Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 19 Juli: Wafatnya Sapardi Djoko Damono, Pujangga Legendaris Indonesia

Peristiwa 19 Juli: Wafatnya Sapardi Djoko Damono, Pujangga Legendaris Indonesia Sastrawan Sapardi Djoko Damono. Antara

Merdeka.com - Sapardi Djoko Damono adalah seorang sastrawan legendaris Indonesia yang wafat tahun lalu pada hari ini, yakni 19 Juli 2020, diusianya yang menginjak 80 tahun. Sastrawan yang menorehkan banyak karya dan kenangan di hati para penggemarnya ini lahir di Surakarta, pada 20 Maret 1941.

Puisi-puisinya dikenal dan disukai oleh banyak orang, lantaran menggunakan kata-kata sederhana namun memikat dan mengena di hati dan perasaan. Selain dikenal sebagai pujangga, Sapardi Djoko Damono juga adalah seorang dosen, kritikus, pakar dan pengamat sastra. Sepak terjangnya sudah tidak diragukan lagi.

Kontribusinya dalam sastra Indonesia begitu besar. Sapardi Djoko Damono jugalah yang merintis sekaligus memprakarsai terbentuknya Himpunan Kesusatraan Indonesia (Hiski), yang hingga kini setiap tahunnya selalu menyelenggarakan seminar dan pertemuan sarjana sastra yang tergabung di dalamnya.

Karya-karyanya selalu sarat akan makna kehidupan, meski dijabarkan dengan bahasa dan kata yang sederhana. Populer baik di kalangan sastrawan dan masyarakat umum, berikut ini adalah cerita singkat mengenai kisah hidup Sapardi Djoko Damono.

Latar Belakang Pendidikan Sang Penyair

Sapardi Djoko Damono lahir dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Ayahnya adalah seorang abdi dalem di Keraton Kasunanan Solo. Oleh orangtuanya, ia diberi nama Sapardi lantaran lahir pada bulan Sapar, berdasarkan kalender Jawa. Menurut kepercayaan orang Jawa, siapa saja yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.

Sapardi mengenyam pendidikan dasar di SD Kesatryan Keraton Surakarta. Pendidikan menengah ditempuh di SMP Negeri 2 Surakarta dan dilanjutkan di SMA Negeri 2 Surakarta. Setelah lulus SMA, Sapardi Djoko Damono kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurusan Sastra Inggris, dilansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id.

Sejak SMA, Sapardi sudah aktif menulis dan mengirimkan karya-karyanya ke majalah. Aktivitas menulisnya semakin berkembang saat duduk di bangku kuliah. Ia juga sempat menempuh pendidikan singkat mengenai humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat pada tahun 1970 hingga 1971.

Pada tahun 1989, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra melalui disertasinya yang berjudul "Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur". Tahun 1995, ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Di UI, ia juga pernah menjabat sebagai dekan dan guru besar, serta menjadi redaktur pada majalah Horison, Basis, dan Kalam.

Karier Kepenulisan Sapardi Djoko Damono

Telah disebutkan sebelumnya bahwa ia telah menekuni dunia tulis menulis sejak remaja belia. Saat masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah. Kegemarannya menulis semakin berkembang saat ia kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM.

Pria yang dijuluki sajak-sajak SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun juga cerita pendek. Ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, esai, dan sejumlah artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Sapardi juga sedikit menguasai permainan wayang, karena kakeknya selain menjadi abdi dalem juga bekerja sebagai dalang.

Peranan Sapardi Djoko Damono dalam kancah sastra Indonesia sangatlah penting. A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960.

Terdapat perkembangan yang jelas terlihat dalam puisi Sapardi, terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya. Ia adalah seorang penyair orisinil dan kreatif, dengan percobaan-percobaan pembaharuannya yang mengejutkan dan membawa perkembangan sastra bagi masa yang akan datang.

Sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia Abdul Hadi W.M menyebutkan bahwa puisi-puisi karya Sapardi memiliki banyak kesamaan dengan persajakan Barat sejak akhir abad ke-19 yang disebut simbolisme.

Hingga untuk bisa memahami karya-karya Sapardi dengan sebaik-baiknya, pembaca haruslah mengingat bahwa ia dengan sengaja memilih tetap berada dalam hubungan dengan konvensi-konvensi persajakan.

Karya-Karya Sastra Sapardi

Pamusuk Eneste dalam bukunya yang berjudul Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988) memasukkan Sapardi Djoko Damono ke dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an.

Sapardi mengumpulkan sajaknya dalam buku-buku yang berjudul Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-Ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), dan Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003). Dalam tahun 2001 terbit kumpulan cerpennya berjudul Pengarang Telah Mati. Tahun 2009 terbit kumpulan sajaknya yang berjudul Kolam.

Sebagai pakar sastra, ia juga menulis beberapa buku yang sangat penting, yaitu;

  1. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978),
  2. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979),
  3. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999),
  4. Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996),
  5. Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999),
  6. Sihir Rendra: Permainan Makna (1999) dan 
  7. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.

