Cari celah cairkan dana KJP
Merdeka.com - Menjelang masuk sekolah tahun ajaran baru para orangtua siswa mulai memburu seragam di sejumlah toko. Banyak toko-toko yang melayani pembelian dengan menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Kios-kios yang terdapat di Pasar Kopro, Jalan Tanjung Duren Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, memajang tulisan 'Terima KJP/Debit BCA'. Sekitar pukul 11.00 WIB, kios yang ada di bangunan milik PD Pasar Jaya itu dikerumuni ibu-ibu.
Rini (47) bukan nama sebenarnya, seorang ibu rumah tangga dengan anak kembarnya Noni serta Nina ikut mengunjungi satu kios baju di pasar tersebut. Rini langsung membuka catatan, lalu mengecek seragam apa saja yang dibutuhkan.
-
Siapa yang jualan di sekolah? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
-
Bagaimana cara mengetahui kesiapan anak sekolah? Selain itu, untuk anak usia dini perlu diperhatikan hal-hal berikut yang menunjukkan ketertarikan anak pada sekolah.
-
Apa itu Jemuran Pintar? Jemuran berbasis IoT ini secara otomatis menarik jemuran ke dalam saat hujan, sehingga pakaian tetap kering.
-
Apa yang penting untuk anak sebelum sekolah? Keterampilan dasar seperti pergi ke toilet, memakai sepatu, makan bekal sendiri, dan menyiapkan perlengkapan sekolah perlu diajarkan sebelum anak mulai proses belajar di sekolah.
-
Siapa yang bisa bantu anak untuk persiapan masuk TK? Bertemu dengan Guru Ajak anak Anda untuk mengunjungi sekolah baru mereka sebelum tanggal masuk jika memungkinkan. Ini akan membantu mereka merasa lebih siap menghadapi perubahan besar ini dan mengurangi kecemasan mereka.
-
Dimana tempat beli baju lebaran? Pasar tradisional dan bazaar adalah tempat yang bagus untuk menemukan pakaian Idul Fitri yang unik, buatan tangan, atau memiliki makna budaya.
Dia melihat satu persatu seragam SMP. Dari rok biru, seragam kemeja putih. Lima menit kemudian, Rini langsung minta kepada pelayan dua pasang seragam SMP.
"Mas, saya mau dua pasang seragam SMP untuk perempuan ukuran segini," kata Rini sambil menunjukkan anak perempuannya yang kembar pada pelayan di toko baju seragam, Pasar Kopro, Jakarta Barat, Rabu (5/7).
Sambil menunggu pakaian yang diinginkan, Rini melihat secarik catatan kebutuhan selain seragam yang dibutuhkan kedua anaknya . "De, kamu mau beli apa lagi? Buku tulis nanti di sana aja ya," kata Rini sambil mencolek Nina yang sedang asyik bermain telepon genggam.
"Iya ma, beli buku sama pulpen. Aku mau tempat pensil baru," kata Nina sambil menunjuk salah satu toko. "Aku juga ya," kata Noni tak ingin ketinggalan.
Selang beberapa menit, pakaian yang dipesan ditunjukkan oleh pelayanan. "Ini Bu, dua pasang untuk SMP, boleh dicoba dulu. Nanti malah enggak pas," kata seorang pelayan di kios tersebut.
Lalu, Noni dan Nina mencoba pakaian tersebut. "Sudah pas," kata Noni dan Nina. Kemudian, baju tersebut dibuka dan dilipat kembali oleh pelayan. "Ini aja Bu?" kata pelayan tersebut.
"Iya mas itu saja. Bisa pakai KJP kan ya ?" kata Rini sambil mengeluarkan dompet.
"Bisa bu, totalnya Rp 299 ribu," kata si pelayan sambil menghitung menggunakan kalkulator.
Sebelum mengeluarkan KJP, Rini berbicara pelan kepada pelayan untuk menanyakan apakah bisa dicairkan di kios tersebut. "Bisa cairin di sini enggak?" kata Rini dengan nada pelan.
