Mengenal Makna Malem Songo, Tradisi Nikah Sehari Sebelum Lebaran di Bojonegoro
Merdeka.com - Malem Songo adalah sebutan yang disematkan masyarakat Bojonegoro untuk malam ke-29 dalam bulan Ramadan. Masyarakat Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur memiliki tradisi unik terkait dengan Malem Songo.
Pada malam tersebut, ratusan warga Bojonegoro melangsungkan pernikahan. Kejadian ini berlangsung setiap tahun.
Dikutip dari fai.um-surabaya.ac.id, malam tersebut diyakini baik untuk melangsungkan pernikahan. Keyakinan ini dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Bojonegoro, khususnya di wilayah pedesaan.
-
Siapa yang merayakan pernikahan di bulan Syawal? Dengan menikah di bulan yang sama dengan hari raya Idulfitri, pasangan dapat merayakan momen bahagia mereka bersama dengan keluarga dan teman-teman yang hadir dalam suasana penuh kegembiraan dan kebersamaan.
-
Apa yang dirayakan pada pernikahan ini? Memberikan ucapan pernikahan sudah menjadi budaya di masyarakat. Memberikan ucapan selamat kepada pasangan pengantin telah menjadi sebuah budaya yang melekat dalam masyarakat.
-
Apa yang dirayakan di momen pernikahan? Pernikahan merupakan momen yang ditunggu-tunggu setiap pasangan.
-
Apa yang dirayakan di pernikahan? Pernikahan bukan hanya sekadar perayaan pesta yang mewah. Namun, pernikahan adalah pengikat janji suci dua orang untuk bersama-sama membangun rumah tangga yang harmonis.
-
Kapan acara perjodohan ini? Acara ini dijadwalkan pada bulan Oktober 2024 yang ditujukan bagi kaum muda, berusia 23 hingga 43 tahun, yang tinggal atau bekerja di distrik tersebut.
-
Di mana tradisi Malam 1 Suro dirayakan? Seperti yang telah disebut sebelumnya, sejarah malam 1 Suro saat ini tak bisa lepas dari tradisi perayaan yang dilakukan oleh keraton. Yang paling terkenal adalah perayaan malam 1 Suro oleh Keraton Ngayogyakarta dan Keraton Surakarta.
Tidak heran apabila pada malam tersebut, ratusan mempelai melangsungkan akad nikah.
Antusiasme Masyarakat
©2014 Merdeka.com
Tradisi menikah di Malem Songo tidak hanya terjadi di Bojonegoro. Tetapi juga di beberapa daerah di sekitarnya, seperti Tuban dan Lamongan.
Masyarakat sangat antusias melaksanakan tradisi Malem Songo. Meskipun untuk melakukannya, mereka harus merogoh kocek lebih banyak.
Minimal untuk biaya akad nikah dan pesta perkawinan. Berdasarkan Peraturan Penerintah (PP) no 48 tahun 2014, pernikahan yang dilangsungkan di luar kantor dikenai biaya Rp. 600.000.
Melangsungkan pernikahan di Malem Songo jelas tidak mungkin dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA), melainkan di rumah masing-masing calon pengantin.
Pelaksanaan akad nikah pada Malem Songo juga terjadi di luar jam kantor para penghulu yang bekerja di KUA. Belum lagi, setelah itu biasanya akan digelar pesta perkawinan yang membutuhkan biaya cukup besar.
Makna Malem Songo
Tradisi Malem Songo yang mengakar kuat pada masyarakat Bojonegoro memiliki sejumlah dasar. Pertama, malam tanggal 29 merupakan malam ganjil terakhir pada bulan Ramadan.
Diyakini pada tanggal tersebut sebagai malam istimewa. Karena ada kemungkinan turunnya malam seribu bulan alias Lailatul Qadar.
Tradisi ini juga dianggap baik karena saat malam 29 Ramadan, banyak keluarga pengantin yang sudah mudik alias pulang kampung. Sehingga menjadi momentum yang tepat untuk melangsungkan pernikahan dengan disaksikan keluarga besar.
Selanjutnya, segera melangsungkan pernikahan pada akhir Ramadan karena ada keyakinan bahwa puasa dapat mencegah hawa nafsu. Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad SAW, “Yaa Ma’syaro al syabab, man istatho’a minkum al ba’ata …..”Intinya, jika khawatir tidak dapat menahan nafsu selepas bulan puasa, maka lebih baik segera dinikahkan.
Tradisi Turun-Temurun
©2019 Merdeka.com/Pixabay
Dihimpun dari berbagai sumber, tradisi Malem Songo sudah berlangsung secara turun-temurun. Tidak diketahui pasti kapan tradisi ini pertama kali dilaksanakan.
Berdasarkan data dari Kemenag Bojonegoro, pasangan pengantin yang menikah di Malem Songo melangsungkan akad nikah di rumah mempelai. KUA di masing-masing kecamatan juga telah mempersiapkan penghulunya.
Menjadi Tren
Tradisi melangsungkan akad nikah pada malam 29 Ramadhan atau Malem Songo masih menjadi tren bagi sebagian masyarakat Bojonegoro. Terbukti di Bojonegoro ada ratusan pasangan yang melangsungkan akad nikah pada malam yang dianggap baik itu.
Setiap tahun, tradisi ini menjadi tren di kalangan masyarakat Bojonegoro, Jawa Timur. Terbukti pada malam 29 Ramadan tahun 2019 lalu, ada sejumlah 642 pasangan yang menggelar akad nikah. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menikah pada malam Songo Ramadan sudah jadi tradisi turun-temurun sejak dulu.
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
Baca SelengkapnyaRebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, di mana banyak mitos yang berkembang tentangnya.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaBikin dompet tak aman, jalanan di Malang ini dipenuhi orang hajatan di waktu yang sama.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak zaman Bupati Pertama Probolinggo
Baca SelengkapnyaMenikah di bulan Syawal dalam Islam memiliki beberapa keistimewaan yang dianggap penting bagi umat Muslim.
Baca SelengkapnyaSebuah tradisi ungkapan kegembiraan ketika masyarakat Suku Batak Simalungun telah mewujudkan sebuah kegiatan pesta yang melibatkan banyak orang
Baca SelengkapnyaRatusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.
Baca SelengkapnyaMomen pernikahan bagi masyarakat Lampung adalah hal yang sakral dan salah satu unsur kehidupan yang begitu penting.
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca Selengkapnya