Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bupati Garut: Stok Vaksin Terbatas, Banyak Vaksinator Menganggur

Bupati Garut: Stok Vaksin Terbatas, Banyak Vaksinator Menganggur Bupati Garut Rudy Gunawan. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Kabupaten Garut saat ini diketahui sudah masuk level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dengan level tersebut, sejumlah kegiatan yang tadinya tidak diperkenankan menjadi mulai dibolehkan.

Beberapa hal yang dilaksanakan di Kabupaten Garut selama PPKM level 2 adalah pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Hal lainnya juga, di Garut sejumlah tempat wisata sudah mulai kembali dibuka dengan aturan ketat.

Selain pelonggaran di banyak lini, Bupati Garut Rudy Gunawan juga terus gencar melakukan vaksinasi kepada masyarakat sebagai upaya untuk mencapai herd immunity. Namun persoalan yang dihadapi adalah pasokan vaksin yang masih terbatas.

Orang lain juga bertanya?

"Jadi dulu vaksin mengejar orang sekarang orang mengejar vaksin, Alhamdulillah. Cuman sekarang kesulitannya adalah dropingnya tidak menentu. Jadi kadang-kadang kami dikasih 5000-2000 tiap hari, ada tapi kan tidak stok," kata Rudy.

Ia mengaku bahwa antusias warga dalam vaksinasi cukup tinggi. Pihaknya pun melakukan berbagai upaya agar kegiatan vaksinasi tidak menjadi klister baru dalam penyebaran Covid-19.

Berikut petikan wawancara khusus merdeka.com dengan Bupati Garut Rudy Gunawan.

Seperti apa proses vaksinasi yang dilakukan oleh Pemkab Garut?

Ya tentu vaksinasi adalah program utama kami sekarang. Kami punya 67 puskesmas di mana puskesmas sendiri berkoordinasi dengan desa. Nah yang ada sebagai prototype kami mengadakan vaksinasi massal di pendopo, dan di pendopo itu sehari ada 2.500 orang. Kita melakukan suatu komitmen yang tidak berkerumun. Artinya bahwa ini sudah diuji.

Memang benar dan saya sependapat bahwa jangan sampai nanti vaksinasi ada kerumunan, mengundang klaster baru. Nah kami di Garut ini sekarang kita bagi-bagi waktu mereka kapan harus datang. Misalkan ada beberapa di desa, ada beberapa desa tuh ada berapa RW, RW ini jam 8, RW ini jam 9, RW ini jam 10.

Nah tentu kita pembagian waktu seperti ini, ini menghindari kerumunan. Di Garut ini sudah menjadi prototype, dan Alhamdulillah tidak menjadi klaster baru saat kerumunan.

Apa kendalanya dalam proses vaksinasi ini untuk masyarakat, apakah memang jatah yang kurang atau fasilitas yang disediakan belum mumpuni?

Kami ini memang ada beberapa yang kendala, terutama sebelum terjadi meningkatnya (kasus Covid-19) di bulan Juni. Sebelum bulan Juni kesana itu mereka (warga) itu memberikan suatu respon yang sangat negatif, jadi orang tidak mau divaksin.

Tapi setelah terjadi kemarin lonjakan (kasus varian) Delta Juni-Juli, banyak keluarganya yang sakit bahkan meninggal dunia, justru sekarang ini kalau dulu vaksin mengejar-ngejar yang mau divaksin tapi sekarang yang mau divaksin ngejar vaksin. Cuma vaksinnya itu adalah kurang.

Nah saya katakan ke Bapak Presiden melalui Zoom, bahwa vaksinator di Garut banyak yang nganggur karena jumlah vaksinator tidak sebanding dengan jumlah drop vaksin yang diberikan Kemenkes ke Garut.

Jadi dulu vaksin mengejar orang sekarang orang mengejar vaksin, Alhamdulillah. Cuman sekarang kesulitannya adalah droping-nya tidak menentu. Jadi kadang-kadang kami dikasih 5.000-2.000 tiap hari, ada tapi kan tidak stok. Kala stok kami, kan kami sudah punya stok satu juta, nah kami punya manajemen satu juta itu akan kita habiskan dalam 25 hari, berarti satu hari harus 40 ribu orang yang divaksin. Nah itu baru mantap.

