Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berkejaran dengan umur

Berkejaran dengan umur Ilustrasi Prostitusi. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Ipeh (46) dan Mijah (30), bukan nama sebenarnya, adalah dua perempuan yang biduk rumah tangganya kandas. Soal musababnya, mereka tak mau berbagi. Keduanya juga hidup pas-pasan. Keterampilan terbatas memaksa mereka menapaki jalan berliku, demi menyuguhkan sepiring nasi hangat buat anak-anaknya makan saban hari.

Ipeh mantap membina rumah tangga saat berumur 19 tahun. Kira-kira itu pada 1989. Suaminya melakoni pekerjaan sebagai tukang karaoke keliling. Lantas, 23 tahun kemudian, mahligai yang dibangunnya luluh lantak.

Puncaknya empat tahun lalu. Ipeh dan suami memutuskan pisah ranjang. Namun, karena pernikahan itu sudah tak bisa dipertahankan, akhirnya mereka memilih bercerai.

Orang lain juga bertanya?

Sebelum hal itu terjadi, Ipeh mesti mencari penghasilan. Dia kemudian melamar dan diterima bekerja di pabrik garmen di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Sedang giat mencari nafkah, pabrik itu justru gulung tikar. Alhasil, Ipeh hanya mengandalkan pemberian dari suami. Sayang, ternyata suaminya sudah enggan menanggungnya.

Ipeh mulai khawatir dengan nasib anak-anaknya. Di tengah situasi kalut seperti itu, dia berkenalan dengan seorang kuli panggul. Lelaki itu biasa berkutat di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Setelah keduanya kian dekat, Ipeh diajak kencan di sebuah hotel, masih di kawasan Tanah Abang oleh sang kuli. Dia menuruti saja keinginan itu. Puas menyalurkan berahi, obrolan berlanjut. Kali ini, si kuli lantas merayu Ipeh menjajaki dunia baru: menjadi pelacur. Biar ada iming-iming duit, Ipeh mulanya sempat takut.

"Awalnya dia bilang gini, 'kalau kamu mau cari uang, bisa kok.' Terus saya bilang, 'maksudnya?' Terus dia bilang gini, 'ya itu kan cewek-cewek yang suka main di hotel.' Tapi aku masih ragu. Tapi kan aku takut," kata Ipeh kepada merdeka.com, Kamis (15/12) pekan lalu.

Bagaimanapun juga, pikir Ipeh, sebenarnya dia masih bisa mencari uang dari pekerjaan lain. Namun, dia saat itu terdesak. Alhasil, logika Ipeh 'membenarkan' memuaskan hasrat lelaki asal dibayar. Perempuan itu mengingat lagi klien pertama dia layani secara profesional. Pria itu berusia 59 tahun. Dia mematok tarif Rp 150 ribu buat kencan selama satu jam.

Tak terasa sudah empat tahun Ipeh menggeluti bisnis lucah. Pengalamannya juga sudah bertumpuk menghadapi bermacam pelanggan. Namun, tak satu pun yang dia nikmati.

"Huu, selalu sakit hati yang ada. Banyak permintaan. Mau gaya ginilah, gitulah, tapi bayarannya sedikit. Udah gitu mainnya kasar," keluh Ipeh.

Biar bekerja seperti ini, Ipeh ternyata punya kode etik. Dia tak mau nantinya malah membikin masalah, seperti hamil di luar nikah. Apalagi kalau gara-gara dia rumah tangga orang lain runyam.

"Saya bekerja hanya sebatas uang, bukan hasrat. Jangan sampai yang saya layanin suka sama saya. Walaupun dia punya istri, jangan sampai 'main' sama ketahuan. Pokoknya sekedar kita kerja, ibarat kerja," ucap Ipeh sambil menundukkan kepala.

Mijah juga begitu. Usai bercerai delapan tahun lalu, dia memilih mencari uang dari cara seperti ini. Mantan suaminya seorang buruh proyek. Saat putus asa, seorang teman perempuannya mengaku berdagang kopi di Tanah Abang mengirim pesan pendek memintanya datang.

"Isi smsnya gini, 'Jah kamu dimana? Saya di Tanah Abang, yuk ikut kesini.' Ya awalnya gitu. Tadinya kita enggak tahu, ya lama-lama tahu," kata Mijah yang sudah beranak tiga.

Setelah dibujuk terjun menjadi lonte, dia pun menerima ajakan temannya. Pelanggan pertamanya berusia lebih tua darinya.

"Habis itu ketagihan. Pertama kali Rp 100 ribu. Demi tuhan. Satu kali main satu jam. Laki-laki main paling kuatnya berapa sih," kata Mijah.

