Gejala Sosial Panic Buying, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Merdeka.com - Merebaknya virus corona ke beberapa negara menyebabkan banyak terjadi beberapa gejala sosial. Kepanikan sosial melanda di banyak sudut dunia. Salah satu gejala sosial yang melanda beberapa negara akhir-akhir ini adalah panic buying.
Banyak sekali barang-barang di pasaran yang mengalami kelangkaan stok dan lonjakan harga berkali-kali lipat. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia beberapa waktu belakangan. Hand sanitizer hingga masker menjadi langka.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan gejala sosial panic buying? Simak penjelasannya di bawah ini.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa serangan panik bisa berbahaya? Serangan panik dapat menyebabkan berbagai gejala fisik dan psikologis yang mengganggu kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
-
Apa itu Gangguan Kecemasan? Rasa cemas atau anxiety adalah pengalaman yang umum dialami oleh banyak orang dalam menghadapi situasi tertentu. Namun, ketika rasa cemas sulit dikendalikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu adalah tanda dari gangguan kecemasan.
-
Apa yang membuat panik warga Bumi? Dunia Internet sempat panik setelah mendengar audio dari International Space Station (ISS) yang tidak seharusnya didengar oleh publik.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
Pengertian Panic Buying
REUTERS/Edgar Su
Panic Buying merupakan fenomena di mana masyarakat melakukan penimbunan beberapa barang pada saat terjadi situasi darurat tertentu. Dalam kasus merebaknya virus corona, barang-barang yang menjadi incaran para konsumen adalah handsanitizer dan masker.
Banyak apotek-apotek yang mengalami kelangkaan stok masker. Handsanitizer yang biasanya hanya memiliki kisaran harga di bawah Rp10.000 kini bisa mencapai 3 bahkan 5 kali lipat. Momen ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum curang dengan menimbun beberapa barang dan meraup untuk sebanyak-banyaknya.
Penyebab Panic Buying
Melansir dari BBC, ada perbedaan antara fenomena persiapan bencana dengan panic buying. Steven Taylor, dosen dan psikolog klinis di University of British Columbia, dan penulis buku The Psychology of Pandemics mengatakan bahwa panic buying didorong oleh ketakutan, dan keinginan untuk berusaha keras memadamkan ketakutan itu, seperti antrian berjam-jam atau membeli jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan. Panic buying menolong orang-orang merasa dapat mengontrol situasi, kata para ahli.
"Dalam keadaan seperti ini, orang-orang merasa perlu melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka anggap sebagai tingkat krisis," kata Taylor.
Berbeda dengan persiapan bencana, Taylor mengatakan pada kasus angin topan atau banjir, kebanyakan orang berpikir adil tentang barang-barang yang mungkin mereka butuhkan jika terjadi pemadaman listrik atau kekurangan air. Hal ini yang menjadi pijakan perbedaan dari persiapan bencana dengan gejala sosial panic buying.
Masih melansir dari BBC, panic buying juga dapat dikatakan sebagai mekanisme alami yang dilakukan oleh manusia untuk merespon keadaan darurat disekitarnya. Ketika manusia merasa tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi di sekelilingnya, mereka akan berupaya untuk memiliki kendali.
Hal ini sejalan dengan apa yang tengah terjadi sekarang. Merebaknya virus corona di beberapa tempat membuat banyak orang tidak memiliki kendali untuk menghentikan infeksi virus. Oleh karena itu usaha untuk mencegah dengan menggunakan masker dan handsanitizer dirasa lebih dapat mereka kontrol. Hal ini kemudian menjelaskan kenapa jumlah permintaan dua barang tersebut begitu melonjak dan mengalami kelangkaan stok serta kenaikan harga.
Dalam sebuah penelitian di tahun 2010, Owen Kulemeka dari University of Illinois menulis bahwa panik dan perilaku anti sosial bukanlah karakteristik pembelanjaan pra bencana. Helene Joffe, seorang dosen psikologi di University College London mengatakan, "Untuk menghadapi ancaman yang tidak diketahui, orang-orang menggunakan apa yang sudah mereka ketahui tentang ancaman yang tampaknya serupa."
Cara Mengatasi Panic Buying
1. Pembatasan Jumlah Pembelian
REUTERS/Edgar Su
Salah satu dampak terjadinya panic buying adalah penggunaan barang yang tidak tepat sasaran. Banyak konsumen yang sengaja membeli masker dalam jumlah banyak padahal memiliki kondisi tubuh yang sehat. Hal ini kemudian meruygikan mereka yang sakit dan lebih membutuhkan masker saat stok kosong. Melakukan pembatasan pembelian setidaknya dapat mengurangi dapak buruk panic buying ini.
Untuk menghindari barang yang tidak tepat sasaran, pembatasan jumlah beli dapat menjadi metode yang baik. Tidak hanya untuk masker, tetapi juga untuk bahan-bahan pokok maupun kebutuhan lain seperti tisu toilet. Pembatasan jumlah beli membuat setidaknya lebih banyak orang yang dapat memiliki barang tersebut.
Hukuman untuk Pelaku Penimbunan
2. Tindak Tegas Oknum yang Curang
REUTERS/Edgar Su
Dalam situasi genting, kadang rasa kemanusiaan tersampingkan karena ketakutan. Ada pula yang justru memanfaatkan momen genting untuk meraup untung yang lebih besar. Perlu adanya langkah tegas untuk memberi efek jera pada oknum-oknum semacam ini.
Presiden Indonesia Joko Widodo saat ini telah mengumumkan bahwa akan menindak tegas oknum-oknum yang menimbun dan memasang harga tinggi untuk sebuah masker. Langkah ini setidaknya telah menjadi sebuah ancaman dan menimbulkan efek jera pada oknum nakal yang menimbun masker. (mdk/vna)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal fenomena efek lipstik yang menjangkiti banyak orang disaat ekonomi sulit. Ternyata ini sebabnya.
Baca SelengkapnyaFOMO adalah rasa takut tertinggal pengalaman yang terjadi di sekitarnya. Namun tahukah Anda bahwa ketakutan ini ternyata berbahaya bagi kesehatan mental?
Baca SelengkapnyaSebaiknya kita lebih selektif membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Baca SelengkapnyaKemudahan akses ke berbagai produk dan layanan melalui internet seringkali membuat belanja online terasa sangat menggoda dan menyenangkan.
Baca SelengkapnyaPerasaan cemas dan takut ketika menghadapi sesuatu normal terjadi. Namun, harus diperhatikan apabila ketakutan berlanjut.
Baca SelengkapnyaImpulsif saat berbelanja sering dijadikan sebagai sarana untuk melepas penat ketika seseorang sedang mengalami stres.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu anxiety, jenisnya, dan cara mengatasi anxiety.
Baca SelengkapnyaBiar nggak terjebak impulsive buying, berikut ini beberapa tips yang bisa mulai kamu lakukan dari sekarang!
Baca SelengkapnyaDibandingkan dengan logika, perilaku impulsive buying ini cenderung didorong oleh faktor emosi dan perasaan semata.
Baca SelengkapnyaHoarding disorder atau kebiasaan menimbun barang merupakan gangguan kepribadian yang perlu kita waspadai.
Baca SelengkapnyaMengatasi gangguan psikologis ini memanglah tidak mudah, tetapi dengan bantuan yang tepat, kondisi ini dapat diatasi.
Baca SelengkapnyaPerkembangan e-commerce menjadi salah satu roda penggerak ekonomi digital di Indonesia
Baca Selengkapnya