Bukalapak.com ingin meng-online-kan 55 juta UKM Indonesia
Merdeka.com - Pada pekan kedua Desember ini, tepatnya tanggal 12/12, para pelaku e-commerce di Indonesia melakukan gerakan massal lewat Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas. Menurut lembaga riset Nielsen Indonesia, Harbolnas yang digelar sejak 10 Desember hingga 12 Desember lalu mencatat nilai transaksi hingga Rp 2,1 triliun, naik 1,8 kali lipat dari hari biasa. Salah satu pemain e-commerce yang mendapat animo besar dalam Harbolnas tersebut adalah Bukalapak.com.
Untuk mengetahui pencapaian Bukalapak.com di Harbolnas dan sepanjang tahun ini, serta fokus kerja di 2016, M Syakur Usman dan M Lutfhi Rahman dari Kapanlagi Network (KLN) mewawancarai Achmad Zaky, Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak.com di kantornya yang lucu di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Berikut petikannya:
Bagaimana hasil Harbolnas kemarin bagi Bukalapak.com?
-
Siapa yang paling untung dari e-commerce? Sejalan dengan data tersebut, Shopee menempati peringkat pertama sebagai e-commerce yang memberikan keuntungan bagi penjual dengan persentase 71%. Diikuti dengan Tokopedia (12%), TikTok Shop (11%), Lazada (3%), dan lainnya (2%).
-
Apa yang paling banyak digemari UMKM dalam e-commerce? Aspek-aspek tersebut tidak hanya memperkuat daya tarik, tetapi juga memberikan nilai lebih lewat pengalaman berjualan yang lebih efisien dan efektif. Hal ini pun memperkuat performa brand lokal dan UMKM, yang dapat dilihat pada indikator Dengan besarnya jangkauan konsumen yang dimiliki oleh suatu platform, hal ini memiliki pengaruh signifikan dalam kontribusi profit penjualan.
-
Bagaimana UMKM bisa berkembang lewat e-commerce? Dirinya kembali menambahkan, bahwa UMKM lokal akan bisa lebih berkembang melalui e-commerce.'Kamu semua bisa jualan bahkan sampai ke luar negeri, semuanya ada lengkap kan? Kaya mas Ardi ini sampai diajarin buka toko dan pakai fitur-fitur di Kampus Shopee, jadi omset bisa tambah banyak,' tambah Zulkifli Hasan.
-
Dimana penjual mencatatkan peningkatan penjualan yang signifikan? Hal ini berdampak langsung pada lonjakan pesanan, dimana banyak penjual mencatatkan peningkatan penjualan yang signifikan berkat visibilitas yang lebih tinggi akan produk brand lokal dan UMKM di sepanjang kampanye.
-
Bagaimana Shopee unggul dalam e-commerce? 'Melalui data ini, terlihat bahwa Shopee menjadi e-commerce yang dipilih oleh pelaku usaha untuk berjualan khususnya dengan keunggulan seperti penawaran berbagai layanan dan program yang dapat memenuhi kebutuhan mereka,' tambah Helena.
-
Apa yang jadi kebanggaan online shop ini? Kamu tahu apa yang menjadi kebanggaan kami? Yaitu kepuasan Anda!
Kami tidak tahu data asli, tapi orang-orang ngomongin Bukalapak.com. Dari survei-survei media, siapa pemenang Harbolnas, Bukalapak katanya. Mungkin karena kami lebih serius juga, sampai bikin iklan TV khusus Harbolnas. Ini indikasi bagus buat brand Bukalapak untuk maju terus di pasar.
Bagaimana dari sisi trafik?
Dari sisi trafik, tentu ada kenaikan yang besar, bahkan signifikan. Tapi saya tidak bisa share. Kenaikan trafik yang tidak pernah terjadi di Bukalapak sebelumnya. Intinya naik berlipat-lipat. Kami senang dan terkejut, ternyata angka itu bisa dicapai dalam 2-3 hari. (pada hari biasa Bukalapak dikunjungi 2 juta orang per hari).
Di Play Store, kami aplikasi nomor satu di kategori shopping. Secara overall, kami di peringkat ke-14. Itu bagus banget untuk aplikasi e-commerce. Pencapaian tertinggi untuk aplikasi e-commerce di Play Store. Sedangkan di App Store, kami nomor dua secara nasional, di atasnya Line dan BBM. Ini indikasi kami bisa bersaing.