Mijah mencoba bernostalgia di saat belum berkenalan dengan dunia malam. Sebelum berpisah, dia ibu rumah tangga dan selalu menunggu suaminya pulang membawa uang. Walaupun tidak banyak, selalu disyukuri. Namun sekarang, Mijah harus mencari makan sendiri buat anak dan orang tua di kampung halaman.

Semua ada masanya. Dulu, kata Ipeh dan Mijah, mereka bisa melayani empat sampai enam lelaki dalam sehari. Namun, beberapa tahun belakangan hanya dua sampai tiga orang. Duit mereka dapat cuma cukup bakal makan saban hari dan jajan anak.

"Sekarang mah sepi, dicukupin saja. Mau berhenti juga enggak ada kerjaan lain. Saya sudah tua," ucap Mijah lirih.

Keduanya juga berniat berhenti menjadi pramuria, tapi dalam beberapa tahun lagi. Mereka paham umur tidak berbohong. Lelah juga menghadapi caci maki para pengguna.

"Sudah capek. Nanti mau ikutin dagang saja di rumah," ucap Mijah.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cerita Pilu, Susah Dapat Kerja Hanya Karena Gen Z
Cerita Pilu, Susah Dapat Kerja Hanya Karena Gen Z

Calon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.

Baca Selengkapnya
Waspada, Investasi Bodong dan Pinjol Ilegal Ancam Millennial dan Gen Z
Waspada, Investasi Bodong dan Pinjol Ilegal Ancam Millennial dan Gen Z

Generasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.

Baca Selengkapnya
8 Hal yang Tanpa Disadari Hanya Muncul pada Seseorang dengan IQ Jongkok, Banyak Muncul di Negara 'IQ Rata-rata 78'
8 Hal yang Tanpa Disadari Hanya Muncul pada Seseorang dengan IQ Jongkok, Banyak Muncul di Negara 'IQ Rata-rata 78'

Sejumlah perilaku bisa tampak pada seseorang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.

Baca Selengkapnya
Lelah dan Stres Kerja, Para Anak Muda Pilih Tinggal di Panti 'Jompo' Cari Ketenangan
Lelah dan Stres Kerja, Para Anak Muda Pilih Tinggal di Panti 'Jompo' Cari Ketenangan

Fenomena kaum muda pilih tinggal di panti jompo semakin marak di Tiongkok. Diduga akibat kelelahan bekerja.

Baca Selengkapnya
Survei: Banyak Gen Z Tidak Siap Ritme Kerja Formal
Survei: Banyak Gen Z Tidak Siap Ritme Kerja Formal

Sejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.

Baca Selengkapnya
Seperti di Indonesia, Angka Pengangguran di Korea Terus Meningkat
Seperti di Indonesia, Angka Pengangguran di Korea Terus Meningkat

Beban kerja makin tinggi sementara gaji tidak sesuai menjadi salah satu pemicu warga Korea sulit mendapatkan pekerjaan layak.

Baca Selengkapnya
Penelitian Mengungkap bahwa Faktor Ekonomi Ini Bisa Jadi Penyebab Penuaan pada Otak
Penelitian Mengungkap bahwa Faktor Ekonomi Ini Bisa Jadi Penyebab Penuaan pada Otak

Kemiskinan yang dialami seseorang bisa menyebabkan berbagai dampak pada kehidupannya termasuk pada penuaan dalam otak.

Baca Selengkapnya
Mengapa Anak Muda Sekarang Sering Dikatakan sebagai Generasi Sandwich?
Mengapa Anak Muda Sekarang Sering Dikatakan sebagai Generasi Sandwich?

Apa penyebab fenomena yang satu ini ya? Cari tahu bersama, yuk!

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Penyebab Banyak Anak Muda Terjebak Utang Pinjol
Ternyata, Ini Penyebab Banyak Anak Muda Terjebak Utang Pinjol

Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.

Baca Selengkapnya
Hasil Survei: Generasi Milenial Cenderung Bergaji Rendah dan Masih Tinggal dengan Orang Tua
Hasil Survei: Generasi Milenial Cenderung Bergaji Rendah dan Masih Tinggal dengan Orang Tua

Tidak semua generasi milenial berada dalam keadaan yang lebih buruk dibandingkan generasi boomer.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Orang Miskin Tetap Miskin, Pelajari Cara Memutus Rantai Kemiskinan
Ternyata Ini Penyebab Orang Miskin Tetap Miskin, Pelajari Cara Memutus Rantai Kemiskinan

Bukan artinya orang miskin akan terus-terusan terjebak dan tidak bisa mengubah garis hidupnya.

Baca Selengkapnya