Semasa hidupnya, Sapardi Djoko Damono juga telah menerima beberapa penghargaan dan hadiah sastra. Di antaranya adalah;

  • hadiah dari majalah Basis pada tahun 1963 atas puisinya yang berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak", 
  • tahun 1978 menerima penghargaan Cultural Award dari Pemerintah Australia; 
  • tahun 1983 memperoleh hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II untuk bukunya Sihir Hujan dari Malaysia; 
  • tahun 1984 mendapat hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya yang berjudul Perahu Kertas; 
  • tahun 1985 menerima Mataram Award; 
  • tahun 1986 ia menerima hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand. 
  • Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990. 
  • tahun 1996 ia memperoleh Kalyana Kretya dari Menristek RI. 
  • tahun 2003 Sapardi mendapat penghargaan The Achmad Bakrie Award for Literature,
  • tahun 2004 memperoleh Khatulistiwa Award, dan
  • tahun 2012, mendapat penghargaan dari Akademi Jakarta.
  • (mdk/edl)
    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP
    Mengenal Lebih Dekat Sindoedarsono Soedjojono, Bapak Seni Rupa Modern Indonesia Asal Kisaran Sumatera Utara
    Mengenal Lebih Dekat Sindoedarsono Soedjojono, Bapak Seni Rupa Modern Indonesia Asal Kisaran Sumatera Utara

    Tokoh seniman kondang ini adalah orang pertama yang mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia dalam konteks kondisi nyata bangsa Indonesia saat itu.

    Baca Selengkapnya
    Meninggal Dunia, Ini Sosok Yudhistira ANM Massardi Sastrawan Legendaris Indonesia
    Meninggal Dunia, Ini Sosok Yudhistira ANM Massardi Sastrawan Legendaris Indonesia

    Kabar duka datang dari kalangan sastrawan Indonesia yaitu Yudhistira ANM Massardi yang merupakan ayah dari Iga Massardi, vokalis dari grup band Barasuara.

    Baca Selengkapnya
    24 Juni 1914: Kelahiran Sanusi Hardjadinata, Orang Asli Garut yang Menjabat Gubernur Jawa Barat ke-5
    24 Juni 1914: Kelahiran Sanusi Hardjadinata, Orang Asli Garut yang Menjabat Gubernur Jawa Barat ke-5

    Raden Hadji Mohamad Sanusi Hardjadinata adalah seorang politisi Indonesia yang memiliki peran besar bagi sejarah kebangsaan Indonesia.

    Baca Selengkapnya
    VIDEO: Ganjar Terpukul Seniman Blacius Subono Meninggal Usai Pentas di Kampanye Solo
    VIDEO: Ganjar Terpukul Seniman Blacius Subono Meninggal Usai Pentas di Kampanye Solo

    Salah satu seniman pendukung acara meninggal dunia usai pertunjukan sendratari Sirna Mendhak Sang Kala Sirna

    Baca Selengkapnya
    Mengenal Sosrodiningrat, Anak Bangsawan Solo yang Terkenal Cerdas dan Visioner
    Mengenal Sosrodiningrat, Anak Bangsawan Solo yang Terkenal Cerdas dan Visioner

    Ia adalah tokoh lokal dan nasional yang terkenal kharismatik

    Baca Selengkapnya
    Kisah Hidup Adjim Arijadi, Nyebur di Dunia Kesenian hingga Dinobatkan jadi Bapak Teater Modern Kalsel
    Kisah Hidup Adjim Arijadi, Nyebur di Dunia Kesenian hingga Dinobatkan jadi Bapak Teater Modern Kalsel

    Bergelar 'Datuk Mangku Adat' putra asal Kabupaten Banjar ini cukup berpengalaman dalam bidang kesenian di Indonesia.

    Baca Selengkapnya
    Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional
    Sosok Amir Hamzah, Sastrawan Asal Langkat Bergelar Pahlawan Nasional

    Sosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional

    Baca Selengkapnya
    19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia
    19 Juli 2019: Wafatnya Arswendo Atmowiloto, Jurnalis dan Penulis Ternama Indonesia

    Kisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.

    Baca Selengkapnya
    Soebronto Laras dan Ceritanya Mengetes Suzuki ST20 Angkut 1 Ton Cengkeh ke Gunung di Manado
    Soebronto Laras dan Ceritanya Mengetes Suzuki ST20 Angkut 1 Ton Cengkeh ke Gunung di Manado

    Soebronto Laras adalah tokoh otomotif Indonesia. Berhasil membawa Suzuki masuk Indonesia sekaligus membesarkannya seperti sekarang.

    Baca Selengkapnya
    Kabar Duka, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono Meninggal Dunia
    Kabar Duka, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono Meninggal Dunia

    Jenazah Gembong, saat ini berada di rumah duka Jalan Peninggalan Timur, Kebayoran Lama Utara.

    Baca Selengkapnya
    Potret Rumah Istri Pertama Didi Kempot yang Asri dan Berderet Mobil Mewah
    Potret Rumah Istri Pertama Didi Kempot yang Asri dan Berderet Mobil Mewah

    Intip potret rumah istri pertama maestro campur sari Indonesia, mendingan Didi Kempot.

    Baca Selengkapnya
    Mengenang Joko Pinurbo, Penyair yang Sangat Mencintai Kota Jogja dan Selalu Bisa Menertawakan Duka
    Mengenang Joko Pinurbo, Penyair yang Sangat Mencintai Kota Jogja dan Selalu Bisa Menertawakan Duka

    Meskipun lahir di Sukabumi, Jokpin justru sangat lekat dengan Kota Jogja.

    Baca Selengkapnya