Peristiwa 19 Juli: Wafatnya Sapardi Djoko Damono, Pujangga Legendaris Indonesia
Merdeka.com - Sapardi Djoko Damono adalah seorang sastrawan legendaris Indonesia yang wafat tahun lalu pada hari ini, yakni 19 Juli 2020, diusianya yang menginjak 80 tahun. Sastrawan yang menorehkan banyak karya dan kenangan di hati para penggemarnya ini lahir di Surakarta, pada 20 Maret 1941.
Puisi-puisinya dikenal dan disukai oleh banyak orang, lantaran menggunakan kata-kata sederhana namun memikat dan mengena di hati dan perasaan. Selain dikenal sebagai pujangga, Sapardi Djoko Damono juga adalah seorang dosen, kritikus, pakar dan pengamat sastra. Sepak terjangnya sudah tidak diragukan lagi.
Kontribusinya dalam sastra Indonesia begitu besar. Sapardi Djoko Damono jugalah yang merintis sekaligus memprakarsai terbentuknya Himpunan Kesusatraan Indonesia (Hiski), yang hingga kini setiap tahunnya selalu menyelenggarakan seminar dan pertemuan sarjana sastra yang tergabung di dalamnya.
-
Siapa yang dirayakan di Hari Puisi Indonesia? Hari Puisi Indonesia yang diperingati setiap tanggal 26 Juli merupakan momen bersejarah yang diinisiasi untuk menghormati salah satu maestro puisi Indonesia, Chairil Anwar.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Siapa Profesor yang berpengaruh di Bahasa Indonesia? Tokoh tersebut bernama Prof. Sutan Muhammad Zain, seorang ahli pakar Bahasa Indonesia.
-
Kapan Bambang Trihatmodjo berulang tahun? Tepat di tanggal 23 Juli 2024, putra keluarga Cendana ini genap berusia 70 tahun.
-
Siapa yang meninggal dunia? Berdasarkan keterangan dari Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol. Artanto, AKBP Muhammad Yoga tutup usia pada Minggu malam pukul 20.00 WIB.
Karya-karyanya selalu sarat akan makna kehidupan, meski dijabarkan dengan bahasa dan kata yang sederhana. Populer baik di kalangan sastrawan dan masyarakat umum, berikut ini adalah cerita singkat mengenai kisah hidup Sapardi Djoko Damono.
Latar Belakang Pendidikan Sang Penyair
Sapardi Djoko Damono lahir dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Ayahnya adalah seorang abdi dalem di Keraton Kasunanan Solo. Oleh orangtuanya, ia diberi nama Sapardi lantaran lahir pada bulan Sapar, berdasarkan kalender Jawa. Menurut kepercayaan orang Jawa, siapa saja yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.
Sapardi mengenyam pendidikan dasar di SD Kesatryan Keraton Surakarta. Pendidikan menengah ditempuh di SMP Negeri 2 Surakarta dan dilanjutkan di SMA Negeri 2 Surakarta. Setelah lulus SMA, Sapardi Djoko Damono kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurusan Sastra Inggris, dilansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id.
Sejak SMA, Sapardi sudah aktif menulis dan mengirimkan karya-karyanya ke majalah. Aktivitas menulisnya semakin berkembang saat duduk di bangku kuliah. Ia juga sempat menempuh pendidikan singkat mengenai humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat pada tahun 1970 hingga 1971.
Pada tahun 1989, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra melalui disertasinya yang berjudul "Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur". Tahun 1995, ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Di UI, ia juga pernah menjabat sebagai dekan dan guru besar, serta menjadi redaktur pada majalah Horison, Basis, dan Kalam.
Karier Kepenulisan Sapardi Djoko Damono
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ia telah menekuni dunia tulis menulis sejak remaja belia. Saat masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah. Kegemarannya menulis semakin berkembang saat ia kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM.
Pria yang dijuluki sajak-sajak SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun juga cerita pendek. Ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, esai, dan sejumlah artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Sapardi juga sedikit menguasai permainan wayang, karena kakeknya selain menjadi abdi dalem juga bekerja sebagai dalang.
Peranan Sapardi Djoko Damono dalam kancah sastra Indonesia sangatlah penting. A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960.
Terdapat perkembangan yang jelas terlihat dalam puisi Sapardi, terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya. Ia adalah seorang penyair orisinil dan kreatif, dengan percobaan-percobaan pembaharuannya yang mengejutkan dan membawa perkembangan sastra bagi masa yang akan datang.
Sastrawan, budayawan dan ahli filsafat Indonesia Abdul Hadi W.M menyebutkan bahwa puisi-puisi karya Sapardi memiliki banyak kesamaan dengan persajakan Barat sejak akhir abad ke-19 yang disebut simbolisme.
Hingga untuk bisa memahami karya-karya Sapardi dengan sebaik-baiknya, pembaca haruslah mengingat bahwa ia dengan sengaja memilih tetap berada dalam hubungan dengan konvensi-konvensi persajakan.
Karya-Karya Sastra Sapardi
Pamusuk Eneste dalam bukunya yang berjudul Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988) memasukkan Sapardi Djoko Damono ke dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an.
Sapardi mengumpulkan sajaknya dalam buku-buku yang berjudul Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-Ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), dan Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003). Dalam tahun 2001 terbit kumpulan cerpennya berjudul Pengarang Telah Mati. Tahun 2009 terbit kumpulan sajaknya yang berjudul Kolam.
Sebagai pakar sastra, ia juga menulis beberapa buku yang sangat penting, yaitu;
- Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978),
- Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979),
- Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999),
- Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996),
- Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999),
- Sihir Rendra: Permainan Makna (1999) dan
- Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.
Semasa hidupnya, Sapardi Djoko Damono juga telah menerima beberapa penghargaan dan hadiah sastra. Di antaranya adalah;
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tokoh seniman kondang ini adalah orang pertama yang mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia dalam konteks kondisi nyata bangsa Indonesia saat itu.
Baca SelengkapnyaKabar duka datang dari kalangan sastrawan Indonesia yaitu Yudhistira ANM Massardi yang merupakan ayah dari Iga Massardi, vokalis dari grup band Barasuara.
Baca SelengkapnyaRaden Hadji Mohamad Sanusi Hardjadinata adalah seorang politisi Indonesia yang memiliki peran besar bagi sejarah kebangsaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu seniman pendukung acara meninggal dunia usai pertunjukan sendratari Sirna Mendhak Sang Kala Sirna
Baca SelengkapnyaIa adalah tokoh lokal dan nasional yang terkenal kharismatik
Baca SelengkapnyaBergelar 'Datuk Mangku Adat' putra asal Kabupaten Banjar ini cukup berpengalaman dalam bidang kesenian di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional
Baca SelengkapnyaKisah hidupnya penuh warna. Punya setumpuk karya dan juga kontroversi.
Baca SelengkapnyaSoebronto Laras adalah tokoh otomotif Indonesia. Berhasil membawa Suzuki masuk Indonesia sekaligus membesarkannya seperti sekarang.
Baca SelengkapnyaJenazah Gembong, saat ini berada di rumah duka Jalan Peninggalan Timur, Kebayoran Lama Utara.
Baca SelengkapnyaIntip potret rumah istri pertama maestro campur sari Indonesia, mendingan Didi Kempot.
Baca SelengkapnyaMeskipun lahir di Sukabumi, Jokpin justru sangat lekat dengan Kota Jogja.
Baca Selengkapnya