Namun, pelayan tersebut sontak langsung menolak untuk melakukan transaksi pencairan.
"Wah enggak bisa bu, nanti toko saya malah ditutup. Takut bu kalau cairin. Banyak ibu-ibu tadi juga minta kayak ibu," kata pelayanan sambil tersenyum kepada Rini dan beberapa ibu-ibu yang sedang memilih baju.
Lalu, terdapat seorang ibu paruh baya menimpal omongan si pelayan dengan nada ketus. " Ah mas-nya enggak kasihan kita-kita. Kan bukan seragam saja yang lain kalau dicairin bisa kepakai. Makan anak juga," kata seorang ibu.
Lalu, ibu tersebut menunjukan satu kios tak jauh dari kios baju tersebut." Tuh Bu, kalau mau cairin di situ saja," kata ibu itu.
"Iya Bu, makasih. Mas jangan lupa notanya ya," kata Rini dengan wajah malu sambil memberikan KJP kepada pelayan.
Lalu, pelayan langsung memencet mesin Electronic Data Capture (EDC) Bank DKI, "Rp 299 ribu ya Bu, pinnya ?" tanya si pelayan.
Kemudian, Rini langsung memencet beberapa angka di mesin EDC tersebut. Dan tak lama kemudian keluar struk sebagai bukti telah melakukan transaksi menggunakan KJP. "Makasih ya mas. Maaf sebelumnya," kata Rini.
Setelah berbelanja seragam sekolah, Rini dan kedua anaknya bergegas untuk menuju kios alat tulis yang melayani pencairan KJP. Sambil menuju kios tersebut, Rini merasa malu lantaran baru sekali ingin mencairkan uang KJP lantaran untuk membeli kebutuhan lain.
"Seharusnya bank DKI bisa cairin biar orangtua juga enggak malu kayak gini. Kita juga yang malu, kebutuhan anak masih lebih. Ada kebutuhan mereka yang harus pakai cash kan?" imbuh Rini.
Sekitar pukul 12.00 WIB, kios tersebut memang lebih ramai dibandingkan dengan kios baju seragam dan kios lainnya. Tidak hanya ibu-ibu, kalangan remaja juga mengerubuti toko tersebut.
"Kalau mau cairin beli dulu peralatan tulis," kata seorang pelayan perempuan di kios alat tulis tersebut kepada Rini yang baru sampai.
"Setiap pencairan ada administrasinya Rp 10 ribu," sambung pelayan tersebut.
"Oh gitu mba, ya sudah sebentar ya," kata Rini dengan wajah bingung lantaran baru sekali ingin melakukan pencairan.
Sambil melihat secarik catatan kebutuhan kedua anaknya. "Nak, kamu mau apa saja?" tanya Rini kepada Nina dan Noni.
Kemudian, sambil Noni dan Nina memilih peralatan alat tulis. Rini sedikit berbincang dengan ibu-ibu yang sedang melakukan pencairan di kios tersebut. Dia sedikit ragu, lantaran banyak pemberitaan yang akan memblokir KJP anaknya. "Bu, ini enggak akan diblokir kan KJP nya?" tanya Rini.
"Enggak Bu, Bismillah aja. Orang yang kita cairin buat kebutuhan anak juga," celetuk seorang ibu sambil menghitung beberapa lembar uang hasil dari pencairan dari KJP.
Sepuluh menit, Noni dan Nina memilih peralatan tulis yang dibutuhkan. Kemudian, pelayan di kios tersebut menjumlah berapa yang harus dibayar Rini. "Totalnya Rp 190 ribu, mau pakai KJP? Sekalian cairin juga?" tanya pelayan tersebut kepada Rini.
"Iya mba, kalau cairin 300 ribu bisa?" ujar Rini sambil mengeluarkan dompet dalam tasnya.
