Kiai Ponpes Amanatul Ummah Mojokerto Tolak Vaksin AstraZeneca, Ini Alasannya
Merdeka.com - Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timu, KH Asep Saifuddin Chalim menolak keras vaksin AstraZeneca. Pria yang akrab disapa Kiai Asep menilai vaksin buatan Oxford University Inggris itu haram karena mengandung tripsin pancreas babi.
Kiai Asep menyampaikan secara terbuka mengenai penolakannya terhadap vaksin itu. Sikapnya berpegang pada Fatwa MUI pusat yang menyatakan vaksin AstraZeneca haram, namun boleh digunakan dalam kondisi darurat.
Tak Mau Disuntik
-
Kenapa Zaskia menyarankan vaksin pneumonia? Zaskia mengungkapkan momen tersebut sebagai pengalaman yang sangat menakutkan dalam hidupnya, sehingga ia mengimbau semua orang untuk segera memberikan vaksin pneumonia kepada anak-anak.
-
Kenapa vaksin Mpox diizinkan di Indonesia? Penggunaan vaksin Mpox di Indonesia kini telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman dan dapat digunakan dalam kondisi darurat kesehatan.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa saja yang menerima vaksin cacar monyet? Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kriteria penerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.'Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko,' kata Maxi dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10).
Sementara itu, menurut Kiai Asep saat ini Pondok Pesantren Amanatul Ummah tidak dalam kondisi darurat. Pasalnya, sejak pandemi Covid-19 menyerang hingga kini belum ada seorang pun di lingkungan pesantren yang terinfeksi Covid-19.
Dikutip dari instagram @wartamojokerto (29/3/2021), kondisi inilah yang membuat Kiai Asep melarang keras vaksin AstraZeneca disuntikkan ke 12.000 santri dan mahasiswa, serta 1.000 lebih tenaga pendidik Amanatul Ummah.
Kritik Fatwa MUI Jatim
©Reuters
Kiai Asep juga mengkritik Fatwa MUI Jatim yang menyatakan vaksin AstraZeneca halal. Ia menilai fatwa tersebut keliru lantaran hanya menggunakan alasan istihalah (perubahan bentuk) dan ihlak (penghancuran). Atas dasar itu, MUI Jatim yakin tripsin pankreas babi yang digunakan dalam produksi vaksin AstraZeneca tidak lagi najis karena sudah berubah bentuk.
Dia menambahkan, Imam Syafii dan Imam Hambali mengajarkan bahwa perubahan bentuk dari benda najis menjadi tidak najis hanya berlaku pada tiga hal. Pertama, ketika arak berubah secara alami menjadi cuka, kulit yang diambil dari bangkai selain babi dan anjing, serta ayam yang menetas dari telur yang dikeluarkan dari ayam mati.
Sebut Kondisi Tak Darurat
©2021 Merdeka.com/Instagram @wartamojokerto
Lebih lanjut, Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah itu berharap pemerintah tidak menggunakan vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi Covid-19 di Jatim. Terlebih disuntikkan ke pesantren-pesantren. Ia berpendapat bahwa kondisi saat ini tidak darurat, sehingga masyarakat masih bisa menunggu pemerintah membeli vaksin yang dipastikan halal.
Sebagai informasi, vaksin AstraZeneca dibuat perusahaan farmasi asal Swedia bekerja sama dengan Universitas Oxford Inggris. Indonesia sudah mendapatkan 1,1 juta vaksin jenis ini.
Tahun 2021, pemerintah Indonesia menargetkan 100 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi Covid-19 di seluruh wilayah. Suntikan perdana telah diberikan kepada 100 kiai dan anggota PWNU Jatim.
Fakta Vaksin AstraZeneca
Dokter Muhammad Iqbal Ramadhan memberi tanggapan mengenai penggunaan tripsin babi dalam pembuatan vaksin AstraZeneca. Dikutip dari laman Klik Dokter, ia menjelaskan bahwasanya tripsin babi digunakan pada proses awal pengembangan vaksin.
Pada awal proses penanaman, tripsin berguna untuk menumbuhkan virus pada sel inang. Setelah virus yang ditanam tumbuh, virus akan dipisahkan dari tripsin babi.
“Jadi, setelah proses penanaman, antara virus dengan tripsin babi tadi sudah tidak lagi bersinggungan atau bersentuhan. Karena sebenarnya tripsin babi hanya sebagai media tanam saja,” jelas dr. Iqbal.
Lebih lanjut, direktur hubungan media global AstraZeneca, Matthew Kent, menegaskan bahwa produk akhir dari vaksin tersebut tidak mengandung produk turunan manusia atau hewan, termasuk babi. Ia juga menyatakan bahwa klaim tersebut sudah dikonfirmasi oleh Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan di Inggris. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kiai Asep dikenal sebagai salah satu ulama karismatik di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaUstaz Syafiq Riza Basalamah buka suara terkait penolakan kedatangan dalam pengajian di Masjid Assalam Purimas Kota Gunung Anyar Surabaya.
Baca SelengkapnyaAcara Munas Ahmadiyah rencananya diadakan pertengahan November mendatang dengan mengundang ribuan peserta seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaMajelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat (Jabar) memberhentikan KH Ate Mushodiq sebagai Ketua Umum MUI Kota Tasikmalaya.
Baca SelengkapnyaPendiri Ponpes ini ingin lembaga pendidikan islam miliknya bisa seperti Universitas Al Azhar Mesir hingga Universitas Harvard.
Baca SelengkapnyaNamun, dukungan tersebut langsung dibatalkan karena sang jagoan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Baca SelengkapnyaPengajian dihadiri oleh Ustaz Riza Syafiq Hasan Basalamah di Masjid Assalam Purimas Kota Surabaya dibubarkan paksa GP Ansor.
Baca SelengkapnyaPengurus Masjid Assalam Purimas pun membeberkan kronologi GP Ansor membubarkan jemaah di Masjid Assalam Purimas Kota Gunung Anyar.
Baca SelengkapnyaIa juga menegaskan, bahwa dengan adanya kegiatan tersebut bisa menimbulkan gesekan antara ormas dan masyarakat lokal.
Baca SelengkapnyaMenteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas akan menerbitkan aturan yang membatasi kampanye politik elektoral di lingkungan pendidikan keagamaan.
Baca SelengkapnyaSejumlah elemen masyarakat Bali menganggap pelaksanaan Muktamar PKB mengganggu keamanan di Bali.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan, para kiai memiliki pandangan politik yang berbeda-beda
Baca Selengkapnya