Kita merencanakannya bagus, tapi sekarang ini ya saya kemarin vaksin ngundang 100 orang tiap orang, orang yang datang 200, vaksin hanya 100, yang seratus kecewa. Apalagi di kampung itu mau mengorbankan tidak mendapatkan uang dari nyangkul dari apa hanya untuk divaksin gitu. Dan itu mereka tidak meminta kompensasi apapun, meskipun mereka harus mengeluarkan uang.

Untuk perjalanan menuju tempat vaksin itu ada biaya transportasinya kan?

Ya sekarang ini kami dengan puskesmas mendekatkan pelayanan melalui desa, jadi desa terpencil masuk terpencil lagi pakai motor dua, atau tiga motor. Dua tim itu masuk ke daerah terpencil. Apalagi sekarang ini kan ada serbuan vaksin oleh TNI-Polri. Namanya juga menyerbu ke pusat kampung mana pun juga dilakukan. Alhamdulillah di kami, TNI-Polri dan puskesmas di lapangan solid luar biasa cuman vaksinnya yang tidak ada.

Ini mungkin juga keluhan banyak kota atau kabupaten lain?

Ya, kami ini yang divaksin dosis pertama belum 500 ribu orang, baru menuju 500 ribu dari rencana 2 juta. Jadi kami masih 25 persen yang dosis satu, yang kami ingin herd immunity di bulan Desember kami membutuhkan 3,4 juta vaksin lagi untuk dosis 1 dan 2. Jadi sebenarnya hari ini nganggur, banyak vaksinator yang nganggur.

Vaksinator bukan karena insentif mereka mau, tapi karena mereka juga karena kemanusiaan, semangat untuk menolong orang lain. Ini luar biasa para nakes yang berfungsi sebagai vaksinator.

Mumpung para nakes semangat dan menjaga bara api semangat ini kan perlu ada stok vaksin yang cukup di wilayah Garut, gitu ya?

Supaya nanti ada manajemen kitanya. Kalau kita sudah pasti ada 300 ribu, maka kita akan arahkan SDM kita di level bawah yang menggerakkan masyarakat. Mensosialisasikan bukan hal yang gampang, karena mereka juga harus disiapkan. (misalkan) siap, hari apa ini, hari Jumat siap. Kalau ada itu gampang kita menyiapkan SDM untuk memvaksin.

Karena dengan herd immunity baik daerah juga aman pak. Saya juga ketua Satgas memberi pelayanan yang maksimal. Kan sekarang itu yang dipersoalkan itu vaksin vaksin vaksin, testing testing testing. Ya kalau dengan adanya testing kemarin, dari 251 yang di-testing Alhamdulillah kita mendapatkan yang terkonfirmasi nol, luar biasa.

Di Garut sekarang, kemarin tak ada yang terkonfirmasi. Malah kita ngetes 250 lebih dengan antigen, ya tapi semuanya Alhamdulillah tidak ada (yang positif).

Bagaimana proses pengiriman vaksin dari pemerintah pusat ke daerah?

Jadi kami menerima per hari, dan itu pun bersumber dari pemerintah pusat melalui Kemenkes. Ada juga yang melalui TNI-Polri karena kami punya penyimpanan yang cukup disimpanlah. Jadi di gudang farmasi Kabupaten Garut ini ada yang punya TNI, Polri, Dinkes ada juga yang partai politik. Dan punya partai juga banyak, itu pun dikatakan untuk orang Garut juga sama.

Kita gotong royong lah menyelesaikan di lapangan. Jadi vaksinnya itu kadang ada 10.000 paling banyak, 5.000, 3.000, malah 2.000, seadanya aja dibawa. Per hari tidak distok. Kalau distok ada, rencana besok misal ada 50.000, wah kami kan bagaimana mengarahkannya 50.000 harus habis dalam dua hari.

Bagaimana upaya Pemkab bisa menurunkan PPKM ke level 2?

Ya ini memang kita sebenarnya kita itu pertama adalah kekompakan. Kekompakan di Satgas, tidak ada yang menonjol, jadi tidak ada yang menonjol tidak ada yang menonjolkan diri. Jadi kita membuat satu perencanaan satu suara. Jadi kita berharap semua bisa menjadi satu kesatuan.

(Langkahnya) yang pertama kita memakai masker ada dulu. Dalam 3M ini pakai masker dulu, yang kedua tracing-nya patuhi, harus banyak yang tracing. Kalau ada yang tracing ketahuan (positif Covid-19) kita masukan ke (tempat) isolasi (terpusat).

Dan memang kemarin anggaran cukup berat, satu bulan saja Rp2 miliar kita memberi makan yang isolasi. Jadi kalau banyak testingnya cepet banyak yang ketahuan, cepet dipisahkan dari orang yang sehat.

