Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 November: Mengenang 11 Tahun Puncak Erupsi Gunung Merapi Yogyakarta

5 November: Mengenang 11 Tahun Puncak Erupsi Gunung Merapi Yogyakarta Erupsi Gunung Merapi. ©Agung Supriyanto/AFP

Merdeka.com - Gunung Merapi adalah gunung api aktif yang terletak di Jawa Tengah, yang biasa diakses dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kurun waktu Oktober hingga November 2010, gunung Merapi menampakkan aktivitasnya yang paling dahsyat dan berbahaya. Pada tanggal 5 November 2010, tepat 11 tahun yang lalu, status gunung Merapi dinaikkan ke level III atau Siaga.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau agar kegiatan pendakian, wisata, dan penambangan yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III, dihentikan. Disusul oleh peningkatan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi tersebut, proses evakuasi juga disiapkan.

Evakuasi diprioritaskan untuk kelompok rentan meliputi lansia, balita, anak-anak, ibu hamil, dan orang sakit. Letusan Merapi pada tahun 2010 itu mengakibatkan kerusakan dan kerugian besar di wilayah Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman. Puluhan ribu orang mengungsi dan ribuan ternak mati.

Orang lain juga bertanya?

Data Pusdalops Badan Nasional mencatat, per tanggal 27 November 2010 bencana erupsi Gunung Merapi telah mengakibatkan 277 orang meninggal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan 109 orang meninggal di wilayah Jawa Tengah. Berikut cerita selengkapnya mengenai puncak erupsi Merapi 2010, dilansir dari Liputan6.com.

Sudah Erupsi Sejak 26 Oktober 2010

Gunung Merapi kala itu sudah mengalami erupsi sejak 26 Oktober 2010. Gunung api aktif yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan DIY ini bergejolak dengan beberapa kali memuntahkan material gunung, dimulai pukul 17.02 WIB. Setelahnya, rangkaian letusan yang diiringi awan panas dan banjir lahar dingin terjadi hingga puncaknya pada 5 November 2010.

BNPB mencatat, aktivitas gunung dengan ketinggian 2.930 meter tersebut mulai meningkat pada 3 November 2010. Awan panas beruntun mulai keluar sejak pukul 11.11 WIB hingga 15.00 WIB dengan jarak luncur awan panas mencapai 9 kilometer dari puncak. Sementara, radius aman menjadi 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Perubahan yang cukup besar lantas terjadi pada 4 November 2010. Erupsi lanjutan pada waktu itu meningkatkan jarak luncur awan panas hingga mencapai 14 kilometer dari puncak. Masuk pada 5 November 2010 pukul 01.00 WIB, daerah aman ditetapkan di luar radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Gemuruh di Tiga Kota

Pada saat itu, letusan terjadi dengan didahului oleh suara gemuruh yang terdengar di tiga kota sekitar yakni Yogyakarta, Magelang, dan Wonosobo. Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat turun hingga Purwokerto dan Cilacap. Siang harinya, debu vulkanik telah mencapai sejumlah wilayah di Jawa Barat.

gunung merapi luncurkan awan panas guguran sejauh 25 km

Antara/Ho-BPPTKG

Di 5 November 2010, atap rumah, jalan, hingga pepohonan di Desa Ngadipuro Kecamatan Dukun Magelang nampak kelabu terselimuti oleh debu. Listrik pun telah padam sejak tiga hari sebelumnya, membuat desa tersebut menjadi sepi. Warga setempat mengungsi karena wilayahnya berada dalam radius 12 kilometer dari puncak gunung.

Tak hanya Desa Ngadipuro, hampir semua desa di lereng Merapi pun kala itu menjadi tak berpenghuni. "Selain awan panas, bahaya yang mengancam sangat serius saat ini adalah banjir lahar dingin," mengutip Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, pada Rabu 10 November 2010 silam.

Sungai yang berhulu di Gunung Merapi rata dengan perkampungan sekitar, imbas lahar dingin atau material gunung yang terbawa hujan. Pasir, kerikil, lumpur, dan batu besar memenuhi sungai-sungai tersebut. Bahkan, puluhan dusun rata akibat tumpahan material Merapi yang diperkirakan mencapai 140 juta meter kubik dan menjangkau hingga 13 kilometer dari hulu.

Wafatnya Mbah Marijan Sang Juru Kunci Merapi

Selain menandai letusan dan erupsi Merapi terbesar, aktivitas vulkanik Merapi pada tahun 2010 itu juga menjadi bagian dari sejarah memilukan dari kematian sang Juru Kunci Merapi, Mbah Marijan. Ki Surakso Hargo atau yang akrab disapa Mbah Marijan turut menjadi korban dalam rangkaian letusan gunung Merapi tahun itu.

Beliau meninggal dunia akibat semburan awan panas letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa 26 Oktober 2010. Mbah Marijan saat itu memilih untuk tetap tinggal di rumahnya. Anggota tim penyelamat yang kebanyakan mengenal Mbah Maridjan khawatir pada keselamatannya. Setelah aksi Merapi mereda, 20 anggota tim berangkat menuju Kinahrejo.

Sekitar 800 meter dari tujuan, rombongan tersebut kesulitan masuk lantaran banyaknya pohon tumbang yang melintang. Mereka lantas meminta bantuan posko SAR di Gondang, satu kilometer dari situ, untuk membawakan gergaji mesin. Dalam perjalanan beberapa meter, tim menemukan satu jenazah pria.

