Unair Klaim Temukan 5 Kombinasi Obat yang Eefektif Atasi COVID-19, Ketahui Faktanya
Merdeka.com - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Mohammad Nasih menyatakan pihaknya menemukan lima kombinasi obat yang lebih efektif atasi COVID-19 dibandingkan obat lainnya.
Dikutip dari Antara (15/6), Nasih menjelaskan bahwa obat yang dimaksud bukan obat baru. Melainkan obat-obat yang sudah ada sebelumnya.
Bukan Obat Baru
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Bagaimana NASA meningkatkan efektivitas obat kanker? Sebagai contoh, berkat penelitian yang dilakukan oleh perusahaan farmasi Merck di ISS, obat antikanker Keytruda sekarang dapat diberikan kepada pasien melalui suntikan intravena.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
©2020 Merdeka.com/news.unair.ac.id
"Kami bukan mencari obat baru, tapi masyarakat, dokter sekarang kan bisa coba-coba. Bayangkan, mana ada dokter menangani COVID-19 yang tidak menggunakan obat secara coba-coba. Nah, kami memberikan rekomendasi ini yang paling efektif dibanding obat lainnya," jelas Nasih di Surabaya, Senin (15/6).
Menurut Nasih, untuk periode jangka pendek, lima kombinasi obat yang sudah beredar di pasaran itu cukup efektif mengatasi COVID-19. Terlebih penelitiannya juga memiliki perkembangan bagus.
"Tidak harus menjadi obat baru. Yang penting dari kita adalah fungsionalnya," lanjutnya.
Langkah Praktis dan Taktis
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Unair tidak melakukan uji coba ke makhluk hidup atau in vitro pada lima kombinasi obat COVID-19 yang ditemukan. Pilihan itu dilakukan karena uji coba membutuhkan waktu lama, sedangkan Indonesia perlu ada obat yang efektif dalam penanganan COVID-19.
"In vitro itu butuh waktu lama. Dari prinsipnya kan begitu. Kalau menunggu delapan bulan untuk uji klinis dan lain-lain, COVID-19 keburu pergi, sehingga harus ada langkah praktis dan taktis yang dilakukan," kata Prof Nasih.
Kendati tidak dilakukan uji coba ke mahkluk hidup, Nasih menjelaskan bahwasanya dalam meneliti keefektifan kombinasi lima obat COVID-19 tersebut, pihaknya melakukan langkah yang sangat hati-hati dan cermat.
Tahapan Penelitian
Instagram/@inul.d ©2020 Merdeka.com
Pengujian yang dilakukan Unair yakni dengan menumbuhkan berbagai jenis sel yang menjadi sel target jenis virus. Seperti sel paru, sel ginjal, sel trakea, sel liver sebagai tempat untuk menumbuhkan sel virus SARS-CoV-2 yang merupakan sel COVID-19 asli Indonesia, yang didapatkan dari Institute of Tropical Disease (ITD) Unair.
"Kalau kita pakai tahapan yang itu (in vitro) ya tahun depan baru selesai," tutur Nasih. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaAchmad Syafiuddin juga memiliki hobi yang terus ia pupuk. Sejak belia, ia merupakan seorang Bonek.
Baca SelengkapnyaKedua pihak akan melakukan penelitian, kolaborasi, dan pendidikan tentang pengurangan bahaya merokok di kawasan Asia Pasifik.
Baca SelengkapnyaSebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, UGM tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah di bidang penanganan penyakit kanker
Baca SelengkapnyaKampus ini merupakan Perguruan Tinggi Negeri ketiga di Indonesia setelah UI dan UGM
Baca SelengkapnyaIa dinilai memecat Dekan FK Unair Prof Bus secara sepihak
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaProfesor Adi Utarini manfaatkan bakteri Wolbachia untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk demam berdarah.
Baca SelengkapnyaTemuan ini, merupakan hasil investigasi yang dilakukan oleh Kemenkes.
Baca SelengkapnyaMereka dipilih berdasarkan analisis dampak sitasi di berbagai bidang keilmuan menggunakan data dari database Scopus.
Baca Selengkapnya