Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Derita pekerja alih daya

Derita pekerja alih daya Demo buruh tolak outsourching. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Saban hari, Iman (29), bukan nama sebenarnya, mengawali hari dengan bangun pagi dan salat subuh di masjid dekat rumahnya di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Ritual selanjutnya adalah mencuci, mandi, dan menyantap sepiring nasi uduk atau ketupat sayur di kedai terdekat sebagai pengisi perut sebelum berangkat bekerja.

Dia enggan namanya disebut karena khawatir bisa kehilangan pekerjaan. Kuda besi miliknya menjadi saksi bisu upayanya mencari penghidupan di Jakarta. Dia membelinya dengan cara mencicil dari hasil bekerja sebagai tenaga pengamanan di sebuah bank. Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Sepeda motor itu pun diengkol Iman dan mesinnya mulai bekerja. Perseneling dioper ke gigi satu dan Iman pun melaju bersama roda dua kesayangannya membelah jalanan ibu kota.

Iman adalah potret seorang pekerja alih daya (outsource) di Jakarta. Dia tidak melanjutkan pendidikan selepas lulus sekolah menengah umum karena terbentur biaya. Penghasilan orang tuanya tak mencukupi buat mengantar dia mencicipi bangku kuliah. Adiknya pun ada tiga dan masih menempuh pendidikan. Maka dari itu dia memilih bekerja buat membantu ayah ibunya.

Orang lain juga bertanya?

Sudah 19 tahun dia menjadi tenaga outsource. Dia mulanya melamar ke sebuah perusahaan penyalur tenaga alih daya di Meruya, Jakarta Barat. Sempat berpindah perusahaan dua kali karena kecewa.

"Karena gaji gue dipotong banyak banget waktu itu. Sekarang juga masih, tapi enggak sebanyak dulu," kata Iman kepada merdeka.com.

Iman mau berbagi kisahnya saat berbincang santai selepas pulang kerja. Jika menuruti hatinya, Iman enggan bekerja sebagai buruh alih daya. Kini dia mengabdikan diri di perusahaan tenaga keamanan tak terlampau jauh dari rumahnya. Namun, adiknya juga masih butuh dibiayai. Menurut dia, para pekerja outsource kerap mengalami dilema. Tidak berdaya ketika dihadapkan dengan peraturan perusahaan yang tak terbuka soal potongan gaji. Ingin menolak tetapi dia menyadari mencari pekerjaan di masa kini memang sulit. Jika tak mau, toh perusahaan bisa dengan mudah mendepaknya dan mencari penggantinya. Serba salah buat Iman.

"Pernah gaji gue cuma dibayar Rp 2 juta. Mestinya gue terima Rp 2,7 juta. Alasannya dipotong buat biaya ini itu. Protes juga percuma," ujar Iman.

Buat menambah isi kocek, Iman memilih menekuni hobinya bermain gitar dalam sebuah kelompok musik. Dia menggemari aliran cadas. Terkadang band itu diminta tampil di konser kecil hingga menengah. Bayarannya lumayan.

Persoalan serupa bukan cuma dialami Iman. Ratih (24) dan Yudi (24), juga bukan nama sebenarnya, juga tahu bagaimana kesulitan para pekerja alih daya saat mempertanyakan bayaran. Menurutnya, hal itu membikin mereka menjadi naik darah.

"Karena posisi kita emang serba susah. Mendingan ngalah aja," kata keduanya.

Keduanya bekerja menjadi petugas kebersihan di sebuah perusahaan yang sama, berada di Menteng, Jakarta Pusat. Mereka ditempatkan di dua pusat perbelanjaan terpisah di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Ratih pertama mengetahui soal praktik tidak jujur itu dari obrolan sejawat di lapangan.

Ratih sempat mempertanyakan itu kepada bagian sumber daya manusia dan keuangan kantornya. Kenapa perusahaan masih tega menyunat gajinya yang jumlahnya mepet dengan patokan Upah Minimum Regional itu. Jawaban dia terima seolah malah menantang.

"Katanya kalau enggak terima soal potongan gaji silakan mundur. Kalau gue enggak mau katanya masih banyak yang mau kerja. Ya gue bisa apa kalau udah gitu. Hidup di Jakarta kan mahal," ucap Ratih.

Yudi lebih memilih diam ketika tahu upah bulanannya kerap dipotong dengan bermacam alasan. Pesangon, Jamsostek, apalagi Tunjangan Hari Raya. Padahal dengan sistem kerja seperti itu dia bisa saja tiba-tiba diputus kontraknya.

"Gue sih bilang ikhlas, padahal enggak juga," ucap Yudi sembari terkekeh.

