Interaksi Obat Disebut Sebabkan Kematian Pasien Covid-19, Ini Penjelasan Pakar Unair
Merdeka.com - Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan pernyataan dokter Lois Owien atau dr Lois yang tidak percaya Covid-19. Ia menyebut bahwa interaksi obat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.
Sebelumnya, dr Lois menyebut dalam akun Twitternya @LsOwien, bahwa kematian yang terjadi pada banyak orang akhir-akhir ini bukan karena Covid-19 namun karena pemberian obat yang berlebihan. Ia menyebutkan ada enam macam plus dobel antibiotika dan dobel dosis antivirus.
Terkait hal ini, pakar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr. dr. Meity Ardiana SpJP(K)., FIHA., FICA., FAsCC., mengungkapkan, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa kombinasi obat pada pasien Covid-19 menyebabkan asidosis laktat yang berujung pada kematian.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa penyebab alami kematian manusia? Kematian karena penyebab alami sangat umum terjadi. Penyebab alami yang dimaksud dalam hal ini adalah segala sesuatu yang bukan merupakan kecelakaan atau hal lain yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau pembunuhan.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Mengapa korban diduga meninggal? Diduga kuat, korban meninggal karena sakit karena tidak ditemukan luka akibat kekerasan.
"Penyebab asidosis laktat itu sendiri bermacam-macam dan kita harus memahami patofisiologi terjadinya asidosis laktat sebelum serta-merta menyimpulkan penyebab asidosis laktat pada pasien Covid-19 adalah karena interaksi obat," kata dr. Meity pada Senin (19/7).
Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Penyebab Asidosis
Dokter Meity mengatakan, asidosis laktat hanya mungkin terjadi pada pasien Covid-19 yang kekurangan oksigen pada derajat sedang hingga berat.
Di sisi lain, asidosis laktat ini dapat menyebabkan peningkatan keasaman darah yang juga dapat memperberat kondisi pasien seperti sesak napas atau penurunan kesadaran. Kondisi ini lah yang kemudian bisa memperburuk kondisi pasien Covid-19.
Pertimbangan Dokter dalam Memberi Obat
Mengenai interaksi obat, dr. Meity menyebut bahwa setiap dokter memberikan obat kepada pasien sudah dengan pertimbangan manfaat maupun risiko interaksi obat yang mungkin terjadi. Dokter akan memilih obat yang memiliki risiko interaksi paling minimal bagi pasien. Lagipula, obat yang perlu dikonsumsi antara satu pasien Covid-19 dengan pasien lainnya tentu berbeda. Tergantung kondisi masing-masing pasien, apakah gejala ringan, sedang atau berat dan apakah pasien tersebut opname atau isolasi mandiri."Disarankan untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen yang memang sudah terbukti secara ilmiah dapat mencegah atau mempercepat kesembuhan Covid-19 sesuai rekomendasi yang ada," katanya.
Masyarakat Diminta Tidak Panic Buying Obat
Selain itu, dr. Meity mengimbau agar masyarakat tidak perlu punic buying obat-obatan dan vitamin yang dipercaya bisa menyembuhkan Covid-19. Karena menurutnya, pola makan yang sehat sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan mikro dan makronutrien yang dapat mencegah infeksi Covid-19 maupun virus dan penyakit lain.Masyarakat juga diminta untuk bijak dalam memilah informasi yang didapat terkait obat-obatan untuk mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
"Masyarakat harus bisa membedakan antara opini dan temuan ilmiah, suatu hal yang bukan merupakan fokus dalam pendidikan dan gaya hidup kita," ujarnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaRSUD Pirngadi Medan tak menampik dalam proses distribusi obat mengalami keterlambatan. Namun kini obat-obatan itu telah tiba di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaAulia Risma ditemukan tewas di kamar kosnya pada Agustus lalu.
Baca SelengkapnyaSatu pasien cacar monyet Mpox meninggal dunia saat menjalani isolasi di rumah sakit
Baca SelengkapnyaKasus bunuh diri mahasiswi kedokteran PPDS Anestesi, Aulia Risma Lestari di Undip masih terus diselidiki polisi.
Baca SelengkapnyaPengacara menduga ada kelalaian yang dilakukan petugas jaga saat itu.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menegaskan, pihaknya tidak pernah menekan Dirut RS Dr. Kariadi Semarang.
Baca SelengkapnyaAntraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B.antrachis. Biasanya, antraks menyerang hewan herbivora.
Baca SelengkapnyaTiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Baca SelengkapnyaBEM Undip mempertanyakan proses investigasi yang dilakukan dengan singkat dan tidak melibatkan perwakilan BEM. Hasilnya juga berbeda dengan pernyataan Kemenkes.
Baca Selengkapnya