahui adanya kecenderungan bahwa pemerintah sedang memperkuat pendekatan keamanan dalam isu publik.
“Kondisi ini ditunjukkan dengan analisis pemberitaan dalam periode 1-30 Mei 2020 yang menggambarkan kuatnya pilihan pemerintah untuk menggerakkan lagi roda ekonomi dan penanganan pandemi dengan pendisiplinan yang didukung Polri dan TNI,” ujar Warih. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti menegaskan jika pemberlakuan kembali UN saat ini masih sekadar wacana.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaPengumpulan data primer dengan pendekatan analisis wacana melalui analisis data kuantitatif media monitoring Humas BKPK dan NoLimit.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani mengingatkan Pemerintah akan pentingnya kesiapan dalam menghadapi potensi pandemi yang mungkin terjadi di masa depan.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan Jenderal polisi bintang tiga itu juga mengatakan Jakarta akan dilanda impor besar-besaran yang akan berdampak langsung pada masyarakat.
Baca SelengkapnyaKedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca Selengkapnya