BMKG: Gempa Besar Merupakan Siklus, Pasti Terulang
Merdeka.com - Masyarakat digemparkan dengan informasi potensi gempa bumi bermagnitudo 8,7 dan tsunami setinggi 29 meter di sepanjang pesisir selatan Jawa Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, proses penelitian hingga mengerucut kepada kesimpulan adanya potensi gempa dahsyat tersebut berdasarkan dua tahap kajian.
"Tahap pertama adalah menentukan magnitudo tertarget di segmen megathrust selatan Jawa Timur," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada merdeka.com.
Sedangkan tahap kedua adalah menjadikan magnitudo gempa tertarget yang dihasilkan tersebut, selanjutnya dimodelkan dampaknya berupa tsunami yang mungkin terjadi dari inputan magnitudo tertarget tersebut.
-
Bagaimana gempa Bali terjadi? Hasil analisa BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi jenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat. Jenis itu diketahui setelah memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.
-
Berapa kekuatan gempa di Bali? Gempa 4,9 Magnitudo mengguncang Bali, Sabtu (7/9).
-
Mengapa gempa Bali terasa di beberapa wilayah? Dia menyebut, meski berkekuatan kecil, getaran gempa begitu dirasakan warga di sejumlah wilayah.
-
Bagaimana BMKG memprediksi banjir di Bali? 'Peringatan dini cuaca wilayah Bali yang dibagikan oleh Kantor BBMKG Wilayah III pada Kamis (4/3) pada pukul 05.00 WITA dan 08.00 WITA menginformasikan wilayah Badung dan Denpasar berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hinga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,' ujarnya.
-
Bagaimana getaran gempa di Bali dirasakan? Gempa terjadi pukul 08.51 WITA dan getarannya terasa hingga beberapa detik.
-
Kenapa gempa Batang terjadi? Bisa jadi gempa yang terjadi di Batang berkaitan erat dengan keberadaan Patahan Weleri.
Dari situ, kemudian simulasi virtual berlanjut pada dampak dengan skala yang lebih luas termasuk di dalamnya arak landasan tsunami di daratan.
Menurut Daryono, perulangan gempa besar secara konseptual ada dan pasti terjadi. Hal ini lantaran peristiwa gempa besar adalah merupakan sebuah siklus.
Berikut wawancara khusus merdeka.com dengan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono:
Terkait potensi gempa magnitudo 8,7 diikuti tsunami 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur. Bagaimana proses penelitian sehingga mengerucut kepada kesimpulan potensi gempa tersebut?
Proses penelitian hingga muncul kesimpulan potensi gempa magnitudo 8,7 diikuti tsunami 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur ini melalui dua tahap kajian, di mana tahap pertama adalah menentukan magnitudo tertarget di segmen megathrust selatan Jawa Timur, dan kedua menjadikan magnitudo gempa tertarget yang dihasilkan tersebut, selanjutnya memodelkan tsunami yang mungkin terjadi dari input-an magnitudo tertarget tersebut.
Dalam menentukan magnitudo tertarget atau magnitudo maksimum, dilakukan dengan menghitung panjang segmen subduksi megathrust dan lebar slip yang mungkin terjadi. Selanjutnya dihitung menggunakan metode Wells and Coppersmith (1994), sehingga diperoleh magnitudo maksimum yang mungkin terjadi dari sumber gempa megathrust di wilayah tersebut.
Besarnya magnitudo maksimum yang mungkin terjadi ini selanjutnya dijadikan input-an software pemodelan tsunami, yang kemudian dihasilkan skenario model tsunami meliputi waktu tiba tsunami, tinggi tsunami dan jarak landasan tsunami di daratan. Dalam hal ini untuk Jawa Timur memiliki potensi gempa dengan magnitudo 8,7 yang diikuti tsunami dengan tinggi maksimum 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek, dengan waktu tiba tercepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar.
BMKG menyatakan potensi gempa tersebut erat kaitannya dengan siklus gempa 100 tahun. jelaskan secara rinci mengenai ini?
Perulangan gempa besar atau return period secara konseptual ada dan pasti terjadi, karena peristiwa gempa besar adalah siklus. Tetapi masih sulit untuk memastikan kapan terjadinya perulangan gempa besar itu. Memang ada metoda statistik untuk menghitung periode ulang gempa, tetapi belum ada yang tepat menghasilkan informasi yang valid terkait kapan gempa besar akan terjadi pada tahun berapa, bulan apa atau bahkan tanggal berapa.
Dengan menggunakan metoda statistik, para ahli dapat melakukan perhitungan periode ulang gempa, tetapi dalam kenyataannya, hitungan yang dilakukan belum ada yang sukses dengan tepat mampu menjawab kapan terjadi perulangan gempa terjadi. Jadi masalah perulangan gempa ini masih dalam taraf kajian atau riset, dan hasil kajiannya belum dioperasionalkan. Dalam hal ini BMKG tidak pernah menyatakan adanya siklus gempa 100 tahunan di selatan Jawa Timur.
