Awalnya Hobi, Bumbu Masak Lokal Asal Sidoarjo Ini Jadi Terkenal di Berbagai Daerah
Merdeka.com - Bumbu Masak Machmudah (BMM), merek bumbu masak asal Sidoarjo, Jawa Timur, itu kini dikenal di berbagai daerah. Para pelanggan BMM membentang dari Malang, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, hingga daerah-daerah lain di luar Jawa Timur.
Setiap harinya, aktivitas produksi BMM dilakukan di Desa Putat, RT/RW 02/01, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Produksi aneka jenis bumbu masak itu dimulai sekitar pukul 06.00 WIB.
Berawal dari Hobi Masak
-
Apa itu proses produksi? Proses produksi adalah kegiatan industri yang dimulai dengan pengangkutan bahan mentah dari inventaris pabrik dan diakhiri dengan pengangkutan produk jadi ke tempat penyimpanan pertama.
-
Bagaimana proses produksi dilakukan? Proses produksi biasanya mencakup cara memproduksi secara efisien dan produktif untuk dijual, agar bisa dijangkau pelanggan dengan cepat tanpa mengorbankan kualitas.
-
Apa yang menjadi fokus utama dari kegiatan masyarakat di Desa Jatimulyo? Mengutip ANTARA, Kalurahan Jatimulyo menjadi kawasan konservasi yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat. Mereka tergabung ke dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi.
-
Apa yang dilakukan produsen tahu di Purwakarta? Nana mengaku dirinya tak ingin kehilangan pelanggan dan harus mengecilkan ukuran tahu buatannya.
-
Bagaimana UMKM binaan BRI di Desa Sambak memanfaatkan limbah tahu? Limbah tahu yang dimasukkan ke digester menghasilkan gas meta. Gas meta ini bisa digunakan untuk biogas. Dengan pengelolaan limbah tahu menjadi biogas, menjadi salah satu potensi wisata edukasi Desa Sambak,' cerita Dahlan.
-
Apa arti 'proses produksi'? Proses produksi adalah sebuah kegiatan industri atau kegiatan manufaktur yang dimulai dengan cara mengangkut bahan mentah dari inventaris pabrik, ke titik kerja pabrik dan diakhiri dengan pengangkutan produk jadi ke tempat penyimpanan pertama.
Pemilik BMM ialah Machnunah dan Machmudah, kembar kelahiran Sidoarjo, 24 April 1965. Keberadaan bisnis bumbu masak yang kini tersohor itu tak bisa dilepaskan dari sosok keduanya. Sejak kecil, Machnunah dan Machmudah memiliki hobi masak-memasak.
Selain membantu orang tuanya memasak di rumah, perempuan kembar itu juga suka membantu memasak di rumah tetangganya yang memiliki hajat.
Melihat keterampilan keduanya dalam meracik bumbu masakan, ada seseorang yang menanyakan mengapa keduanya tidak berjualan bumbu masakan.
“Ibu kok nggak jualan bumbu saja. Kalau masak kan enak,” ujar Machnunah, dikutip dari laman resmi Disperpusip Provinsi Jawa Timur.
Laku Keras
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Pada Ramadan tahun 1999, Machmudah dan Machnunah mencoba merintis usaha bumbu masak. Tak disangka-sangka jika produk mereka mendapat sambutan hangat dari konsumen. Bumbu masak buatan Machmudah dan Machnunah laku keras.
Saat itu, keduanya hanya membuat satu jenis bumbu masak, yakni bumbu rawon. Satu bungkus bumbu rawon itu dijual Rp900. Selanjutnya, jenis bumbu masak yang dibuat terus bertambah. Kini, setidaknya ada 16 macam bumbu masak merek BMM.
Melihat perkembangan usaha rintisannya, pada tahun 2000, Machmudah dan Machnunah mengurus perizinan usaha untuk BMM. Kini, produksi harian BMM berkisar antara 25.000 hingga 30.000 bungkus. Aktivitas produksi itu melibatkan setidaknya 100 karyawan yang merupakan para tetangga.
“Yang nggak punya ijazah dan nggak bisa kerja di pabrik, kerja di sini,” terang Machnunah.
Bahkan, bagi karyawan yang tidak bisa bekerja di tempat produksi, akan diberi kerjaan di rumah masing-masing, seperti melipat plastik atau memecahkan kluwek. Mereka bisa bekerja sembari mengasuh anak atau cucu di kediaman masing-masing.
Tanpa Pengawet
Proses pembuatan bumbu masak BMM dilakukan selayaknya memasak rumahan, hanya saja dilakukan dalam skala besar. Pertama, bahan bumbu ditimbang dan dicuci, kemudian digiling sebelum akhirnya dimasak dengan menggunakan wajan.
“Kalau sudah matang, sudah tanak, diangkat dan didinginkan. Lalu dikemas, baru dijual. Bentuknya ya seperti jenang,” imbuhnya.
Meskipun bahannya sama, tak sedikit konsumen yang fanatik dengan bentuk kemasannya.
“Ada yang mengatakan, yang bulat lebih enak. Sebaliknya ada yang menganggap yang kotak lebih enak,” ungkap Machnunah.
Pasokan bawang putih, bawang merah, dan cabai datang setiap hari. Pasokan bawang untuk BMM sudah dalam bentuk kupasan. Dalam sehari, pasokan bawang kupas mencapai 4 hingga 5 kuintal.
“Kalau kemiri dan kluwek yang tahan lama, bisa dikirim beberapa hari sekali,” lanjutnya.
Selain rasanya yang enak, BMM digemari para konsumen karena tidak menggunakan bahan pengawet. Meski demikian, bumbu masak itu bisa bertahan antara 10 hingga 14 hari. Bahkan, kalau disimpan di kulkas bisa tahan lebih lama.
Bumbu rawon dan soto bisa bertahan relatif lebih lama karena banyak mengandung pengawet alami, yakni garam, gula, dan minyak dalam jumlah cukup banyak. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.
Baca SelengkapnyaKampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah eksis lebih dari 300 tahun silam. Munculnya para pembatik andal berawal dari komunit jemaah masjid.
Baca SelengkapnyaSalah satu ragam kuliner Indonesia dari Sumatera Barat ini tergolong unik dan berbeda dari sate lainnya.
Baca SelengkapnyaWadah bambu membuat panas kuah soto lebih awet. Wadahnya juga aman dipegang karena tidak panas.
Baca SelengkapnyaDepot ini dibangun dengan dedikasi tinggi satu keluarga
Baca SelengkapnyaSetiap orang bisa membuat 1.000-1.500 lontong per hari
Baca SelengkapnyaSate Tukangan wajib dicicipi saat berburu kuliner pinggir jalan di Kota Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaJika kualitas produk yang dijual disenangi masyarakat global, ekspansi membangun bisnis di luar negeri bukan hanya cita-cita.
Baca SelengkapnyaBrem sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Dulu jajanan ini termasuk makanan mewah bagi masyarakat pribumi.
Baca SelengkapnyaSaking larisnya, si pemilik bisa meraup omzet hingga lebih dari Rp500 juta setiap bulan.
Baca SelengkapnyaAsna memasarkan Enting Geti Krida Sari dengan menjualnya kepada reseller, agen, ecer serta konsumen secara langsung.
Baca Selengkapnya