Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indah, calon koki dari sekolah pemulung

Indah, calon koki dari sekolah pemulung Sekolah anak pemulung di Bantar Gebang, Bekasi. ©2015 Merdeka.com/Pramirvan Datu Aprillatu

Merdeka.com - Kusut masai berserakan di rumah panggung reot itu. Gadis bernama Indah bersama bapaknya Wahab tinggal berdua di sana. Selepas bersekolah, Indah ikut mengais sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Meskipun anak pemulung, gadis berjilbab itu tetap bersemangat melanjutkan pendidikan koki untuk menggapai impian sebagai juru masak handal.

Namanya memang tak sesingkat perjalanan hidupnya yang penuh liku. Semenjak ditinggal ibunya pergi pada umur dua tahun, lingkungan telah menempa hidupnya. Dia misalnya, pernah bekerja di warung-warung makan sejak kecil di sekitaran kawasan TPST. Gadis 14 tahun itu terbiasa memasak buat bapaknya. Semenjak umur sembilan tahun sudah bisa memasak segala macam jenis sayur maupun lauk-pauk.

"Dari umur 7 tahun, sudah kerja di warung dari pelayan, ikut masak, sampai sekarang akhirnya suka masak dan bisa masak apa aja, hobi, sama cita-cita aku nanti jadi koki," ujar Indah kepada merdeka.com di kediamannya, Desa Ciketing Udik, Bantar Gebang, Bekasi pekan lalu.

Merdeka.com sempat datang ke 'gubuknya' dan mencicipi masakan Indah. Di usia 14 tahun, Indah bisa memasak seenak itu menjadi isyarat bakatnya yang luar biasa. Di dapur yang berjarak beberapa depa dengan kasur tempat tidur itulah setiap hari dia memasakkan bapaknya. Di ruang itu ada perabot lain, salah satunya televisi yang gambarnya sudah buram.

Dari usia, sebenarnya Indah sudah telat dua tahun untuk bersekolah. Namun semangatnya itu tidak pernah redup. Meskipun, pekerjaan merawat bapaknya yang sudah sakit-sakitan juga dilakoni dara ayu itu. "Dulu sempat sekolah di SD Negeri, tapi pas bapak kecelakaan saat memulung, saya bantu bapak ikut mulung juga. Sempat enggak sekolah dua tahun, kelas tiga masuk SD Dinamika Indonesia, ngelanjutin," ujarnya polos.

Sejak subuh, Indah sudah harus bangun. Sebelum berangkat sekolah kewajiban pertamanya yaitu memasak untuk dirinya sendiri dan bapaknya. Setelah selesai, dia berangkat ke sekolah yang berjarak hampir 800 meter dari 'gubuknya'. Jika tak ada tambahan kegiatan di sekolah, dia lalu pulang dari siang sampai sore hari ikut memulung sampah.

"Nah, habis pulang sampai sore biasanya mulung, sambil bawa gerinjang (tas sampah), sama teman-teman juga banyak kok," ujarnya. Menurut dia, selain memulung sampah, dia biasa berinteraksi bersama bocah sebayanya.

Setiap bulan, dari hasil memulung, Indah bisa mengantongi uang hingga Rp 250 ribu. Apalagi, bos pengepul sampah sudah menganggap seperti anak sendiri. Setiap kebutuhan hidupnya bisa ditanggung, misalnya meminta beras lebih dahulu. "Indah bisa ambil beras dulu, nanti dipotong pas dapat duitnya," ujarnya.

Dia mengakui kalau selama ini masalah absensi menjadi yang utama. Dalam seminggu Indah bisa izin tak masuk sekolah sebab kelelahan memulung sampah. Namun sekolahnya lebih leluasa buat murid-muridnya. Terpenting mau bersekolah sudah lebih dari cukup. "Minggu kemarin, pas tujuh belas Agustus indah enggak masuk dua hari," katanya.

Di tempat sama, Wahab mengaku sering melarang putrinya untuk pergi memulung. Namun, apa daya keinginan Indah untuk mencari uang untuk membantu keluarga lebih kuat. "Sudah sering saya larang tapi anaknya ngotot," ujarnya meninggi.

Dia mengakui kalau anaknya selama ini memasak sehari-hari. "Dia sejak kecil sering ikut berjualan warung makanan, makannya jadi jago masak," ujarnya.

Walau terlahir sebagai anak pemulung, Indah masih mengejar cita-citanya. Dia sudah memikirkan masa depannya untuk menjadi lebih baik. Menjadi koki handal merupakan angan-angannya nanti. Dan mengenyam bangku sekolah merupakan langkah awal menuju cita-citanya itu. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Haru Ibu Jual Cakwe, Berawal dari Pinggir Jalan Kini Punya Mesin Produksi
Kisah Haru Ibu Jual Cakwe, Berawal dari Pinggir Jalan Kini Punya Mesin Produksi

Di awal, dia hanya membuat adonan 5 kg per hari, kini meningkat 20 kali lipat.

Baca Selengkapnya
Di PHK Saat Pandemi, Kini Indah Sukses Rintis Usaha Katering Beromzet Puluhan Juta Rupiah
Di PHK Saat Pandemi, Kini Indah Sukses Rintis Usaha Katering Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Berkat dukungan PENA, usaha katering semakin berkembang hingga pendapatan berkali-kali lipat yang sebelumnya tidak terbayang.

Baca Selengkapnya
Intip Kabar Terbaru Gadis Keturunan Inggris yang Kini Bantu Nenek di Pelosok Sukabumi, Hidup Sederhana
Intip Kabar Terbaru Gadis Keturunan Inggris yang Kini Bantu Nenek di Pelosok Sukabumi, Hidup Sederhana

Seorang gadis asal pelosok Sukabumi, Jawa Barat sempat mencuri perhatian warganet di media sosial.

Baca Selengkapnya
Hidup jadi Gelandangan di Ibu Kota dan Pernah Kerja PRT, Kini Sosoknya Terkenal di Indonesia Dipanggilnya Sahabat Anak
Hidup jadi Gelandangan di Ibu Kota dan Pernah Kerja PRT, Kini Sosoknya Terkenal di Indonesia Dipanggilnya Sahabat Anak

Berikut kisah hidup seseorang yang pernah menjadi gelandangan dan PRT kini sosoknya terkenal di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kisah Ibu Dagang Bubur Sumsum Keliling 20 Tahun hingga Bisa Kuliahkan Buah Hati, Terharu saat Ceritakan Anaknya Tak Malu dengan Profesi Ortu
Kisah Ibu Dagang Bubur Sumsum Keliling 20 Tahun hingga Bisa Kuliahkan Buah Hati, Terharu saat Ceritakan Anaknya Tak Malu dengan Profesi Ortu

Kisah ibu Ita, 20 tahun jualan bubur sumsum keliling hingga bisa kuliahkan anaknya.

Baca Selengkapnya
Pria Ini Tak Takut Gagal Merintis Usaha Selama Masih Ada Ibu, Akhirnya Sukses Jual Makanan dengan Omzet Rp20 Juta Sebulan
Pria Ini Tak Takut Gagal Merintis Usaha Selama Masih Ada Ibu, Akhirnya Sukses Jual Makanan dengan Omzet Rp20 Juta Sebulan

Dengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.

Baca Selengkapnya