Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
pondok langitanMengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Kelak pondok pesantren ini dikenal dengan nama Langitan.
Sang Perintis
Mengutip Instagram @tuban_bercerita, Kiai Muhammad Nur merupakan salah satu murid Pangeran Diponegoro.
Pasca perang Diponegoro, ia bersama istri dan anak-anaknya berangkat dari Tuyuhan Kabupaten Rembang menuju daerah Plang Wetan yang kini masuk Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.
Keluarga ini memulai hidup baru di Kabupaten Tuban, tepatnya di tepi Sungai Bengawan Solo.
- Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM
- Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang
- Sering Di-bully, Santri di Siak Bakar Pondok Pesantren hingga Tewaskan Dua Rekan
- Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
- Viral Pengemudi Fortuner Mengaku Adik Jenderal TNI, Psikolog Ungkap Alasan Munculnya Sikap Arogan Pengendara
- BPIP Kenalkan BTU Pendidikan Pancasila, Ini Manfaat dan Tujuannya
Cikal Bakal Ponpes
Awalnya, Kiai Nur hanya mengajari perihal agama Islam kepada keluarga dan para tetangganya. Ia mengajarkan mereka untuk meneruskan perjuangan
mengusir para penjajah dari tanah Jawa pada tahun 1852, tiba-tiba datanglah 25 santri yang ingin ikut mengaji padanya.
Kiai Nur kemudian mendirikan musala untuk belajar dan istirahat para santri. Kiai Nur mengasuh pondok ini sekitar 18 tahun lamanya, yakni pada tahun 1852-1870. Kiai Nur wafat pada tahun 1870 dan dimakamkan di kompleks makam Sunan Bejagung Lor.
Nama Pesantren
Nama Pesantren Langitan berasal dari nama lama daerah tempat pesantren itu berdiri, Plang Wetan atau Plangitan yang kemudian dibaca Langitan.
Mengutip situs digilib.uinsa.ac.id, saat Pondok Pesantren Langitan ini didirikan pernah berdiri dua buah plang atau papan nama, masing-masing terletak di Timur dan Barat. Pesantren ini berdiri di dekat papan nama sebelah timur atau plang wetan.
Kelak para pengunjung menjadikan plang wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang mendata dan mengunjungi pondok
pesantren. Secara alamiyah pondok pesantren ini diberi nama Plangitan yang kemudian terkenal dengan Langitan.
Kebenaran kata ini juga didasari
tulisan tangan Kiai Ahmad Sholeh dalam kitab “Fathul Mu’in” dengan bahasa melayu pada 29 Robi’ul Awal 1297 Hijriah, tepatnya pada hari Selasa.
Potret Terkini
Saat ini, Pondok Pesantren Langitan menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di Jawa Timur. Selain itu, pondok pesantren ini juga menyandang gelar lembaga pendidikan berbasis internasional.