"Bisa bu, jadi kalau Rp 300 ribu ibu tariknya Rp 330 ribu terus sama belanjanya jadi Rp 190 ribu jadi Rp 550 ribu?" kata si pelayan menjelaskan kepada Rini.
Tak menunggu lama, Rini langsung memberikan KJP dan diberikan kepada pelayan kios peralatan tulis. Kemudian, pelayan langsung menekan nominal Rp 550 ribu. "Pinnya Bu?" kata si pelayan sambil memberikan mesin EDC.
Lalu, print transaksi keluar dari mesin EDC, kemudian pelayan kios tersebut memberikan uang senilai Rp 300 ribu dengan bentuk pecahan Rp 50 ribu. "Ini Bu notanya dan uangnya Rp 300 ribu," kata si pelayan.
"Terima kasih ya mba," kata Rini sambil mengambil uang tersebut dan perlengkapan tulis yang sudah di dalam kantung plastik untuk Noni dan Nina.
Tak hanya Rini, Mika, bukan nama sebenarnya seorang siswa SMA Negeri dibilangan Jakarta Barat juga melakukan pencarian. Tanpa basa-basi, Mika langsung membeli tiga buku tulis dan satu pulpen. "Beli buku tulis 3 sama pulpen, sama mau cairin uang Rp 100 ribu saja," kata Mika.
Dengan alasan untuk belanja vitamin yang tidak bisa menggunakan KJP, Mika mencairkan dana KJP di kios perlengkapan tulis tersebut. "Mau cairin saja, kan kalau beli vitamin enggak bisa pakai KJP. Kalau minta sama mama bilangnya pakai KJP saja. Ya sudah aku cairin di sini. Ini juga sering teman-teman aku," dalih Mika kepada merdeka.com
Kemudian, Mika memberikan kartu KJP untuk melakukan transaksi. "Tiga buku Rp 10 ribu ditambah pulpen satu Rp 5 ribu. Jadi Rp 15 ribu tambah cairin Rp 100 ribu plus administrasi Rp 10 ribu, jadi Rp 125 ribu ya de," kata pelayan sambil menggesek KJP dan memencet nominal Rp 125 ribu.
Kemudian, struk dari mesin EDC keluar dan pelayan tersebut langsung memberikan struk tersebut serta uang Rp 100 ribu kepada Mika." Ini ya de," kata si pelayan.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Pasar Jatinegara, para pengunjung tampak meramaikan toko-toko yang menjual seragam sekolah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaPenjualan seragam dan peralatan sekolah pun mengalami peningkatan hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaMenjelang dimulainya tahun ajaran 2023/2024, berbagai perlengkapan sekolah banyak diburu warga.
Baca SelengkapnyaHeru pun menggencarkan kepada Dinas Pendidikan agar pemberian bantuan sosial tersebut bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaDPRD DKI menyebut, 80 persen atau 684 siswa penerima KJP didapati menggunakan bantuan pendidikan itu untuk hal-hal yang tidak baik.
Baca SelengkapnyaDKI masih mendalami anggaran untuk program sekolah gratis yang menggandeng sekitar 2.900 sekolah swasta dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dan SMK.
Baca SelengkapnyaPencairan dana KJP Plus biasanya diumumkan melalui situs resmi atau media sosial pemerintah.
Baca SelengkapnyaPenerima KJP adalah warga DKI yang memang benar-benar dari golongan tidak mampu
Baca SelengkapnyaDinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta telah merampungkan verifikasi bantuan pendidikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus tahap I gelombang dua.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta memiliki anggaran sebesar Rp18,2 triliun sebagai social safety net.
Baca SelengkapnyaBesaran dana yang diterima bagi siswa SD/MI sebesar Rp250 ribu, SMP/MTs Rp300 ribu dan SMA/MA sebesar Rp420 ribu.
Baca SelengkapnyaSekretaris Disdikbud Kendal Sulardi mengakui ada aduan seragam sekolah yang masuk ke Ombudsman perwakilan Jateng.
Baca Selengkapnya