Berkejaran dengan umur
Merdeka.com - Ipeh (46) dan Mijah (30), bukan nama sebenarnya, adalah dua perempuan yang biduk rumah tangganya kandas. Soal musababnya, mereka tak mau berbagi. Keduanya juga hidup pas-pasan. Keterampilan terbatas memaksa mereka menapaki jalan berliku, demi menyuguhkan sepiring nasi hangat buat anak-anaknya makan saban hari.
Ipeh mantap membina rumah tangga saat berumur 19 tahun. Kira-kira itu pada 1989. Suaminya melakoni pekerjaan sebagai tukang karaoke keliling. Lantas, 23 tahun kemudian, mahligai yang dibangunnya luluh lantak.
Puncaknya empat tahun lalu. Ipeh dan suami memutuskan pisah ranjang. Namun, karena pernikahan itu sudah tak bisa dipertahankan, akhirnya mereka memilih bercerai.
-
Apa yang rusak di otak akibat kemiskinan? Para peneliti telah mengungkapkan hubungan antara tingkat pendapatan rumah tangga yang rendah dan percepatan kerusakan pada white matter di otak manusia.
-
Siapa yang terkena dampak kemiskinan pada otak? Dalam studi yang sudah dipublikasikan di JNeurosci, dilibatkan 751 individu berusia antara 50 dan 91 tahun, ditemukan bahwa mereka yang tinggal dalam kemiskinan menunjukkan lebih banyak tanda-tanda penuaan pada white matter otak mereka dalam pemindaian MRI, serta mendapat skor lebih rendah dalam tes kognitif dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah tangga yang lebih makmur.
-
Kenapa kemiskinan berdampak pada otak? Hidup dalam kemiskinan atau terpapar secara kronis pada kerugian sosioekonomi telah lama dikaitkan dengan kesehatan yang buruk dan penurunan kognitif yang lebih cepat.
-
Bagaimana cara pelacur mendapat penghasilan? …Jika wanita mengiringkan seorang gadis dan mengantarkannya ke rumah seorang pemuda, atau jika ada wanita memberi tempat untuk pertemuan yang tidak senonoh antara seorang pemuda dan seorang gadis, karena mendapat upah dari pemuda dan gadis itu, kedua wanita baik yang mengantarkan gadis maupun yang menyediakan tempat itu dikenakan denda 4000 oleh raja yang berkuasa sebagai penghapus kesalahannya…
-
Apa saja yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda? Puteri menyebut terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda, seperti kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga. Hingga, persoalan kurang sinkronnya antara pendidikan dan permintaan industri atau skill mismatch yang membuat waktu tunggu dalam mencari kerja menjadi lebih lama.'Dimana, akhirnya, mereka beralih ke sektor informal. Ini juga terkonfirmasi dari data BPS yang menyebut pekerja informal dari kalangan Gen Z mencapai 10,89 juta orang,' katanya.
-
Apa yang didapatkan gelandangan itu? Lebih lanjut, pejalan kaki tersebut menerangkan jika hal itu merupakan rezeki dari Sang Pencipta. 'Karena kejujuranmu, kamu minta 1 dollar, tapi Allah akan beri kamu lebih banyak. Karena Dia penciptamu, tahu yang kamu butuhkan,' katanya.
Sebelum hal itu terjadi, Ipeh mesti mencari penghasilan. Dia kemudian melamar dan diterima bekerja di pabrik garmen di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Sedang giat mencari nafkah, pabrik itu justru gulung tikar. Alhasil, Ipeh hanya mengandalkan pemberian dari suami. Sayang, ternyata suaminya sudah enggan menanggungnya.
Ipeh mulai khawatir dengan nasib anak-anaknya. Di tengah situasi kalut seperti itu, dia berkenalan dengan seorang kuli panggul. Lelaki itu biasa berkutat di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Setelah keduanya kian dekat, Ipeh diajak kencan di sebuah hotel, masih di kawasan Tanah Abang oleh sang kuli. Dia menuruti saja keinginan itu. Puas menyalurkan berahi, obrolan berlanjut. Kali ini, si kuli lantas merayu Ipeh menjajaki dunia baru: menjadi pelacur. Biar ada iming-iming duit, Ipeh mulanya sempat takut.
"Awalnya dia bilang gini, 'kalau kamu mau cari uang, bisa kok.' Terus saya bilang, 'maksudnya?' Terus dia bilang gini, 'ya itu kan cewek-cewek yang suka main di hotel.' Tapi aku masih ragu. Tapi kan aku takut," kata Ipeh kepada merdeka.com, Kamis (15/12) pekan lalu.
