Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Golkar merosot sejak dipimpin Jusuf Kalla

Golkar merosot sejak dipimpin Jusuf Kalla

Merdeka.com - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golongan Karya Akbar Tandjung begitu prihatin kondisi partai setelah dia lengser dari jabatan ketua umum satu dasawarsa lalu.

Dia melihat Golkar kian merosot sejak dipimpin Jusuf Kalla . Buktinya adalah perolehan kursi di parlemen makin menurun dan terus terjadi hingga kepemimpinan Aburizal Bakrie saat ini.

Berikut penjelasan Akbar saat ditemui Arbi Soemandoyo, Ahmad Baiquni, dan Faisal Assegaf dari merdeka.com Rabu malam lalu di kediamannya, Jalan Purnawarman nomor 18, kebayoran Baru, jakarta Selatan.

Yang menarik 2019 pemilu presiden dan DPR mesti digelar bersamaan. Apakah Golkar sudah menyiapkan kader untuk lima tahun ke depan?

Saya bilang memang sudah harus disiapkan itu. Ya mungkin koalisi-koalisinya sudah dibangun sejak awal. Pada waktu pemilihan legislatif sudah disebut-sebut. Karena itu akan terkait dengan dukungan nantinya.

Kalau Anda sendiri sudah punya berapa nama potensial dari Golkar?

Kita bisa melihat tokoh-tokoh Golkar ada sekarang ini di dalam pemerintahan dan legislatif. Saya memang sedang melihat-lihat yang ada sekarang ini.

Bisa disebut kira-kira siapa, dua atau tiga nama?

Saya sih belum bisa mengatakan itu. Kalau bicara yang muda-muda di dalam kabinet kan kita belum tahu. Jangan-jangan ada yang di kabinet. Karena itu terlalu dini. Paling-paling kita lihat yang ada di DPR. Siapa orang-orang muda masuk di DPR sekarang ini bisa kita proyeksikan ke depan.

Golkar sudah memilih koalisi dengan Prabowo. Menurut Anda, apa kelebihan Prabowo ketimbang Jokowi sebagai presiden?

Paling tidak dari segi penampilan sudah kelihatan. Dari segi latar dia sebagai militer, setidaknya tampak sikap-sikap tegas, sikap-sikap inisiatif. Menurut saya, tamatan militer itu orang-orang memiliki kualifikasi teruji, terseleksi. Itu tentu salah satu yang membuat dia mempunyai potensi untuk menjadi pemenang.

Tapi Jokowi juga tidak bisa kita anggap kecil. Dia terbukti berhasil walau di Kota Solo. Saya rasa dalam waktu singkat (menjadi gubernur Jakarta) ada beberapa sudah dia lakukan. Dia sudah terbukti orangnya cepat mengambil keputusan. Ditambah lagi orang ini tidak punya kepentingan-kepentingan selain tugas diemban. Orangnya jujur, sederhana. Itu juga menjadi satu kekuatan dia.

Anda dilihat sebagai penyelamat Golkar . Bagaimana Anda melihat kondisi Golkar belakangan ini?

Saya sangat prihatin terhadap Golkar . Saya harapkan sebetulnya kemenangan saya capai seharusnya itu bisa menjadi modal bagi kepemimpinan Golkar berikutnya untuk membangun Golkar ke depan. Sehingga semakin berperan dalam perpolitikan Indonesia. Itu menjadi obsesi saya.

Tapi karena saya tidak berhasil menjadi ketua umum, tentu harapan saya itu bisa dilakukan oleh ketua umum setelah saya dalam hal ini adalah Pak JK. Jadi saya terus terang harus mengatakan awal dari kemerosotan Golkar itu sebetulnya adalah sejak kepemimpinan JK.

Kenapa JK? Pertama kali 1999, kami masih bisa 120 kursi. Tahun 2004 kami menang 128 kursi. Tahun 2009, setelah kepemimpinan di tangan JK 106 kursi. Berarti turun 22 kursi. Ke sini lagi turun lagi 91 kursi. Turun 15 kursi. Jadi saya bisa mengatakan awal dari kemerosotan Golkar itu dimulai dalam kepemimpinan JK.

Kesalahannya di mana?

Pemimpin itu harus ada hasrat. Mungkin hasratnya tidak di sini (partai). Hasratnya di mana gitu. Beda dengan saya, hasrat saya memang di sini (partai). Keterpanggilan saya di sini.

JK sebagai wakil presiden juga tidak mungkin bisa maksimal sebagai pemimpin Golkar . Ada keterbatasan waktu. Apalagi dia melihat tugas negara itu lebih penting. Kita lihat dia lebih banyak memerankan tugas-tugasnya sebagai wakil presiden dalam pemerintahan.

Tugas-tugasnya sebagai pemimpin partai semacam formalitas saja. Harus saya katakan lagi, yang didapatkan sebagai ketua umum Golkar itu antara lain adalah dia mempunyai basis politik kuat tanpa melakukan kerja politik.

