Daniel Alexander, Lentera Bagi Anak-Anak Papua
Merdeka.com - Senyum terpancar dari wajah seorang pria berkaca mata, berbaju batik. Saat keluar dari mobil, dia langsung disambut suka cita anak-anak di Nabire, Papua.
Binar-binar kebahagiaan terlihat jelas dari mata anak-anak yang menyambut kedatangan pria itu. Mereka berebut memeluknya. Seperti orangtua dengan anak kandungnya, pria itu membalas satu per satu pelukan penuh kasih sayang. Ini menjadi kebiasaan mereka.
"Kami orang tua bagi mereka. Kami sudah terbiasa hidup dengan mereka, mereka manja sekali," kata Daniel saat berbincang dengan merdeka.com akhir pekan lalu.
-
Kenapa papeda jadi makanan pokok di Papua? Papeda adalah makanan pokok bagi masyarakat Papua, simak cara membuatnya.
-
Apa yang ditemukan di Papua? Viral Penemuan Tank Terkubur di Dalam Tanah di Papua, Diduga Peninggalan Perang Dunia II
-
Siapa yang menjadi ikon di Papua? Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana) adalah salah satu spesies cendrawasih yang khas dan indah, menjadi ikon bagi daerah Papua, Indonesia terutama di Papua dan Papua Barat.
-
Hewan langka apa yang ditemukan di Papua? Para ilmuwan baru-baru ini menemukan kembali spesies mamalia yang sudah lama hilang di Pegunungan Cyclops di Indonesia.
-
Dimana sumber daya alam di Indonesia? Sumber Daya Alam di Indonesia sangat beragam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
-
Kenapa papeda diistimewakan di Papua? Karena sagu dan papeda dianggap sebagai makanan yang istimewa, masyarakat Papua saat itu menganggapnya sebagai penemuan yang spesial.Makanan ini kemudian dijadikan sebagai sajian saat acara-acara kebudayaan berlangsung, termasuk untuk upacara adat Watani Kame. Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang. Di acara tersebut, papeda dibagikan kepada kalangan yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.
Itulah sosok Daniel Alexander. Pria kelahiran Surabaya. Seorang pendeta yang mencurahkan hidup dan cintanya demi pendidikan anak-anak di Bumi Cenderawasih.
Kisah Daniel di Papua dimulai 10 April 1990. Untuk pertama kalinya Daniel Alexander menginjakkan kaki di Jayapura, Papua. Berbekal keinginan mulia. Berbuat kebajikan untuk Papua.
Tanah Papua paling kaya. Sumber alamnya melimpah. Tapi masyarakatnya justru hidup dalam kemiskinan. Ibarat pepatah, induk ayam mati di lumbung padi. Kekayaan alam yang melimpah tapi tak dirasakan langsung masyarakatnya.
"Saya melihat, kenapa ya bisa begini? Apa yang menyebabkan mereka tidak bisa jadi tuan di tanahnya sendiri?" kata Daniel.
Segudang pertanyaan itu membawa Daniel menuju Papua. Dia meneguhkan diri. Ingin mengabdi. Berbagai cara dilakukan. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan. Sampai akhirnya dia mendapatkan. Jawabannya adalah Pendidikan. Minimnya pendidikan membuat masyarakat Papua tidak bisa menjadi tuan di tanahnya sendiri.
Langkah Awal
Daniel menemui beberapa tokoh masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah. Berdiskusi untuk memulai menghadirkan pendidikan yang cocok untuk anak-anak Papua.
Tahun 1993 menjadi tahun bersejarah. Daniel menemukan pola pendidikan yang cocok untuk anak-anak Papua. Yakni sistem sekolah asrama. Dimulai sejak taman kanak-kanan atau TK. Tapi tidak mudah bagi Daniel meyakinkan para orang tua.
"Kenapa harus ada itu? Karena sistem, maaf orang Papua ini sistem keluarga dan rumah beda dengan suku-suku di Indonesia. Buat mereka yang di pedalaman, alam ini rumah buat mereka," jelasnya.
Sekolah sistem asrama digagas dengan dasar kuat. Agar anak-anak Papua memahami struktur keluarga dan rumah. Daniel bercerita, sistem rumah bagi masyarakat Papua sangatlah unik. Honai, rumah adat Papua, dihuni beberapa keluarga. Bisa sampai 20 orang. Tergantung besar kecilnya rumah. Tidak ada kamar. Semua tidur bersama-sama. Hanya ada satu pembeda. Honai laki-laki dihuni oleh laki-laki, sedangkan Honai perempuan dihuni para perempuan bersama anak-anak.
"Ini memang ironi hidup mereka. Yang namanya ayah ibu, sudah tidak tahu begitu banyaknya," ujarnya.