Selama ini di startup community, jujur, kami semua pemain e-commerce, masih menilai diri kami sebagai pemain Seri B, ibarat kompetisi sepak bola. Sedangkan pemain Seri A adalah Facebook dan Google. Mereka seperti dewa. Masyarakat kita juga menggunakan aplikasi media sosial asing, seperti Twitter, Path, dan Instagram. Dulu ada yang lokal seperti Mindtalk dan Koprol, tapi tidak ada yang pakai. Mudah-mudahan ini indikasi bagus buat komunitas kami, karena capaian-capaian itu belum pernah diraih oleh aplikasi lokal sebelumnya.
Kira-kira mengapa bisa melonjak trafik Bukalapak?
Analisis sederhana, kreativitas dan diferensiasi. Spirit atau DNA Bukalapak dari dulu adalah kami mencoba berbeda. Kami tidak punya modal, tidak sebesar pemain lain yang dapat funding Rp 1 triliun. Kami terdiri dari orang-orang biasa saja dan tidak menggunakan selebritis. Kami ingin membongkar semua itu.
Jadi keterbatasan kami adalah kelebihan kami, dan itu jadi kepercayaan. Kami paling muda di industri e-commerce (Bukalapak.com berdiri 2010), dibangun oleh lulusan perguruan tinggi lokal. Ini yang kami eksplorasi.
Dari sisi nilai transaksi seberapa besar kenaikannya?
Saya tidak bisa bilang angkanya. Yang jelas, nilai transaksinya puluhan kali lipat daripada hari biasa. Jadi kebayang besarnya seperti apa. Kami juga siap laporkan transaksi kami di Harbolnas ke asosiasi, jika semua pemain melaporkan. Masalahnya di Indonesia banyak pemain e-commerce.
Pencapaian apa saja yang diraih sepanjang 2015?
Pencapaian tahun ini luar biasa dibandingkan empat tahun sebelumnya. Ini tahun yang spesial; kami mencatat pertumbuhan tertinggi. Namun demikian, misi kami belum selesai. Kami selalu ingin lebih besar lagi di 2016 dari sekarang. Kami ingin lebih besar lagi dari impian kami. Jadi tidak ada selesainya.
Sejak tahun ini kelihatan Bukalapak lebih agresif, terutama sejak Emtek Group masuk?
Ya benar, maka itu tahun ini bagi kami tahun spesial. Selama ini, jiwanya kami perjuangan. Benar-benar dari bawah. Ketika diberi kepercayaan, saya yakin bisa maksimal. Benar tahun ini, kami pecah banget, hasilnya luar biasa. Apalagi kalau dipercaya dapat investasi Rp 1 triliun, kami pasti obrak-abrik pasar.
Namun, masalahnya bukan uang, tapi bagaimana memaksimalkannya. Yang penting, kalau kami ambil uang di depan, ownership berkurang. Kami concern soal ownership. Bukalapak 80% ownership masih lokal, real ownership dibandingkan yang lain. Kami tidak ingin buru-buru menggejar duit besar di awal.
Saat ini investor Bukalapak adalah Gree Venture, 500 Startup, dan Emtek Group. Ada investor baru di 2016?
Tahun depan, dana kami masih lumayan, jadi cukup maksimalkan bujet yang ada.
Kapan visi Anda membawa Bukalapak menjadi platform e-commerce No 1 di Indonesia dicapai?
Sebenarnya berdasarkan Alexa.com, meski bukan patokan, kami sudah nomor satu di Indonesia. Namun mimpi nomor 1 sebenarnya beyond dari sekadar e-commerce. Kami ingin orang Indonesia gunakan aplikasi lokal. Kenapa orang Indonesia lebih suka pakai Facebook atau Google. Saya tidak salahkan Facebook atau Google. Tapi di mana orang Indonesia, ketika banyak memakai produk asing. Ibarat kompetisi sepak bola, mereka main di Serie A, sedangkan kami main di Serie B, jadi tidak setara. Kami ingin buang mitos itu, bahwa produk Indonesia bisa bersaing, meski ini butuh waktu lama.
