Hidup di panti yatim demi menjadi dokter
Merdeka.com - Untuk meraih cita-citanya menjadi dokter, Ani (15) bersedia tinggal di Rumah Yatim, Duren Sawit. Sebab menurutnya jika dia masih tetap tinggal bersama keluarganya di Sukabumi, kecil kemungkinan dapat melanjutkan sekolah. Ani, anak kedua dari tiga bersaudara tinggal di rumah yatim setelah ayahnya meninggal tahun lalu. Ibunya memutuskan menjadi TKW di luar negeri. Dia kemudian diantar pihak keluarga ke panti setelah mendapat informasi kenalan keluarganya.
Dara SMA kelas 1 tersebut sebelumnya harus tinggal dengan neneknya. Neneknya pun mengurus adik dan kakaknya. Tak mau terlalu jauh merepotkan sang nenek Ani bersedia hijrah dari Cianjur ke Jakarta untuk menetap di panti.
Bukan hal mudah terpisah dengan nenek dan saudaranya. Namun, dia mesti melakukannya demi kelangsungan masa depannya. Ani mengaku awalnya menangis saat tinggal di panti. Akan tetapi sudah tiga bulan ini dia mulai merasa nyaman. "Sekarang betah karena banyak teman," ujarnya kepada merdeka.com pekan lalu.
-
Apa kegiatan Tengku Anataya setelah keluarganya pindah? Meskipun tidak ikut bersama keluarga, Chacha tetap menjalani kehidupan yang aktif dan menikmati berbagai kegiatan bersama suami, teman-teman, dan keluarga lainnya.
-
Mengapa nenek Jorien tinggal di Jakarta? 'Dia bekerja di Jakarta, dan bertemu kakek saya di sini. Mereka jatuh cinta dan langsung menikah saat kembali ke Belanda pada tahun 1950,' kata Jorien dikutip dari kanal YouTube Candrian Attahiyyat.
-
Kenapa Ibu Normayanti rela tinggal jauh dari keluarga? Saat itu, Norma harus menempuh perjalanan dengan sepeda motor selama 2,5 jam dari Tebing Tinggi untuk sampai di sekolah. Bukan hanya persoalan waktu tempuh. Dia juga harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang digunakan berupa kempang atau perahu kayu.'Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas,' kata ibu 2 anak ini.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Kenapa Asnawi memilih hidup terpisah dari anak-anaknya? Memilih Hidup Berpisah dengan Anak-anak Asnawi bercerita jika dirinya memiliki anak yang tinggal berjauhan. Tujuh orang anaknya tinggal di wilayah Bojong dan tidak selalu bisa berkunjung untuk mengetahui kondisinya. Karena sudah tidak ada anggota keluarga, dirinya terpaksa hidup seorang diri untuk memenuhi kebutuhan makan.'istri sudah meninggal, anak tinggal di Bojong, semuanya ada 7,' terang Asnawi kepada wartawan.
-
Mengapa Anik kembali ke kampung halamannya? Akhirnya Anik mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halamannya demi mengurus pendidikan dan lebih dekat dengan anak-anaknya, serta membangun usaha kecil untuk menambah pendapatan keluarga.
Menurut Ani, selama tinggal di panti, semua kebutuhannya terpenuhi. Mulai dari pendidikan serta keperluan sehari-hari. Dia juga mendapatkan banyak ilmu tinggal di panti, khususnya etika hidup dalam Islam.
Selain Ani, Rohis Abimanyu (15) penghuni Panti Yatim Indonesia Tebet pun diantar ke tempat tersebut. ABG asal Jakarta Utara itu diantar ibunya ke panti. Alasan sang ibu mengantar lantaran Rohis tidak mau sekolah. Menurutnya, dengan tinggal di panti bisa hidup disiplin dan rajin sekolah. Rohis sadar dengan rajin sekolah dirinya dapat mencapai cita-citanya. "Cita-citanya ingin menjadi pemain sepak bola," katanya.
Rohis tinggal di panti sejak tahun 2014. Dia mengaku kebutuhannya terpenuhi selama hidup di panti. Saat ini dirinya sudah nyaman tinggal di panti.
Rumah dan Panti Yatim ©2017 Merdeka.com/desi aditia
Sementara itu, Kasi Informasi dan Komunikasi Dinas Sosial DKI Jakarta, Miftahul Huda mengakui banyak panti atau yayasan yatim di Jakarta. Kendati begitu saat ini, pengawasan berada di bawah Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP).
"Sekarang mulai tahun 2015, yang mengeluarkan izin itu BPTSP. Enggak dibawah pengawasan dinas sosial lagi," ungkap Miftahul saat dihubungi merdeka.com.
Kata Mifrahul, saat masih di bawah pengawasan dinas sosial, pihaknya kerap memberikan bantuan. Dinsos memberikan bantuan hanya kepada panti yang legalitasnya jelas.
"Umpamanya dia punya anak 150, nanti dinsos bisa bantu 25 orang. 25 orang umpamanya per anak 5 ribu," katanya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah oleh akun TikTok @liintanggliintangg ini viral mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaAnis sedih, tak bisa berhaji dengan suaminya yang sudah meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaKini, sang kakak berhasil membiayai pendidikan adik-adiknya hingga menjadi sarjana.
Baca SelengkapnyaMomen ziarah AHY ke makam Ani Yudhoyono hingga sampaikan pesan menyentuh dan permohonan doa.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita seorang wanita yatim piatu yang selalu berprasangka baik ke Allah SWT.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang masih kecil, dia harus merawat sang adik lantaran ibu telah wafat.
Baca SelengkapnyaDi tengah rasa duka yang masih menyelimuti, dia kembali dihadapkan dengan situasi pelik.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @helmy.f.r ini pun viral dan membuat warganet prihatin.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan rumah mewah Ibu Ani anak jenderal yang tinggal di rumah bak hutan terbengkalai.
Baca SelengkapnyaKisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Baca SelengkapnyaBaru tahu anak adopsi di usia 25 tahun, wanita ini bertemu dengan ayah kandungnya. Ia tak menyangka ibu dan saudara kembarnya telah wafat.
Baca Selengkapnya