Tim bergerak lagi dan menemukan dua orang selamat. Satu di antaranya adalah Udi Sutrisno, adik Mbah Maridjan yang kemudian meninggal di rumah sakit karena terlanjur mengalami luka bakar parah. Maju lagi beberapa meter, mereka menemukan seorang pria renta selamat. Hingga tiba di jalan menanjak di perempatan sebelum rumah Mbah Maridjan, mereka menemukan tiga jenazah.

Naik ke atas sedikit, tim bertemu dua orang yang masih hidup. Tim terus bergerak hingga tiba di satu rumah yang hancur. Tim menjumpai jasad seorang ibu muda dalam posisi menyusui bayi yang baru berusia 35 hari. Suaminya ikut tewas bersama orang tua dan kakek si perempuan.

Di depan pekarangan rumah Mbah Maridjan, anggota tim SAR mulai melakukan penyisiran. Dalam pencarian di halaman rumah, ditemukan jasad seorang wartawan, Yuniawan, di belakang mobil APV. Bergerak terus, Tim menemukan lagi dua jasad di dalam rumah Mbah Maridjan. Satu di antaranya Tutur, relawan PMI.

Ditemukan pula jenazah Sarno Utomo, yang biasa menyerukan azan, dan Slamet Adi, adiknya. Mereka tinggal tak jauh dari masjid, tempat Mbah Maridjan menghadapi letusan Merapi 2006. Jenazah Mbah Marijan sendiri diketemukan esok harinya,  dalam posisi sujud, menghadap selatan, arah pusat Kota Yogyakarta.

Jenazahnya tertutup rangka rumah dan batang pinus yang menimpa tembok kamar. Pecahan asbes dan abu membuat badannya memutih. Setelah semua penghalang disingkirkan, tim membersihkan abu yang menempel di jenazah dan membawanya ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. (mdk/edl)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gunung Merapi Keluarkan 7 Kali Awan Panas Guguran dalam 30 Menit
Gunung Merapi Keluarkan 7 Kali Awan Panas Guguran dalam 30 Menit

Gunung Merapi kembali mengeluarkan rentetan awan panas guguran pada Senin (4/2) sore.

Baca Selengkapnya
Cek Fakta! Gunung Marapi Beda dengan Merapi
Cek Fakta! Gunung Marapi Beda dengan Merapi

Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, mengalami erupsi sejak 3 Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Gunung Merapi Luncurkan Guguran Lava Sejauh Ribuan Meter
Gunung Merapi Luncurkan Guguran Lava Sejauh Ribuan Meter

Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik serta mewaspadai bahaya lahar.

Baca Selengkapnya
Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Guguran Sejauh 1,5 Km
Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Guguran Sejauh 1,5 Km

Gunung Merapi kembali menunjukkan keaktifannya, Jumat (28/7) malam. Gunung di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu meluncurkan awan panas guguran sejauh 1,5 Km.

Baca Selengkapnya
Daftar Peristiwa Erupsi Gunung Marapi dari Tahun ke Tahun
Daftar Peristiwa Erupsi Gunung Marapi dari Tahun ke Tahun

Berikut uraian setiap peristiwa erupsi Gunung Marapi yang tercatat BNPB.

Baca Selengkapnya
Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Diduga Akibat Naiknya Akumulasi Gas
Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Diduga Akibat Naiknya Akumulasi Gas

Warga dan wisatawan tidak melakukan aktivitas dengan radius 3 kilometer dari puncak Gunung Marapi.

Baca Selengkapnya
Status Gunung Marapi Sumbar Naik Level III Siaga
Status Gunung Marapi Sumbar Naik Level III Siaga

Sering peningkatan status tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki diminta tidak memasuki wilayah radius 4,5km.

Baca Selengkapnya
Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter
Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter

Gunung Marapi Sumatera Barat kembali erupsi pada Minggu.

Baca Selengkapnya
PVMBG: Gunung Marapi Alami Perubahan Tipe Erupsi dari Freatik jadi Magmatik
PVMBG: Gunung Marapi Alami Perubahan Tipe Erupsi dari Freatik jadi Magmatik

Gunung Marapi mengalami perubah status dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).

Baca Selengkapnya
PVMBG Temukan Aktivitas Meningkat Gunung Marapi, Warga Diminta Waspada
PVMBG Temukan Aktivitas Meningkat Gunung Marapi, Warga Diminta Waspada

Hendra mengatakan, tinggi kolom asap letusan maupun hembusan maksimum 700 meter di atas puncak.

Baca Selengkapnya
Warga Sumbar Cemas Kijang & Simpai Masuk Permukiman Saat Gunung Marapi Naik Status Siaga, Pertanda Apa?
Warga Sumbar Cemas Kijang & Simpai Masuk Permukiman Saat Gunung Marapi Naik Status Siaga, Pertanda Apa?

Status gunung api itu naik dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga, terhitung sejak kemarin sore, 6 November 2024.

Baca Selengkapnya
Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi Setelah Mereda Lebih dari Sepekan
Gunung Marapi Sumbar Kembali Erupsi Setelah Mereda Lebih dari Sepekan

Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat (Sumbar) kembali erupsi

Baca Selengkapnya