Kerja politik yang menghasilkan itu kan saya, tapi dia menikmati. Sehingga dia bisa memiliki posisi tukar kuat dengan Pak SBY. Bahkan waktu itu Golkar pemenang. Partainya SBY kan rendah. Secara politik dia punya basis dukungan politik kuat didapat melalui perjuangan kepemimpinan saya pimpin waktu itu. Bukan karena kepemimpinan beliau.

Terus Ical kian merosot kesalahannya di mana?

Antara lain saya katakan tadi, tidak fokus. Pada 2011 saya sudah mengingatkan kita untuk fokus. Karena itu dalam kaitan dengan fokus itu, maka fungsi-fungsi partai itu lebih kita perhatikan. Jangan cepat-cepat perhatian kita ke pemilihan presiden.

Saya menganggap satu tahun sebelum pemilihan presiden diadakan, cukup. Tapi kita perkuat dulu partainya. Penguatan institusi partai itu juga harus dilihat pelaksanaan penguatan dari fungsi-fungsi partai.

Fungsi partai antara lain administrasi, gimana kita menyiapkan kader yang baik. Fungsi partai juga yang penting bagaimana kita menjalankan partai ini sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Kita mengangkat isu-isu publik. Kemudian kita juga mampu menjalankan fungsi menjembatani aspirasi masyarakat dengan negara. Nah itu kurang diperhatikan, bahkan tidak diperhatikan.

Partai harus konsolidasi terus dengan baik. Konsolidasi itu menurut saya terus menerus. Kedua, kaderisasi harus berjalan dengan baik. Menjalankan fungsi intermediasi menjadi jembatan antara aspirasi rakyat dengan negara.

Ditambah lagi dalam semangat itu kita mampu membawa isu-isu, memperjuangkan isu-isu terkait kepentingan-kepentingan rakyat secara langsung. Itu termasuk bagian dari penguatan institusi partai. Sehingga di mata publik orang mempunyai satu opini. Artinya kalau Golkar itu orang tahu oh ini. Nah itu juga termasuk penguatan kelembagaan.

Apa karena Jusuf Kalla dan Ical bukan politikus murni?

Kita harus ada semacam hasrat dalam mengemban tugas-tugas itu. Saya memang dibesarkan dalam semangat itu walau saya tidak mengatakan politikus sejati. Paling tidak saya memang dibesarkan dalam satu lingkungan organisasi sejak muda kemudian masuk di dunia politik sehingga hasrat saya itu organisasi dan juga panggilan politik.

Mungkin pak JK tidak fokus itu, Aburizal juga demikian. Aburizal pun dalam tim Golkar kan masih dalam paradigma pemimpin dunia usaha bukan paradigma pemimpin politik. Dalam mengkoordinasikan Partai Golkar pun dia langsung melihat dari segi pendekatan matris. Bahaya kan?

Pendekatan matris mungkin lebih cocok untuk kepentingan dalam mengelola bisnis atau dunia usaha. Politik kan tidak mungkin. Kenapa? Politik itu kan semua orang merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik. Tidak bisa dibagi-bagi.

Harus semuanya turut serta. Harus semuanya diberi kesempatan. Saya pernah dengar dia (Aburizal) mengatakan saya tidak suka banyak rapat. Dalam politik, isu apapun harus dibahas kan? Dan semua merasa harus ikut. Kalau tidak nanti, untuk apa saya di sini kalau saya tidak ikut dalam proses pembahasan satu isu politik.

Terlepas apa yang dia sampaikan itu diterima atau tidak, itu soal lain. Tapi dia terlibat. Itu yang penting. Nah itu terlihat dalam frekuensi rapat-rapat DPP Golkar kan juga rendah sekali.

Saya mimpin dulu, kita rapat rutinnya, rapat harian dan rutin rapat pleno karena kita harus mengajak untuk ikut terlibat mengambil keputusan. Rapat plenonya sering sampai malam. Karena semua orang ingin ikut menyampaikan pikirannya. Kita buka kesempatan orang menyampaikan pikiran-pikirannya. Apalagi pada saat-saat sangat penting, persiapan pemilu misalnya.

Jadi Ical lebih diktator?

Saya tidak mengatakan diktator. Tapi mungkin paradigmanya sebagai seorang pemimpin masih lebih banyak dilihat dari kepemimpinan dalam dunia usaha. Sedangkan ini kan kepemimpinan dalam dunia politik. Beda kan?

paradigma dunia usaha bagaimana dengan modal sedikit bisa menghasilkan keuntungan besar. Dunia politik kan tidak. Karena politik sebagai panggilan bagaimana semua orang merasa ikut serta dalam pengambilan keputusan terhadap satu soal. Paling tidak suasananya, mekanismenya, memungkinkan orang ikut serta.

Soal terpilihnya Titik Soeharto, menurut Anda apakah pesona Soeharto masih kuat atau memang ada kerinduan terhadap zaman Soeharto?

Kalau saya lihat Titik itu terpilih memang dia kerja keras. Dia juga mampu mengembangkan program-program menarik bagi masyarakat. Ditambah lagi tentu citra Mbak Titik sebagai putri Pak Harto tentu ada peranannya, terutama daerah Yogya. Karena Pak Harto orang Yogya, pasti ada pengaruhnya.

