Derita warga Desa Pantai Bahagia
Merdeka.com - Puluhan rumah di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, tak lagi berpenghuni. Rumah-rumah itu dibiarkan kosong setelah cukup lama ditinggal pemiliknya. Mereka memilih hijrah sejak abrasi menghantui pemukiman warga.
Di sekitar rumah-rumah tak bertuan, terlihat pucuk-pucuk nisan sebagai penanda bahwa tempat tersebut dulunya pemakaman. Kuburan itu bersebelahan dengan sebuah masjid yang pelatarannya tak pernah kering dan selalu becek serta berlumut. Warga masih mempergunakan masjid itu untuk beribadah.
Kami bertemu dengan Aca Sigianto dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dia menceritakan, tak terhitung banyaknya warga yang pergi dari kampung itu karena tak tahan selalu kebanjiran. Mereka tak bisa bebuat banyak dan terpaksa membiarkan rumah hancur termakan abrasi. Ada empat RT di Kampung Beting yang terkena dampak abrasi.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Di mana banjir merendam permukiman warga di Braga? Dalam unggahan di akun lain, ditampilkan kondisi air banjir dari luapan Sungai Cikapundung juga merendam permukiman warga di wilayah Braga.
-
Di mana desa yang terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Bagaimana kondisi warga Ganting setelah banjir? Sejumlah warga kini terpaksa tinggal sementara di tenda darurat setelah banjir bandang menghancurkan rumah mereka.
"Kalau dirata-rata sekitar 50 KK satu RT. Jadi ada sekitar 200 KK yang terkena. Mereka menyeberang dan ada juga mereka yang ke Muara Angke," kata Ace saat berbincang dengan merdeka.com di Kampung Beting, Bekasi, Jawa Barat, Senin (24/7).
Sebagian besar warga Kampung Beting berprofesi sebagai nelayan. Namun pendapatan mereka tidak menentu. Hasil tangkapan mereka juga dijual tidak jauh dari Teluk Jakarta. Meski tinggal di Desa Pantai Bahagia, warga di sana justru menderita. Penyebabnya, abrasi dan air rob yang selalu menggenangi rumah mereka. Tidak heran jika banyak warga yang memilih meninggalkan Desa Pantai Bahagia.
"Perekonomian warga sekarang sangat minim. Kalau dirata-rata penghasilan per bulan Rp 500.000," jelasnya.
Alpiah sudah 36 tahun tinggal Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia. Sudah lama dia ingin pindah dari kampung yang membesarkannya. Tetapi ada beberapa hal yang jadi pertimbangan. Mulai dari rumah peninggalan orang tuanya, hingga anaknya yang masih sekolah di kampung tersebut.
"Kalau dijual rumah itu juga borongan sama orang sini mah. Laku Rp 3 juta terus saya mau ke pindah ke mana. Kalau di luar kampung ini pasti Rp 3 juta itu cuma dapet berapa? 1 meter saja enggak dapet," kata dia dengan nada merendah.
Untuk bertahan hidup, dia menabung dengan pendapatan yang dihasilkan dari menjual dodol, sirup berbahan dasar mangrove dan penghasilan suaminya sebagai buruh pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Namun Alpiah sudah berpikir jauh. Dia punya rencana pindah ke Tangerang. Pilihan terakhirnya, bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.
Bukan hanya Alpiah, Siti Suabah juga sejak kecil tinggal di Kampung. Perempuan yang berprofesi sebagai guru di Madrasah Ibtidayah Masyaul Huda ini juga tak ingin berlama-lama menetap di kampung yang tak pernah kering. Suabah dan keluarganya sudah mencari tempat tinggal baru yang lebih layak untuk dihuni.
"Sudah beberapa kali rumah ini ditinggikan. Ya kalau pindah mah memang ada tujuan ke situ tapi ini kan ada sekolah wakaf keluarga," kata Suabah.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaSejak 1990-an, kawasan Pantai Muara Beting tergerus abrasi.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaBanjir berasal dari luapan air Kali Pesanggarahan. Ini disebabkan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor ke kali.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca Selengkapnya