Harapan dari pelosok Lebak
Merdeka.com - Tepat pukul 10.30 WIB, waktu istirahat kedua di SD Negeri Cibungur 1, Lebak telah selesai. Semua pelajar dari kelas dua hingga enam berlarian masuk ke ruang kelas. Yuliantoro bersiap masuk kelas dengan membawa buku dan bangun ruang buat mengajar Matematika.
Yuli, sapaan akrabnya, adalah guru honorer di sekolah itu. Sesekali Yuli melempar pertanyaan soal jumlah sisi balok. Kebetulan materi sedang diajarkan soal bangun ruang.
Seorang siswi berhasil menjawab dengan tepat. Yuli melanjutkan dengan menuliskan angka di papan tulis untuk melanjutkan pertanyaan selanjutnya.
-
Kenapa gaji guru di Indonesia rendah? Pertimbangannya, pendapatan yang dianggap tidak cukup mensejahterakan kehidupan.
-
Dimana guru honorer mendapat gaji terendah? Ada pula gaji guru honorer mendapatkan gaji di bawah Rp1 juta per bulan. Perbedaan gaji tersebut tergantung lokasi mengajar.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Apa yang membuat guru kesulitan? Viral, Video Guru Susah Sebut Nama Muridnya: Ini Bacanya Gimana ya? Sang guru kesulitan menyebut nama muridnya. Zaman semakin berkembang, nama-nama anak sekarang juga semakin unik dan terkadang sulit untuk diucapkan.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
-
Mengapa orang merasa kecewa? Kecewa adalah puncak dari kemarahan yang sudah tidak bisa lagi dilampiaskan melalui emosi yang meluap-luap.
"Siapa yang bisa mengerjakan ini ke depan?" tanya Yuli kepada murid.
Satu jam berlalu, pukul 11.30 WIB, bel tanda pelajaran berakhir berdering. Yuli mengaku sudah sebelas tahun menjadi guru honorer. Jarak antara rumah dan sekolah sekitar sembilan kilometer. Saat ini upah diterimanya Rp 300 ribu per bulan. Dia mengaku itu tak cukup buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta membiayai sekolah kedua putrinya.
Buat menambah pemasukan, lelaki 36 tahun itu menyiasati dengan bekerja sampingan menjadi tukang ojek selepas mengajar. Sebab, istrinya hanya ibu rumah tangga.
Kendati demikian, Yuli tak pernah menyesal menjadi guru lantaran memang cita-citanya sejak lama. Apalagi orang tuanya juga dulu berprofesi sama. Kata dia, mengajar bukan semata-mata karena penghasilan, melainkan ingin menjadikan muridnya cerdas dan berguna bagi bangsa.
Hidup serba pas-pasan selalu dihadapi Yuli. Keluarganya tak pernah protes dengan kondisi itu. Mereka selalu mendukung dan terus memberikan semangat agar dia tak mengeluh. Yuli sangat berharap pemerintah memperhatikan nasib para guru honorer di desa-desa, dengan segera diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
"Kalau pun tidak diangkat jadi PNS, kami mendapatkan tunjangan-tunjangan yang membantu perekonomian kami," kata Yuli dengan penuh harap kepada merdeka.com, di Lebak, Senin (21/11) lalu.
Sejawat Yuli, Rina Marina, berharap sama kepada pemerintah. Walaupun penghasilan kurang, Rina yang sudah delapan tahun menjadi guru honorer tetap tabah mengajar. Penyebabnya, di desa terpencil pendidikan belum menjadi keutamaan. Rina mengajar kelas tiga dengan 16 murid. Lantaran upah guru honorer amat minim, tak dipungkiri ada sebagian orang memandang sebelah mata profesinya.
"Ada yang bilang buat apa jadi guru honorer, enggak ada uangnya," ucap perempuan 27 tahun itu.
Rina memilih mengabaikan cemoohan itu. Terpenting baginya bisa membagi ilmu kepada para murid. Dia percaya tidak akan selamanya menjadi guru honorer. Dia cuma berharap pemerintah tidak mengabaikan keberadaan dia, dan guru honorer senasib di daerah lain, saat ini jauh dari sejahtera.
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Cibungur, Lebak, Warmadi (52), tak sanggup berbuat banyak dan hanya bisa prihatin. Menurut dia, sekolah tidak mampu menggaji mereka lebih dari Rp 300 ribu.
Bantuan dana dari pemerintah tidak mencukupi menggaji empat guru honorer secara layak. Kendati begitu dia sudah mengusulkan ke pengawas pembinaan UPT soal upah. Namun hingga saat ini belum dikabulkan. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga menyeberangi sungai membawa jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman itu viral di media sosial
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial, warga ramai-ramai mancing di sebuah kubangan. Terlihat lubang tersebut berukuran cukup besar dan berada di tengah jalan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat lebak harus ke dalam hutam demi mendapatkan air bersih.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaTumpukan kerang, aroma anyir, dan suara mesin kapal menyambut pengunjung yang datang ke Kampung Empang, Kawasan Muara Angke, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaWalaupun letaknya tidak jauh dari Atambua ibu kota Kabupaten Belu, namun dusun ini belum menikmati infrastruktur jalan, air bersih apalagi listrik.
Baca SelengkapnyaKetua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri mengaku sedih melihat pejabat negara yang hanya mau enak saja dan memikirkan kekuasaan semata.
Baca SelengkapnyaAhli Patologi Sosial dari Universitas Indonesia, Ester Jusuf, mengungkapkan, kemiskinan di beberapa wilayah terlihat sengaja dipertahankan.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu-ibu warga di sana menyebutkan bahwa kampung ini sudah ada sejak zaman peperangan.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca Selengkapnya