Sebenarnya dari sisi Alexa, kami memiliki peringkat 12 di Indonesia. Tapi selisihnya jauh banget dengan peringkat 1 dan 2. Bayangkan, Bukalapak dikunjungi 2 juta orang per hari, sedangkan Facebook bisa 50 juta orang per hari. Masih jauh. Jadi perlu sama-sama untuk mem-break supaya orang Indonesia sering memakai produk Indonesia sehingga manfaat ekonomi lebih besar buat masyarakat Indonesia.
Bagaimana strateginya Anda untuk mencapai itu?
Strateginya, fokus kepada customer. Kami harus inovasi dan kreatif, supaya customer puas dan memakai lagi Bukalapak. Tidak ada strategi lain. Intinya membuat pelanggan puas, karena ini bisa mendatangkan banyak ide untuk platform dan kualitas seller sehingga pelayanannya prima. Banyak sisi yang bisa dikembangkan, ujungnya pelanggan harus dapat kepuasan paling tinggi di Bukalapak, mulai dari harga, pelayanan, kecepatan sistem, jaminan purnajual seperti jaminan uang kembali jika barang tidak dikirim, dan lain-lain.
Bisa disampaikan fokus di 2016?
Fokus Bukalapak, masih sama, bagaimana memajukan UKM. Cuma memindahkan UKM ke online tidak mudah. Kami sudah berhasil memindahkan 500 ribu UKM selama lima tahun. Data pemerintah, ada 55 juta UKM. Jadi betapa luas sekali area yang belum kami jelajahi.
Iklan TV kemarin merupakan strategi baru kami untuk menjangkau masyarakat yang lebih besar dari Sabang sampai Merauke.
Saat ini jumlah barang yang dijual di Bukalapak, hampir 10 juta unit. Bandingkan dengan Alibaba, miliaran. Skalanya masih jauh. Kami ingin barangnya 50 juta atau 100 juta. Sehingga orang mencari barang apa saja ada di Bukalapak. Itu misi selanjutnya, memindahkan pedagang ke Bukalapak, lewat berbagai media, baik media sosial maupun offline.
Apa sih hambatan latennya?
Di Indonesia, e-commerce datang setelah media sosial. Di luar negeri, e-commerce datang sebelum media sosial. Di China, 2004 sudah ada e-commerce besar seperti Alibaba. Ketika media sosial wave datang, kemudian mereka kenal e-commerce, media sosial malah dipakai buat jualan. Itu fenomena yang beda antara Indonesia dan luar negeri.
Jadi tantangannya, bagaimana menerima kenyataan bahwa media sosial bagian penting bagi e-commerce. Bagaimana meng-eksplor kelebihan-kelebihan media media bagi platform e-commerce. Pada sisi lain, media sosial ini juga menghambat marketplace Bukalapak karena seperti pesaing.
Peran apa yang mesti dilakukan pemerintah yang sedang menyiapkan roadmap e-commerce?
Pemerintah bisa bantu di infrastruktur. Kecepatan internet ke desa-desa sangat penting untuk menunjang e-commerce. Kalau penetrasi kecil, seperti sekarang, baru 30%, users juga kecil. Market-nya juga kecil buat pedagang online.
Kedua, dari aspek regulasi. Perlu deregulasi, ini sama dengan ide Presiden Jokowi, yang menyatakan jangan banyak aturan. Karena kalau banyak aturan bisa menghambat. Ini industri baru, karena banyak hal baru. Sehingga peraturan tidak bisa mengejar perubahan atau inovasi. Jadi peraturannya dipersedikit, karena perubahan zaman sangat cepat sekali.
Ketiga, talenta. Pemerintah perlu menyediakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sekarang fokus pemerintah di SDM bawah, lulusan SD-SMA. Tapi jangan dilupakan yang lulusan S1, S2, dan S3. Perlu diperbanyak juga jumlahnya, sebagai investasi masa depan. Orang Indonesia, jumlah SDM lulusan perguruan tinggi kurang banyak sehingga Industri di Indonesia tidak didorong dengan inovasi. Industri Indonesia lebih banyak didorong perang harga, sehingga nilai tambahnya secara ekonomi kurang.
Pemain seperti Bukalapak butuh orang-orang yang inovatif. Google tidak akan terjadi, jika tidak ada orang inovasi, lulusan perguruan tinggi yang bagus. Mereka menciptakan inovasi untuk kelas bawah juga.