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Polemik Potong Gaji untuk Tapera, Nambah Lagi Beban Hidup Para Pekerja
FOTO: Polemik Potong Gaji untuk Tapera, Nambah Lagi Beban Hidup Para Pekerja

Kebijakan pemotongan gaji untuk iuran Tapera dari ini menuai kritik publik karena semakin menambah beban hidup pekerja di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok.

Baca Selengkapnya
Pegawai Indofarma Nangis Curhat ke DPR: Sepotong Kue Barang Mewah Buat Kami, Capek Kerja Tak Dikasih Makan
Pegawai Indofarma Nangis Curhat ke DPR: Sepotong Kue Barang Mewah Buat Kami, Capek Kerja Tak Dikasih Makan

Sambil menahan air mata, seorang pegawai Indofarma mengungkapkan sepotong kue yang menjadi suguhan menjadi barang mewah bagi mereka.

Baca Selengkapnya
Mantan Sopir Atta Halilintar Ngaku Tak Digaji Layak, Aurel Hermansyah Buka Suara
Mantan Sopir Atta Halilintar Ngaku Tak Digaji Layak, Aurel Hermansyah Buka Suara

Mantan sopir Atta Halilintar mengaku digaji tak layak. Ia juga mengaku dizalimi Atta Halilintar.

Baca Selengkapnya
Baru Kerja Sebulan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah
Baru Kerja Sebulan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah

Baru Kerja 5 Pekan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah

Baca Selengkapnya
VIDEO: Tangis Pegawai BUMN di DPR, Tak Bisa Beli Beras Akibat Indofarma Nunggak Gaji Rp95 Miliar
VIDEO: Tangis Pegawai BUMN di DPR, Tak Bisa Beli Beras Akibat Indofarma Nunggak Gaji Rp95 Miliar

Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) mengadukan nasibnya kepada Komisi VI DPR RI

Baca Selengkapnya
Gara-gara Gaji Kurang, Banyak Pekerja IT Mulai Menawarkan Jasa Hacker
Gara-gara Gaji Kurang, Banyak Pekerja IT Mulai Menawarkan Jasa Hacker

Mereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.

Baca Selengkapnya
Gaji Dua Digit di Jepang, Pria Ini Rela Jadi Tukang Bangunan di Kampung Halamannya 'Susah Untuk Berkembang'
Gaji Dua Digit di Jepang, Pria Ini Rela Jadi Tukang Bangunan di Kampung Halamannya 'Susah Untuk Berkembang'

Keluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.

Baca Selengkapnya
Curhat Buruh di Yogyakarta saat May Day: Susah dengan Gaji Kecil Bisa Beli Rumah
Curhat Buruh di Yogyakarta saat May Day: Susah dengan Gaji Kecil Bisa Beli Rumah

Sejumlah serikat buruh di Yogyakarta memperingati Hari Buruh atau May Day

Baca Selengkapnya
Upah di Bali Hanya Rp3 Juta per Bulan, Pekerja Keberatan Jika Harus Dipotong 3 Persen untuk Tapera
Upah di Bali Hanya Rp3 Juta per Bulan, Pekerja Keberatan Jika Harus Dipotong 3 Persen untuk Tapera

Kebijakan Tapera kurang tepat bila di Bali, kendati mayoritas pekerja di Bali rata-rata memiliki rumah di kampung.

Baca Selengkapnya
Pertama Kali Gajian, Wanita Guru Honorer Ini Tak Menyangka Hanya Dapat Rp 150 Ribu Selama Sebulan Kerja
Pertama Kali Gajian, Wanita Guru Honorer Ini Tak Menyangka Hanya Dapat Rp 150 Ribu Selama Sebulan Kerja

Wanita yang bernama Dina ini dibuat kaget saat membuka amplop gajinya.

Baca Selengkapnya
Nelangsa Pekerja di Jepang, Makan Nasi Telur Pagi-Malam dan Nyalakan AC Cuma 30 Menit untuk Berhemat
Nelangsa Pekerja di Jepang, Makan Nasi Telur Pagi-Malam dan Nyalakan AC Cuma 30 Menit untuk Berhemat

Jumlah pekerja di Jepang telah mencapai titik jenuh di sekitar 68 juta.

Baca Selengkapnya
Curhat di DPR Sampai Nangis, Pegawai Indofarma: Kalau Tidak Ingat Tuhan, Kami Sudah Bunuh Keluarga Sendiri
Curhat di DPR Sampai Nangis, Pegawai Indofarma: Kalau Tidak Ingat Tuhan, Kami Sudah Bunuh Keluarga Sendiri

Meidawati mencatat sudah ada 3 pegawai Indofarma mengalami kecelakaan saat bekerja. Alhasil biaya perawatan mereka tidak bisa dijamin oleh perusahaan.

Baca Selengkapnya