Daniel mulai membangun sekolah asrama. Anak-anak diperkenalkan dengan bapak dan ibu asrama. Sebagai orang tua mereka selama di asrama. Di dalam asrama, mereka diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain. Diajarkan untuk tidak segan meminta maaf jika menyinggung orang lain.
Masa-masa awal sekolah berdiri, menjadi perjuangan yang amat berat bagi Daniel. Dia menjemput satu per satu anak-anak di suku pedalaman. Meminta mereka menjadi siswa di sekolah sekaligus penghuni asrama.
"Jadi awal-awal kami mulai itu, guru-guru keliling ke rumah-rumah ambil anak-anak, jemput mereka," katanya.
Belum lagi berbagai ancaman menghampiri. Ancaman sekolah dibakar hingga ancaman dibunuh. Ancaman itu datang bukan tanpa sebab. Dari cerita banyak orang, Daniel mengetahui. Sebelum kedatangannya, banyak LSM-LSM yang datang dan menjanjikan beasiswa pendidikan untuk anak-anak mereka.
"Anak-anak mereka katanya dicarikan bantuan ke luar negeri. Tapi (bantuan) tidak pernah sampai. Mereka marah 'kalian datang ke sini hanya jual anak-anak kami'," kata Daniel.
17 Sekolah
Selama kurun waktu 1995 - 2005, Daniel mendirikan sejumlah sekolah. Mulai dari SD Kristen Agape Terpadu di Nabire, Sugapa dan Manokwari. Kemudian SMP Kristen Anak Panah Nabire pada 2002 hingga SMA Kristen Anak Panah Nabire.
Hingga saat ini, sudah 17 sekolah dari tingkat TK sampai SMA dibangunnya. Tersebar di dua Provinsi, Papua dan Papua Barat. Nabire menjadi pusatnya. Setidaknya ada 300 tenaga pendidik. Muridnya lebih kurang 3.000 orang.
Menghadirkan sekolah asrama gratis di Papua, Daniel harus memutar otak. Agar tak kekurangan dana. Sebab kebutuhan sangat besar. Contohnya di Nabire. Dalam sebulan harus menyiapkan setidaknya 3 ton beras untuk guru dan anak-anak di asrama.
Ternyata banyak yang peduli dengan pendidikan anak-anak di Papua. Banyak orang baik yang membuat sekolah ini bisa berdiri sampai detik ini. Sudah lebih kurang 25 tahun.
"Jadi pembiayaan begini, dari pemerintah pasti ada yang namanya dana BOS, terus pengusaha-pengusaha di Nabire mereka membantu juga, lalu teman-teman saya yang dari luar papua, mereka juga tahu," katanya.
Tuan di Atas Tanahnya Sendiri
Daniel punya harapan besar. Masa depan anak-anak Papua. Mereka harus menjadi tuan di rumahnya sendiri. Di tanahnya sendiri.
"Harapan kami semua, tidak ada anak Papua tidak sekolah tidak kuliah itu target kami. target kami terbesar mereka jadi pemimpin di tanahnya sendiri. Jadi harapan kami Papua berubah lewat anak-anak ini sendiri."
Daniel memperkenalkan banyak sektor untuk mengembangkan kehidupan. Sehingga anak-anak Papua tidak hanya terbatas pada dua cita-cita saja. Menjadi TNI atau PNS. Memperluas cara pandang mereka adalah pekerjaan besar. Tapi Daniel yakin. Papua akan berkembang dengan kemampuan anak-anak mereka sendiri.
"Bagaimana mereka bisa mengelola tanah sendiri. Harapan kami Papua berubah lewat anak-anak ini sendiri" tutupnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Guru Besar Hukum Pidana Universitas Pancasila Agus Surono mengatakan, tantangan terbesar dalam pengelolaan SDA adalah masalah deforestasi.
Baca SelengkapnyaJika anda sedang berada di Sumatera Barat jangan lupa untuk mampir ke Danau Singakarak.
Baca SelengkapnyaDalam momen tersebut, Prabowo mengatakan Indonesia memiliki kekayaan berlimpah
Baca SelengkapnyaDi pedalaman Papua, ada pemandangan alamnya yang menakjubkan.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai masih banyak kebocoran hingga tidak optimal dinikmati masyarakat
Baca SelengkapnyaPulau terluar Indonesia ini memiliki keindahan alam yang tak terkira
Baca SelengkapnyaMasuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan bandara ekstrem di Papua dengan landasan tanah. Di tempat ini pesawat jadi taksi warga.
Baca SelengkapnyaLeonard lantas meminta pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka peka terhadap situasi tersebut.
Baca SelengkapnyaGubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat bicara soal ciri khas orang miskin dan kaya.
Baca SelengkapnyaKekeringan di Puncak Papua Dipengaruhi Musim Dingin Australia, Begini Analisisnya
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca Selengkapnya