Soal pajak, jangan dikenai pajak dulu. Karena konsep pajak ini mirip beternak ayam. Kalau ingin enak, memang ayamnya dipotong, tapi lebih enak lagi jika dikembangbiakkan dulu dan bertelor. Pemerintah juga perlu berpikir panjang, karena transaksi e-commerce masih kecil, baru 1% dari transaksi offline. Jadi tidak signifikan juga.
Apa saja yang bisa mempercepat akselerasi Bukalapak di 2016?
Kami perlu melihat lagi kalangan kelas bawah, karena pengguna internet di Indonesia saat ini kebanyakan orang kelas bawah atau mass market, seperti ibu-ibu rumah tangga, pekerja informal, asisten rumah tangga, dan lain-lain. Dulu modelnya pekerja kantoran yang memiliki komputer atau laptop. Kami perlu eksplorasi itu, karena jumlahnya juga besar sekali.
Kami banyak belajar dari satu investor kami Emtek Group. Kami dapat data, penontonnya tertinggi secara nasional. Satu program mereka bisa ditonton hingga 5 juta pemirsa, yang berada di segmen mass market. (Emtek Group memiliki stasiun televisi SCTV, Indosiar, dan O Channel)
Jadi saya melihat opportunity-nya di sana. Kalau bisa menyenangkan mereka, harusnya kami menang. Karena e-commerce, baru dinikmati 5 juta orang yang pernah belanja online, padahal faktanya ada 80 juta pengguna internet di Indonesia.
Monetisasi layanan Bukalapak sejauh ini seperti apa?
Layanan Bukalapak adalah free dan harapannya tetap free untuk UKM. Ini untuk memudahkan mereka memahami Bukalapak, karena media sosial juga free.
Tapi kami punya service tambahan bagi UKM yang ingin maju, serius, dan profesional. Kami kenai biaya khusus buat service tambahan. Inilah bisnis mode Bukalapak. UKM yang ingin profesional, kami bimbing, tapi harus bayar.
Jumlah UKM yang ingin maju banyak sekali. Katakan dari 500 ribu UKM, 10% saja kami buat program khusus ini. Ini menguntungkan sekali, karena kami bantu marketing. Ini sudah jalan.
Berapa banyak UKM yang ikut service berbayar ini?
Cukup banyak. Lumayanlah buat membayar gaji karyawan.
Goal besar Anda terhadap BL secara jangka panjang dan adakah rencana initial public offering (IPO)?
Di masa depan, BL masih sangat aktif saat ini, karena kami sangat terinspirasi dari founder. Sebelumnya saya sebagai profesional ada kesan membantu orang hanya untuk profit. Namun di Bukalapak yang unik, ya kami mencari profit, tapi yang lebih penting, kami mengangkat martabat UKM untuk bisa naik kelas. Ini misi yang tiada ujung, bahkan bisa jadi misi seorang presiden. Ini konsep yang sangat menarik. Jumlah UKM ada 55 juta, sedangkan kami baru bisa 500 ribu UKIM.
Ujungnya apa? Sebanyak mungkin UKM Indonesia bergabung di Bukalapak supaya dapat dibantu sehingga pendapatnya meningkat.
Data kami, rata-rata pendapatan/omzet Rp 5 juta per bulan. Memang ada yang Rp 100 juta, Rp 1 miliar, atau Rp 100 ribu. Uniknya, setiap tahun naik dua kali lipat, terutama tahun ini. Harapannya tahun depan bisa naik lagi sehingga kelas UKM Bukalapak meningkat.
Saat ke China, saya melihat UKM mereka profesional; memiliki kantor bagus, punya karyawan, manajemen profesional, dan service bagus seperti industri besar. Mereka jualan di Alibaba. Ini yang kami siapkan. Kalau pendapatan tinggi, UKM bisa menciptakan inovasi, lapangan pekerjaan, dan membuat inspirasi.
Soal IPO, belum dipikirkan. Yang penting besar dan profit. Tapi seru juga IPO, nanti pedagang menjadi pemegang saham, sehingga mereka lebih bersemangat jualannya. Tapi masih jauh sih.
Apa sih competitive advantage Bukalapak dari pesaing?