Bisa digambarkan atau diinformasikan seperti apa dahsyatnya gempa 100 tahun lalu tersebut?
Sekali lagi kami sampaikan bahwa BMKG tidak pernah menyatakan adanya siklus gempa besar 100 tahunan di selatan Jawa Timur, karena berdasarkan data sejarah gempa dalam katalog gempa tidak terdapat siklus 100 tahunan tersebut.
Kondisi lempeng yang terdapat di pesisir selatan Jawa Timur saat ini bagaimana?
Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa kondisi terkini dari lempeng tektonik di selatan Jawa Timur tampak sangat aktif. Gempa sering terjadi dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalamannya. Aktivitas kegempaan Jawa Timur selama Periode 2008–2020 menunjukkan adanya loncatan peningkatan aktivitas kegempaan lima tahun terakhir.
Pernyataan BMKG terkait siklus gempa 100 tahunan tersebut dibantah BNPB. Benang merah atau titik temu dari dua pernyataan tersebut bagaimana? biar masyarakat juga tidak bingung
Sekali lagi kami sampaikan bahwa BMKG tidak pernah menyatakan adanya siklus gempa besar 100 tahunan di selatan Jawa Timur, dan masyarakat tidak perlu bingung dengan hal tersebut. Siklus gempa 100 tahunan selatan Jawa yang ditulis oleh awak media beberapa waktu lalu merupakan hasil interpretasi dan improvisasi awak media sendiri, yang salah dalam menafsirkan penjelasan Kepala Stasiun Geofisika BMKG Malang terkait periode ulang gempa. Tetapi hal ini sudah diklarifikasi oleh awak media tersebut, karena BMKG memang tidak pernah menyatakan adanya siklus gempa 100 tahunan di selatan Jawa Timur.
Langkah antisipasi atau mitigasai apa saja yang dilakukan BMKG terkait potensi gempa dahsyat tersebut?
BMKG akan terus mendorong pemerintah daerah untuk mewujudkan upaya mitigasi struktural dengan membangun bangunan aman gempa dan tsunami. BMKG melalui program Sekolah Lapang Gempa akan terus melakukan upaya pendampingan dalam edukasi mitigasi, respons warning, membantu membuat SOP, dan penguatan pemahaman evakuasi mandiri. Dalam merealisasikan antisipasi dan mitigasi bencana, BMKG juga telah memasang peralatan diseminasi WRS NewGen sebanyak 28 lokasi di Jawa Timur dan membangun sirine untuk perintah evakuasi. BMKG juga akan terus meningkatkan performa dalam memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami secara lebih cepat dan akurat.
Apakah ada penambahan alat deteksi gempa di titik titik pantai pesisir selatan Jawa Timur?
Provinsi Jawa Timur saat ini sudah terpasang lebih dari 30 sensor seismograf dan sudah cukup ideal dalam mendukung operasional monitoring gempa, yang mampu memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami dengan cepat. Meski demikian BMKG dalam tahun 2022 nanti masih akan memasang sebanyak empat sensor seismograf di Lumajang, Sumenep, Ponorogo dan Malang, agar performa BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami semakin memuaskan.
Apa yang harus dilakukan pemerintah daerah dan masyarakat saat ini dalam menyikapi potensi gempa dahsyat tersebut?
Masyarakat harus memahami cara selamat saat terjadi gempa, selain itu perlu mewujudkan bangunan tahan gempa atau ramah gempa. Karena gempa dahsyat dapat memicu terjadinya tsunami, maka pemerintah daerah dengan dukungan pemerintah pusat, pihak swasta bersama masyarakat harus menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai.
BPBD memastikan sistem peringatan dini di daerah rawan beroperasi atau terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam setiap hari untuk meneruskan Peringatan Dini dari BMKG. Pemerintah Daerah dengan Pusat melakukan penataan tata ruang pantai rawan tsunami berbasis risiko tsunami. Agar masyarakat aman dari tsunami, perlu menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai zona sempadan untuk pertahanan terhadap tsunami dan abrasi. Pemerintah Daerah dengan pihak terkait perlu membangun kapasitas masyarakat atau edukasi masyarakat untuk melakukan respons penyelamatan diri secara tepat saat terjadi gempa dan tsunami.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaPotensi Megathrust memang nyata adanya tetapi belum ada pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksikan kapan.
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaKetiga wilayah tersebut memiliki jarak paling dekat dengan pertemuan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa berkekuatan tinggi.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaGempa susulan terjadi pascagempa yang mengguncang sejumlah kawasan di Jawa Timur, Jumat (22/3).
Baca SelengkapnyaGempa terakhir yang teramati BMKG terjadi pada pukul 18.12 WIB tadi bermagnitudo 2,4 yang berpusat di darat dengan kedalaman 7 meter arah Barat Daya Cianjur.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat dua kali gempa susulan yang dipicu aktivitas deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust)
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaTerdapat 15 segmen megathrus di Indonesia. Masing-masing segmen punya sejarah kegempaannya masing-masing
Baca Selengkapnya