Yang kedua, mungkin orang Garut meskipun belum divaksin, sehat-sehat kuat-kuat imunnya juga, tidak 'epes meer'. Tubuhnya sehat tentunya ini menjadi pertimbangan lain kenapa Garut cepat karena ada kekompakan, kompak.

Apa saja persiapan membangkitkan kembali gairah ekonomi wisata di Garut?

Kami sekarang diserbu orang, balas dendam tidak ke Garut sudah lama. Apalagi kemarin lebaran tidak bisa, Idul Adha tidak bisa, ya sekaranglah kita ke Garut.

Kami membuat assessment di tempat pariwisata. Kami tetap menggunakan 50 persen dan kesiapsiagaan di tempat wisata memakan ceklis, jadi kita menggunakan sistem patuh protocol Kesehatan, ada pos pantaunya.

Nah ini juga kita berharap dengan adanya ini masyarakat yang datang ke Garut juga nyaman. Artinya ada perlindungan dari Satgas, jadi kalau dia merasa demam terus dia masuk ke puskesmas ke mana dilayani. Kita melakukan antigen dengan antigen dengan gratis. Antigen maupun PCR kita lakukan dengan gratis.

Kami siapkan antigen. Yang antigen terutama kami siapkan. Kami pemerintahan daerah menyiapkan untuk di masa-masa PPKM level 2, itu kami siapkan 20 ribu PCR, antigen yang disebar untuk menservis mereka yang datang ke Garut, dan terus melakukan testing untuk beberapa kerumunan ke klaster baru sehingga Garut ini sudah satu bulan lebih pelajaran tatap muka. Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada klaster baru. Satu bulan kami melakukan tatap muka, yang lainnya belum baru dua minggu paling lama kami sudah satu bulan, dan kami tidak ada klister, Alhamdulillah.

Kondisi wisata di Garut bagaimana? Apakah sebelum pandemi banyak wisatawan internasional atau banyak warga lokal yang datang?

Ya kalau Garut dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kebanyakan dari sektor pertanian, hampir 41 persen sektor pertanian. Sedangkan jasa dan wisata masih kecil. Kami kebanyakan wisatawan dalam negeri.

Wisatawan Nusantara ke Garut ini dalam beberapa tahun, apalagi setelah adanya Tol Cipali itu menjadi rendah. Dulu orang mau ke Jogja, ke Garut dulu. Sekarang orang dari Jakarta ke Jogja bisa langsung bablas ke Cirebon.

Nah itu kita ini juga ada beberapa wisatawan yang datang ke Garut secara khusus, tapi travel agennya agak begitu kesulitan, karena ke Garut itu adalah tujuan wisata misalnya dari Jakarta nginep dulu di Garut satu malam, one day terus mereka melanjutkan ke Tasik langsung Yogyakarta.

Jadi rute-rute yang dilakukan travel-travel itu tidak menguntungkan bagi Garut. Apalagi setelah ada Cipali langsung bablas.

Nah kita berharap sebenarnya laju pertumbuhan ekonomi kita, sektor pariwisata itu menjadi trigger juga karena okupansi hotel di Garut dengan ikon Cipanas sekarang kita sudah geserkan ke ikon misalkan ada hotel di Gunung Papandayan dan sebagainya.

Pokoknya kita melakukan Langkah-langkah bagaimana dunia pariwisata di Garut ini tumbuh dan berkembang. Tapi Alhamdulillah dengan banyak hotel-hotel yang dibangun oleh investor, misalnya ada pembangunan hotel baru, nanti selain ada Hotel Santika, kita juga sedang membangun untuk kawasan hotel bintang lima di 20 hektare lahan di kaki Gunung Guntur. Dan katanya bahwa sudah ada hotel bintang lima, udah oke.

Artinya siap-siap pariwisata Garut akan bangkit kembali?

Iya, kita kalau yang tradisional seperti Cipanas itu sudah bangkit.

Ya kalau pariwisata lokal kami terus kembangkan. Dan kami punya hampir 120 desa wisata yang berkelas. Jadi sekarang ini kami di sisi kepariwisataan, kami punya atraksi-atraksi yang melebihi daerah Banyuwangi. Tapi Banyuwangi langsung melesat karena memang promosinya bagus.