Competitive advantage Bukalapak, mungkin terdengar klise, yang pertama dan dari dulu adalah orangnya dan spirit kawan-kawan. Ini berbeda dari spirit perusahaan e-commerce lain, karena talenta kami muda, profilnya orang-orang yang tidak ngetop di Linkedin. Sedangkan yang lain high profile, seperti lulusan luar negeri dan bergaji besar.
Kami berbeda, DNA nya berbeda, yang bisa tumbuh dari semula dua orang. Jadi kami, anak muda, yang tidak takut ambil risiko. Apa saja dilakukan, seperti buat iklan TV Bukalapak di Harbolnas. Itu berisiko juga, karena saya khawatir di-bully di media sosial.
Kedua, dengan semangat luar biasa, kami bisa mengumpulkan seller terbesar di e-commerce lain, yakni 500 ribu. Ini kekuatan kami. Mereka merupakan seller yang kecil-kecil, ketidakadaan modal. Bukan distributor besar seperti di MatahariMall.com atau Lazada.
Mereka bergabung sebagai seller Bukalapak karena merasa senasib sepenanggungan dengan kami. Mereka egaliter seperti kami, sehingga kami berhasil mengumpulkan seller 500 ribu.
Mereka juga sering kumpul. Saat di Yogya, saya pernah diundang untuk bertemu dengan komunitas seller Bukalapak. Ini menarik karena tanpa kami endorse. Mereka luar biasa, terdiri dari orang-orang biasa, tidak punya modal besar, tapi memiliki spirit beda, mereka ingin tumbuh sama-sama. Seperti semut, spirit gotong royongnya sangat tinggi. Komunitas seller kami tidak hanya di Yogya, tapi juga di Semarang, Solo, Cirebon, Surabaya, Medan, Batam, dan seluruh Indonesia. Inilah spirit Bukalapak nih, kebersamaan dari para seller. Ini competitive advantage Bukalapak.
Kalau buka Bukalapak, jauh berbeda experience-nya. Kemudian diskon kami di semua kategori barang. Hingga batu akik. Karena barangnya banyak sekali, karena pedagangnya dari seluruh Indonesia. Kami ingin seller kami ada di seluruh Indonesia. Seperti seller kami di Makassar, bisa mengirim produknya untuk Indonesia wilayah Timur. Ini inline dengan visi pemerintah, supaya barang-barang tidak didistribusikan dari Jakarta saja.
Ketiga, teknologi. Teknologi kami lebih simpel, ini terkait dengan talenta-talenta kami, sehingga bisa mengembangkan sistem yang bagus dan mudah dipakai oleh seller dan konsumen. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan survei dari MetrixLab pada tahun 2024, sinergi Tokopedia dan ShopTokopedia juga menarik lebih banyak pengguna loyal.
Baca SelengkapnyaDalam Harbolnas tahun ini, promo yang diberikan kepada pelanggan mencapai 90 persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia kembali mempertegas target untuk mencapai digitalisasi 30 juta pelaku UMKM pada 2024.
Baca SelengkapnyaRatusan UKM fesyen yang tergabung dalam Mall UKM Cirebon memiliki toko digital dan berjualan di Lazada.
Baca SelengkapnyaKementerian Keuangan juga menargetkan belanja online melalui e-commerce yang saat ini baru menyumbang 4 persen terhadap total pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnya50% UMKM atau lebih dari setengah total responden memilih Shopee sebagai platform utama.
Baca SelengkapnyaSebagai mitra yang kuat, Shopee turut menciptakan bisnis yang berkesinambungan dan penetrasi pasar digital yang inklusif.
Baca SelengkapnyaPNM sebagai lembaga pembiayaan dan pendampingan pelaku usaha ultra mikro di Indonesia memberikan tips raih cuan selama Harbolnas:
Baca SelengkapnyaTokopedia dan ShopTokopedia terus berkomitmen untuk membantu UMKM di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMendag Budi Santoso cukup cekatan mempromosikan sekaligus berjualan produk batik milik pelaku UMKM melalui live shopping.
Baca SelengkapnyaTransaksi produk lokal mencapai Rp12,3 triliun selama gelaran Harbolnas 2023 ini.
Baca SelengkapnyaMasih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.
Baca Selengkapnya