Wacana Normal Baru Masih Terpusat di Pemerintah, Ini Penjelasan Pakar UGM
Merdeka.com - Di tengah masih bertambahnya kasus COVID-19, pemerintah mengeluarkan wacana kehidupan “new normal”. Wacana ini kemudian berkembang menjadi perbincangan umum di tengah masyarakat.
Selain itu, perdebatan juga bermunculan perihal istilah tersebut. Ada yang berkata bahwa “new normal” adalah bentuk dari lepas tangan pemerintah terhadap persoalan COVID-19 yang makin ke sini makin rumit. Ada yang berkata istilah itu dikeluarkan agar masyarakat siap menyambut era di mana mereka harus terbiasa hidup berdampingan dengan virus.
Namun, terlepas dari itu semua pakar Ilmu Pemerintahan UGM dari Research Center for Politics and Goverment (PolGov) menilai wacana tentang tatanan normal baru itu masih didominasi oleh sumber atau aktor di lingkup pemerintahan.
-
Apa yang trending? Tren konten AI diprediksi akan terus berkembang pesat di masa mendatang. Ini didorong oleh kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan bisnis untuk konten yang berkualitas dan efisien.
-
Apa yang sedang trending? AI konten dan CNC adalah tren teknologi utama yang akan terus berkembang di tahun 2023.
-
Apa yang dimaksud dengan trending? Trending mengacu pada topik, tren, atau hal yang sedang populer dan banyak diperbincangkan di media sosial atau platform digital lainnya. Trend ini dapat berupa hal-hal baru, isu terkini, atau peristiwa yang sedang ramai.
-
Dimana norma berlaku? Norma-norma ini diterima dan dijalankan oleh individu atau kelompok secara sukarela atau terpaksa, baik itu dalam keluarga, masyarakat, organisasi, maupun lembaga pemerintahan.
-
Apa yang sedang "Trending"? Kata-kata motivasi dalam bahasa Inggris memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan menyemangati kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
“Wacana tentang 'new normal' masih sangat terpusat pada pemerintah,” kata peneliti PolGov UGM Warih Aji Pamungkas dikutip dari ANTARA pada Rabu (3/6). Warih juga menjelaskan kesimpulan itu Ia berikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PolGov melalui laboratorium Big Data Analysis.
Masih Terpusat di Pemerintah
©2020 Biro Pers Setpres
Dalam penelitian tersebut, wacana tatanan normal baru dalam pemberitaan daring di Indonesia dianalisis dari periode 1-30 Mei 2020. Selama periode tersebut, total pemberitaan media daring yang dianalisis mencapai 15.011 artikel yang diperoleh dengan pencarian berita yang mengandung kata “new normal”, “normal baru”, “kenormalan baru”, “kewajaran baru”, dan “kelaziman baru”.
Dalam pemberitaan tentang normal baru selama periode tersebut, narasi dari aktor-aktor pemerintah cukup dominan. Empat tokoh teratas yang kerap disebut dalam pemberitaan tentang normal baru adalah Presiden RI Joko Widodo (3.334), Anies Baswedan (773), Erick Thohir (605), dan Ridwan Kamil (502). Sedangkan tiga instansi yang secara signifikan disebut dalam pemberitaan tersebut adalah WHO (889), UI (273), dan Bank Indonesia (209).
Bukan Hanya Persoalan Kesehatan
©2020 AFP/JUNI KRISWANTO
Menurut Warih, temuan tersebut tidak mengherankan karena pada fase tersebut pemerintah sedang mendorong agar kebijakan tatanan normal baru bisa mendapatkan penerimaan publik secara luas. Walaupun begitu, ternyata wacana alternatif juga mulai muncul dan ditunjukkan dengan pemberitaan dari perspektif non-pemerintah yang diberikan akademisi dari UI.
Selain itu, temuan lain dalam penelitian itu adalah wacana normal baru memberi penegasan bahwa persoalan COVID-19 bukan hanya sekedar persoalan kesehatan, namun juga menyentuh permasalahan pemerintah, ketertiban umum, dan ekonomi.
Lebih Mementingkan Aspek Ekonomi Dibanding Kesehatan
©2020 AFP/JUNI KRISWANTO
Dilansir dari sumber yang sama, menurut Warih ada dua isu yang berhubungan dengan normal baru. Pertama, isu yang dikaitkan dengan pemerintahan dan ketertiban, sedangkan yang kedua, isu yang dikaitkan dengan ekonomi.
Lebih lanjut lagi, dia menjelaskan dari analisis pemberitaan itu terlihat bahwa pemerintah memberi penekanan pada prioritas yang lebih kuat pada aspek sosial dan ekonomi dibandingkan dengan aspek kesehatan dan hukum dalam wacana tentang normal baru tersebut.
Memperkuat Pendekatan Keamanan
©2020 Merdeka.com/Nur Habibie
Menurut Warih, melalui analisis wacana itu, dapat diketahui adanya kecenderungan bahwa pemerintah sedang memperkuat pendekatan keamanan dalam isu publik.
“Kondisi ini ditunjukkan dengan analisis pemberitaan dalam periode 1-30 Mei 2020 yang menggambarkan kuatnya pilihan pemerintah untuk menggerakkan lagi roda ekonomi dan penanganan pandemi dengan pendisiplinan yang didukung Polri dan TNI,” ujar Warih. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti menegaskan jika pemberlakuan kembali UN saat ini masih sekadar wacana.
Baca SelengkapnyaLima tahun telah berlalu sejak dunia diserang virus corona Covid-19 yang mematikan. Simak sederet potret dramatisnya!
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaPengumpulan data primer dengan pendekatan analisis wacana melalui analisis data kuantitatif media monitoring Humas BKPK dan NoLimit.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani mengingatkan Pemerintah akan pentingnya kesiapan dalam menghadapi potensi pandemi yang mungkin terjadi di masa depan.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan Jenderal polisi bintang tiga itu juga mengatakan Jakarta akan dilanda impor besar-besaran yang akan berdampak langsung pada masyarakat.
Baca SelengkapnyaKedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya.
Baca Selengkapnya