Bagaimanapun juga, pikir Ipeh, sebenarnya dia masih bisa mencari uang dari pekerjaan lain. Namun, dia saat itu terdesak. Alhasil, logika Ipeh 'membenarkan' memuaskan hasrat lelaki asal dibayar. Perempuan itu mengingat lagi klien pertama dia layani secara profesional. Pria itu berusia 59 tahun. Dia mematok tarif Rp 150 ribu buat kencan selama satu jam.
Tak terasa sudah empat tahun Ipeh menggeluti bisnis lucah. Pengalamannya juga sudah bertumpuk menghadapi bermacam pelanggan. Namun, tak satu pun yang dia nikmati.
"Huu, selalu sakit hati yang ada. Banyak permintaan. Mau gaya ginilah, gitulah, tapi bayarannya sedikit. Udah gitu mainnya kasar," keluh Ipeh.
Biar bekerja seperti ini, Ipeh ternyata punya kode etik. Dia tak mau nantinya malah membikin masalah, seperti hamil di luar nikah. Apalagi kalau gara-gara dia rumah tangga orang lain runyam.
"Saya bekerja hanya sebatas uang, bukan hasrat. Jangan sampai yang saya layanin suka sama saya. Walaupun dia punya istri, jangan sampai 'main' sama ketahuan. Pokoknya sekedar kita kerja, ibarat kerja," ucap Ipeh sambil menundukkan kepala.
Mijah juga begitu. Usai bercerai delapan tahun lalu, dia memilih mencari uang dari cara seperti ini. Mantan suaminya seorang buruh proyek. Saat putus asa, seorang teman perempuannya mengaku berdagang kopi di Tanah Abang mengirim pesan pendek memintanya datang.
"Isi smsnya gini, 'Jah kamu dimana? Saya di Tanah Abang, yuk ikut kesini.' Ya awalnya gitu. Tadinya kita enggak tahu, ya lama-lama tahu," kata Mijah yang sudah beranak tiga.
Setelah dibujuk terjun menjadi lonte, dia pun menerima ajakan temannya. Pelanggan pertamanya berusia lebih tua darinya.
"Habis itu ketagihan. Pertama kali Rp 100 ribu. Demi tuhan. Satu kali main satu jam. Laki-laki main paling kuatnya berapa sih," kata Mijah.
Mijah mencoba bernostalgia di saat belum berkenalan dengan dunia malam. Sebelum berpisah, dia ibu rumah tangga dan selalu menunggu suaminya pulang membawa uang. Walaupun tidak banyak, selalu disyukuri. Namun sekarang, Mijah harus mencari makan sendiri buat anak dan orang tua di kampung halaman.
Semua ada masanya. Dulu, kata Ipeh dan Mijah, mereka bisa melayani empat sampai enam lelaki dalam sehari. Namun, beberapa tahun belakangan hanya dua sampai tiga orang. Duit mereka dapat cuma cukup bakal makan saban hari dan jajan anak.
"Sekarang mah sepi, dicukupin saja. Mau berhenti juga enggak ada kerjaan lain. Saya sudah tua," ucap Mijah lirih.
Keduanya juga berniat berhenti menjadi pramuria, tapi dalam beberapa tahun lagi. Mereka paham umur tidak berbohong. Lelah juga menghadapi caci maki para pengguna.
"Sudah capek. Nanti mau ikutin dagang saja di rumah," ucap Mijah.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaSejumlah perilaku bisa tampak pada seseorang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.
Baca SelengkapnyaFenomena kaum muda pilih tinggal di panti jompo semakin marak di Tiongkok. Diduga akibat kelelahan bekerja.
Baca SelengkapnyaSejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.
Baca SelengkapnyaBeban kerja makin tinggi sementara gaji tidak sesuai menjadi salah satu pemicu warga Korea sulit mendapatkan pekerjaan layak.
Baca SelengkapnyaKemiskinan yang dialami seseorang bisa menyebabkan berbagai dampak pada kehidupannya termasuk pada penuaan dalam otak.
Baca SelengkapnyaApa penyebab fenomena yang satu ini ya? Cari tahu bersama, yuk!
Baca SelengkapnyaAda beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Baca SelengkapnyaTidak semua generasi milenial berada dalam keadaan yang lebih buruk dibandingkan generasi boomer.
Baca SelengkapnyaBukan artinya orang miskin akan terus-terusan terjebak dan tidak bisa mengubah garis hidupnya.
Baca Selengkapnya