Tapi apakah itu dianggap mencerminkan katakanlah nostalgia untuk kembali, saya tidak melihat itu. Karena kalau di Solo, saya lihat tidak begitu tampak itu. Bahkan ada gambar-gambar Pak Harto ada juga orang nakal. Yang coret-coret.

Dia menjadi calon legislator memang diminta oleh partai atau kemauan sendiri?

Ya partai lah. Artinya setiap pengurus partai punya peluang besar untuk jadi calon legislator. Tentu kita ajak dia jadi pengurus dengan harapan dia bisa ikut nanti jadi calon legislator. (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
JK: Golkar Sangat Tergantung Penguasa Cari Koalisi, Bahaya Kalau Begini Terus
JK: Golkar Sangat Tergantung Penguasa Cari Koalisi, Bahaya Kalau Begini Terus

JK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Baca Selengkapnya
Jusuf Kalla: Ada Orang Dalam Undang Pihak Luar Kuasai Golkar, Mengkhianati Partai!
Jusuf Kalla: Ada Orang Dalam Undang Pihak Luar Kuasai Golkar, Mengkhianati Partai!

Internal Golkar kembali panas jelang Munas pemilihan ketua umum

Baca Selengkapnya
Jusuf Kalla: Jangan Harap Jadi Ketua Golkar Kalau Tidak Punya Modal Rp600 Miliar
Jusuf Kalla: Jangan Harap Jadi Ketua Golkar Kalau Tidak Punya Modal Rp600 Miliar

JK menegaskan untuk dapat menjadi Ketua Umum Partai Golkar perlu modal yang cukup banyak.

Baca Selengkapnya
Jusuf Kalla Tolak Munaslub Golkar Melengserkan Airlangga: Partai Diganggu Lagi, Makin Kacau Negeri Ini
Jusuf Kalla Tolak Munaslub Golkar Melengserkan Airlangga: Partai Diganggu Lagi, Makin Kacau Negeri Ini

JK mengatakan, apabila Golkar pecah, tidak akan bisa menang pada Pemilu 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya
Golkar: Hasil Munas Airlangga Tidak Harus Capres Cawapres, Hanya Menentukan
Golkar: Hasil Munas Airlangga Tidak Harus Capres Cawapres, Hanya Menentukan

Partai Golkar solid dan tengah fokus merebut kemenangan baik pilpres maupun pileg dan pilkada di 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya
Airlangga: Seluruh Senior dan DPD Golkar Tolak Munaslub
Airlangga: Seluruh Senior dan DPD Golkar Tolak Munaslub

Belakangan ini, isu Munaslub berembus kencang untuk melengserkan Airlangga dari kursi Ketum Golkar.

Baca Selengkapnya
Tegas! Golkar Sikapi Seteru JK vs Agung Laksono di Kursi PMI 'Kalau Ada Masalah di Darat Jangan Dibawa ke Laut'
Tegas! Golkar Sikapi Seteru JK vs Agung Laksono di Kursi PMI 'Kalau Ada Masalah di Darat Jangan Dibawa ke Laut'

Diketahui, Kementerian Hukum (Kemenkum) telah mengesahkan PMI dibawah pimpinan Jusuf Kalla (JK).

Baca Selengkapnya
Apresiasi Airlangga, Aburizal Bakrie Singgung Hasil Pilpres-Pileg
Apresiasi Airlangga, Aburizal Bakrie Singgung Hasil Pilpres-Pileg

Meski mengaku prihatin dengan keputusan tersebut, Aburizal Bakrie mengatakan tetap memahami posisi Airlangga.

Baca Selengkapnya
Mundur dari Golkar, Jusuf Hamka Ungkap Airlangga Terzalimi karena Kursi Ketum Direbut Orang Powerful
Mundur dari Golkar, Jusuf Hamka Ungkap Airlangga Terzalimi karena Kursi Ketum Direbut Orang Powerful

Jusuf Hamka mengakui keputusan mundur karena melihat pergolakan di Golkar yang berujung pengunduran diri Airlangga.

Baca Selengkapnya
Golkar Dinilai Cenderung Diam seperti Kartu Mati di Koalisi Prabowo
Golkar Dinilai Cenderung Diam seperti Kartu Mati di Koalisi Prabowo

Partai Golkar merupakan partai besar dengan daya tawar tinggi.

Baca Selengkapnya
Jusuf Kalla: Tidak Ada Partai Mau Jadi Oposisi, di Luar Pemerintah adalah Kecelakaan
Jusuf Kalla: Tidak Ada Partai Mau Jadi Oposisi, di Luar Pemerintah adalah Kecelakaan

JK mengatakan, partai politik didirikan sebagai kendaraan politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kewenangan.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Agung Laksono Beberkan Motif Ingin 'Rebut' Kursi Ketum PMI dari JK
Blak-blakan Agung Laksono Beberkan Motif Ingin 'Rebut' Kursi Ketum PMI dari JK

Menurutnya, hal itu tidak mencerminkan nilai-nilai partai Golkar.

Baca Selengkapnya