Kami tercekik dengan Bandung. Identiknya dengan Bandung Barat, ada Lembang, Tangkuban Parahu. Tapi kami punya kelebihannya laut. Nah laut di Garut tak bisa diakses dengan baik seperti Pangandaran, karena jalannya kelak kelok dan kecil akses, bus tidak bisa masuk ke selatan. Padahal kalau keindahannya tidak kalah. Akses transportasi yang sulit.

Yang kedua saya sudah menantang ada enggak investor yang mau investasi hotel, tapi bintang 4 atau 5, saya kasih gratis tanahnya dari pemda 25 hektare. Tapi belum ada yang minat. Kalau ada boleh. Kami tanah Pemda di situ (wilayah selatan) ada. Terus coba kasih 30 tahun tidak perlu sewa tidak perlu apa, pakai bangun hotel bintang lima di situ. Jadi artinya bahwa kami menyewanya dari pajak distribusi. Tapi daerah itu kan berkembang, tapi tidak ada yang mau. Tapi tanah banyak di selatan, boleh silakan.

Inovasi seperti apa yang dilakukan Pemkab Garut agar pertumbuhan wisata di Garut tidak turut menjadi penyebaran virus?

Jadi kami melakukan tindakan yang ekstrem dan tegas. Setiap ada kerumunan selesaikan, dibubarkan. Yang kedua juga membuat assessment, jadi kalau kamu mau buka, protokol kesehatannya bagaimana. Nah kamu misalkan yang lebih gede kamu harus punya tempat, kami ceklist, assessment-nya kami ceklist. Kalau sudah memenuhi ketentuan kami akan beri izin, kalau tidak kami tidak akan memberi izin.

Misalkan yang renang. Ya ini yang renangnya berapa orang dan liat dulu suhu tubuhnya berapa. Jadi kami melakukan itu supaya mereka orang yang sakit tidak menularkan ke orang yang sehat. Itu kan pariwisata, di pariwisata kan kita tidak tahu. Jadi kami memang kalau misalkan dibuka terlalu lebar ini juga membahayakan. Kecuali kita menjadi endemic tidak pandemic. Kalau misalkan ditutup itu juga pasti ada penurunan ekonomi. Jalan tengahnya boleh dibuka asal memenuhi assessment.

Apakah Pemkab Garut memanfaatkan aplikasi peduli lindungi?

Ya kan kalau aplikasi peduli lindungi itu otomatis kan yah. Jadi tidak semua, orang kampung tidak punya HP. Sekarang untuk yang mau ke mal, mau pakai apa. Manfaatnya hanya itu kan. Kantor Bupati sudah pakai peduli lindungi, karena kalau ada tamu kita ada barcode-nya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox

Sebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.

Baca Selengkapnya
Pemkab Gunungkidul Kekurangan Jumlah Dokter, Ini Jumlah yang Dibutuhkan
Pemkab Gunungkidul Kekurangan Jumlah Dokter, Ini Jumlah yang Dibutuhkan

Kekurangan dokter dirasakan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Gunungkidul. Lantas berapa jumlah dokter yang dibutuhkan di sana?

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut 1,8 Juta Anak Belum Diimunisasi
Kemenkes Sebut 1,8 Juta Anak Belum Diimunisasi

Data ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.

Baca Selengkapnya
Menkes Dorong Percepatan Produksi Vaksin Dalam Negeri untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
Menkes Dorong Percepatan Produksi Vaksin Dalam Negeri untuk Ketahanan Kesehatan Nasional

Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.

Baca Selengkapnya
Menkes: Setiap Tahun 969 Ribu Warga Indonesia terkena TBC
Menkes: Setiap Tahun 969 Ribu Warga Indonesia terkena TBC

Presiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali

Hingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Bupati Banyuwangi Tambah Kendaraan Kesehatan untuk Daerah Sulit Dijangkau
Bupati Banyuwangi Tambah Kendaraan Kesehatan untuk Daerah Sulit Dijangkau

Total terdapat 26 tambahan kendaraan operasional, terdiri atas motor dan dua ambulans.

Baca Selengkapnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya

Dari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kasus Covid-19 Meningkat Signifikan, Warga Antre Vaksin Booster saat Car Free Day Jakarta
FOTO: Kasus Covid-19 Meningkat Signifikan, Warga Antre Vaksin Booster saat Car Free Day Jakarta

Beberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kasus Chikungunya di Garut Meningkat Hampir 100 Persen
Kasus Chikungunya di Garut Meningkat Hampir 100 Persen

Chikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan demam dan nyeri sendi secara mendadak.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya